Sabtu, 25 Februari 2012

gadis sampul

Siang itu panas sekali ketika aku
melangkah keluar dari kampus
menuju ke mobilku di tempat
parkir. Segera kupacu pulang
mobilku, tapi sebelumnya
mampir dulu beli es dawet di
kios di pinggir jalan menuju arah
rumahku. Setelah sampai rumah
dan kumasukkan mobil ke garasi,
segera kuganti baju dengan
seragam kebesaran, yaitu kaos
kutang dengan celana kolor.
Kucuci tangan dan muka,
kemudian kuhampiri meja
makan dan mulai menyantap
makan siang lalu ditutup dengan
minum es dawet yang kubeli
tadi, uaaaah… enak sekali… jadi
terasa segar tubuh ini karena es
itu.
Setelah cuci piring, kemudian aku
duduk di sofa, di ruang tengah
sambil nonton MTV, lama
kelamaan bosan juga. Habis di
rumah tidak ada siapa-siapa,
adikku belum pulang, orang tua
juga masih nanti sore. Pembantu
tidak punya. Akhirnya aku
melangkah masuk ke kamar dan
kuhidupkan kipas angin, kuraih
majalah hiburan yang kemarin
baru kubeli. Kubolak-balik
halaman demi halaman, dan
akhirnya aku terhanyut.
Tiba-tiba bel pintu berbunyi, aku
segera beranjak ke depan untuk
membuka pintu. Sesosok
makhluk cantik berambut
panjang berdiri di sana. Sekilas
kulihat wajahnya, sepertinya aku
pernah lihat dan begitu familiar
sekali, tapi siapa ya..?
“Cari siapa Mbak..?” tanyaku
membuka pembicaraan.
“Ehm… bener ini Jl. Garuda no.20,
Mas..?” tanya cewek itu.
“Ya bener disini, tapi Mbak siapa
ya..? dan mau ketemu dengan
siapa..?” tanyaku lagi.
“Maaf Mas, kenalkan… nama saya
Rika. Saya dapat alamat ini dari
temen saya. Mas yang namanya
Adi ya..?” sambil cewek itu
mengulurkan tangan untuk
bersalaman.
Segera kusambut, aduuuh…
halus sekali tanganya.
“Eng… iya, emangnya temen
Mbak siapa ya..? kok bisa tau
alamat sini..?” tanyaku.
“Anu Mas, saya dapat alamat ini
dari Bimo, yang katanya
temennya Mas Adi waktu SMA
dulu…” jelas cewek itu.
Sekilas aku teringat kembali
temanku, Bimo, yang dulu sering
main kemana-mana sama aku.
“Oooh… jadi Mbak Rika ini
temennya Bimo, ayo silahkan
masuk… maaf tadi saya
interogasi dulu.”
Setelah kami berdua duduk di
ruang tamu baru aku tersadar,
ternyata Rika ini memang
dahsyat, benar-benar cantik dan
seksi. Dia saat itu memakai mini
skirt dan kaos ketat warna ungu
yang membuat dadanya tampak
membusung indah, ditambah
wangi tubuhnya dan paha mulus
serta betis indahnya yang putih
bersih menantang duduk di
hadapanku. Sekilas aku taksir
payudaranya berukuran 34B.
Setelah basa-basi sebentar, Rika
menjelaskan maksud
kedatangannya, yaitu ingin
tanya-tanya tentang jurusan
Public Relation di fakultas Fisipol
tempat aku kuliah. Memang Rika
ini adalah cewek pindahan dari
kota lain yang ingin meneruskan
di tempat aku kuliah. Aku sendiri
di jurusan advertising, tapi
temanku banyak yang di Public
Relation (yang kebanyakan
cewek-cewek cakep dan sering
jadi model buat mata kuliah
fotografi yang aku ambil), jadi
sedikit banyak aku tahu.
Kami pun cepat akrab dan
hingga terasa tidak ada lagi
batas di antara kami berdua, aku
pun sudah tidak duduk lagi di
hadapannya tapi sudah pindah
di sebelah Rika. Sambil bercanda
aku mencuri-curi pandang ke
wajah cantiknya, paha mulusnya,
betis indahnya, dan tidak
ketinggalan dadanya yang
membusung indah yang sesekali
terlihat dari belahan kaos
ketatnya yang berleher rendah.
Terus terang saja si kecil di balik
celanaku mulai bangun
menggeliat, ditambah wangi
tubuhnya yang membuat
terangsang birahiku.
Aku mengajak Rika untuk pindah
ke ruang tengah sambil nonton
TV untuk meneruskan
mengobrol. Rika pun tidak
menolak dan mengikutiku masuk
setelah aku mengunci pintu
depan. Sambil ngemil hidangan
kecil dan minuman yang kubuat,
kami melanjutkan ngobrol-
ngobrol. Sesekali Rika mencubit
lengan atau pahaku sambil
ketawa-ketiwi ketika aku mulai
melancarkan guyonan-guyonan.
Tidak lama, adik kecilku di balik
celana tambah tegar berdiri. Aku
kemudian usul ke Rika untuk
nonton VCD saja. Setelah Rika
setuju, aku masukkan film
koleksiku ke dalam player.
Filmnya tentang drama
percintaan yang ada beberapa
adegan-adegan ranjang. Kami
berdua pun asyik nonton hingga
akhirnya sampai ke bagian
adegan ranjang, aku lirik Rika
matanya tidak berkedip melihat
adegan itu.
Kuberanikan diri untuk
merangkul bahu Rika, ternyata
dia diam saja tidak berusaha
menghindar. Ketika adegan di TV
mulai tampak semakin hot, Rika
mulai gelisah, sesekali kedua
paha mulusnya digerak-gerakkan
buka tutup. Wah, gila juga nih
cewek, seakan-akan dia
mengundang aku untuk
menggumulinya. Aku beranikan
diri untuk mengelus-elus
lengannya, kemudian rambutnya
yang hitam dan panjang. Rika
tampak menikmati, terbukti dia
langsung ngelendot manja ke
tubuhku. Kesempatan itu tidak
kusia-siakan, langsung kupeluk
tubuh hangatnya dan kucium
pipinya. Rika tidak protes, malah
tangannya sekarang diletakkan
di pahaku, dan aku semakin
terangsang lalu kuraih dagunya.
Kupandang mata bulat indahnya,
sejenak kami berpandangan dan
entah siapa yang memulai tiba-
tiba, kami sudah berpagutan
mesra. Kulumat bibir bawahnya
yang tebal nan seksi itu dan Rika
membalas, tangannya yang satu
memeluk leherku, sedang yang
satunya yang tadinya di pahaku
sekarang sudah mengelus-elus
yuniorku yang sudah super
tegang di balik celanaku.
Lidah kami saling bertautan dan
kecupan-kecupan bibir kami
menimbulkan bunyi cepak cepok,
yang membuat semakin hot
suasana dan seakan tidak mau
kalah dengan adegan ranjang di
TV. Tanganku pun tidak mau
tinggal diam, segera kuelus paha
mulusnya, Rika pun memberi
kesempatan dengan membuka
pahanya lebar-lebar, sehingga
tanganku dengan leluasa
mengobok-obok paha dalamnya
sampai ke selangkangan. Begitu
bolak-balik kuelus dari paha lalu
ke betis kemudian naik lagi ke
paha. Sambil terus melumat
bibirnya, tanganku sudah mulai
naik ke perutnya kemudian
menyusup terus ke dadanya.
Kuremas dengan gemas
payudaranya walau masih
tertutup kaos, Rika merintih lirih.
Lalu tanganku kumasukkan ke
dalam kaosnya dan mulai
meraba-raba mencari BH-nya.
Setelah ketemu lalu aku meraih
ke dalam BH dan mulai meremas-
remas kembali buah dadanya,
kusentuh-sentuh putingnya dan
Rika mendesah. Seiring dengan
itu, tangan Rika juga mengocok
yuniorku yang masih tertutup
celana dalam, dan mulai dengan
ganas menyusup ke dalam celana
dalam meraih yuniorku dan
kembali mengocok dan
mengelus.
Aku yang sudah mulai terbakar
birahi, kemudian melepaskan
kaos Rika dan BH-nya hingga
sekarang nampak jelas
payudaranya yang berukuran
34B semakin mengembang
karena rangsangan birahi.
Langsung aku caplok buah
dadanya dengan mulutku, kujilat-
jilat putingnya dan Rika
mendesis-desis keenakan,
“Sssh… aaauuh… Mass Adiii…
ehhh… ssshhh…” sambil
tangannya mendekap kepalaku,
meremas-remas rambutku dan
membenamkannya ke
payudaranya lebih dalam.
Kutarik kepalaku dan kubisikkan
ke telinga Rika, “Rika sayang, kita
pindah ke kamarku aja yuuk..!
Aman kok nggak ada siapa-siapa
di rumah ini selain kita berdua…”
Rika mengangguk, lalu segera
kupeluk dan kugendong dia
menuju ke kamar. Posisi
gendongnya yaitu kaki Rika
memeluk pinggangku, tangannya
memeluk leherku dan
payudaranya menekan keras di
dadaku, sedangkan tanganku
memegang pantatnya sehingga
yuniorku sekarang sudah
menempel di selangkangannya.
Sepanjang perjalanan menuju
kamar, kami terus saling
berciuman. Sesampainya di
kamar, kurebahkan tubuhnya di
tempat tidur, Rika tidak mau
melepaskan pelukan kakinya di
pinggangku malahan sekarang
mulai menggoyang-goyangkan
pinggulnya.
“Sayang… sabar dong.., lepas
dulu dong rok sama celana
kamu…” kataku.
“Oke Mas… tapi Mas juga harus
lepas baju sama celana Mas, biar
adil..!” rajuk Rika.
Setelah kulepas baju dan
celanaku hingga telanjang bulat
dan yuniorku sudah mengacung
keras tegak ke atas, Rika yang
juga sudah telanjang bulat
kembali merebahkan diri sambil
mengangkangkan pahanya
lebar-lebar, hingga kelihatan
bibir vaginanya yang merah
jambu itu.
Aku pun segera menindihnya,
tapi tidak buru-buru
memasukkan yuniorku ke
vaginanya, kembali aku kecup
bibirnya dan kucaplok dan jilat-
jilat payudara serta putingnya.
Jilatanku turun ke perut terus ke
paha mulusnya kemudian ke
betis indahnya naik lagi ke paha
dalamnya hingga sampai ke
selangkangannya.
“Auuww… Mas Adiiii… ehhmm…
shhh… enaaaakkk Masss…”
ceracau Rika sambil kepalanya
menggeleng-geleng tidak karuan
dan tangannya mencengkeram
sprei ketika aku mulai menjilati
bibir vaginanya, terus ke dalam
memeknya dan di klitorisnya.
Dengan penuh nafsu, terus
kujilati hingga akhirnya tubuh
Rika menegang, pahanya
mengempit kepalaku, tangannya
menjambak rambutku dan Rika
berteriak tertahan. Ternyata dia
telah mencapai orgasme
pertamanya, dan terus kujilati
cairan yang keluar dari lubang
kenikmatannya sampai habis.
Aku bangun dan melihat Rika
yang masih tampak terengah-
engah dan memejamkan mata
menghayati orgasmenya
barusan. Kukecup bibirnya, dan
Rika membalas, lalu aku menarik
tangannya untuk mengocok
penisku. Aku rebahkan tubuhku
dan Rika pun mengerti
kemauanku, lalu dia bangkit
menuju ke selangkanganku dan
mulai mengemut penisku.
“Oooh… Rik… kamu pinter
banget sih Rik…” aku memuji
permainannya.
Kira-kira setengah jam Rika
mengemut penisku. Mulutnya
dan lidahnya seakan-akan
memijat-mijat batang penisku,
bibirnya yang seksi kelihatan
semakin seksi melumati batang
dan kepala penisku. Dihisapnya
kuat-kuat ketika Rika menarik
kepalanya sepanjang batang
penis menuju kepala penisku
membuatku semakin merem-
melek keenakan.
Setelah bosan, aku kemudian
menarik tubuh Rika dan
merebahkannya kembali ke
tempat tidur, lalu kuambil posisi
untuk menindihnya. Rika
membuka lebar-lebar
selangkangannya, kugesek-
gesekkan dulu penisku di bibir
vaginanya, lalu segera
kumasukkan penisku ke dalam
lubang senggamanya.
“Aduuh Mas… sakiiit… pelan-
pelan aja doong… ahhh…” aku
pun memperlambat masuknya
penisku, sambil terus sedikit-
sedikit mendorongnya masuk
diimbangi dengan gerakan
pinggul Rika.
Terlihat sudut mata Rika basah
oleh air matanya akibat menahan
sakit. Sampai akhirnya,
“Bleeesss…” masuklah semua
batang penisku ke dalam liang
senggama Rika.
“Rika sayang, punya kamu
sempit banget sih..? Tapi enak
lho..!” Rika cuma tersenyum
manja.
“Mas juga, punya Mas besar gitu
maunya cari yang sempit-sempit,
sakit kaan..!” rajuk Rika.
Aku ketawa dan mengecup
bibirnya sambil mengusap air
matanya di sudut mata Rika
sambil merasakan enaknya
himpitan kemaluan Rika yang
sempit ini. Setelah beberapa saat,
aku mulai menggerakkan
penisku maju mundur dengan
pelan-pelan.
“Aaah… uuuhhh… oooww…
shhh… ehhmmm…” desah Rika
sambil tangannya memeluk erat
bahuku.
“Masih sakit Sayaaang..?”
tanyaku.
“Nggak Mas… sedikiiitt…
auuoohhh… shhh… enn..
ennnaakk.. Mas… aahh…” jawab
Rika.
Mendengar itu, aku pun
mempercepat gerakanku, Rika
mengimbangi dengan goyangan
pinggulnya yang dahsyat
memutar ke kiri dan ke kanan,
depan belakang, atas bawah. Aku
hanya bisa merem melek sambil
terus memompa, merasakan
enaknya goyangan Rika. Tidak
lama setelah itu, kurasakan
denyutan teratur di dinding
vagina Rika, kupercepat
goyanganku dan kubenamkan
dalam-dalam penisku.
Tanganku terus meremas-remas
payudaranya. Dan tubuh Rika
kembali menegang, “Aaah…
Masss Adiiii… teruuus Maass…
jangan berentiii… oooh…
Maasss… aaahhh… akuuuu
mauuu keluaaar… aaawww…”
Dan, “Cret… cret… crettt…”
kurasakan cairan hangat
menyemprot dari dalam liang
senggama Rika membasahi
penisku.
Kaki Rika pun memeluk
pinggangku dan menarik
pinggulku supaya lebih dalam
masuknya penisku ke dalam
lubang kenikmatannya. Ketika
denyutan-denyutan di dinding
vagina Rika masih terasa dan
tubuh Rika menghentak-hentak,
aku merasa aku juga sudah mau
keluar.
Kupercepat gerakanku dan,
“Aaah… Rikaaa… aku mau keluar
Sayaaang…” belum sempat aku
menarik penisku karena kaki
Rika masih memeluk erat
pinggangku, dan, “Crooot…
crooot… crooott…” aku keluar di
dalam kemaluan Rika.
“Aduuhhh enakkknyaaa…”
Dan aku pun lemas menindih
tubuh Rika yang masih terus
memelukku dan menggoyang-
goyangkan pinggulnya.
Aku pun bangkit, sedangkan
penisku masih di dalam liang
senggama Rika dan kukecup lagi
bibirnya.
Tiba-tiba, “Greeekkk…” aku
dikejutkan oleh suara pintu
garasi yang dibuka dan suara
motor adikku yang baru pulang.
Aku pun cepat-cepat bangun dan
tersadar. Kulihat sekeliling
tempat tidurku, lho… kok… Rika
hilang, kemana tuh cewek..?
Kuraba penisku, lho kok aku
masih pake celana dan basah
lagi. Kucium baunya, bau khas air
mani. Kulihat di pinggir tempat
tidur masih terbuka majalah
hiburan khusus pria yang kubaca
tadi. Di halaman 68, di rubrik
wajah, kulihat wajah seorang
cewek cantik yang tidak asing
lagi yang baru saja kutiduri
barusan, yaitu wajah Rika yang
menggunakan swimsuit di
pinggir kolam renang.
Yaaa ampuun… baru aku sadar,
pengalaman yang mengenakkan
tadi bersama Rika itu ternyata
cuma mimpi toh. Dan Rika yang
kutiduri dalam mimpiku barusan
adalah cover girl cantik dan seksi
majalah yang kubaca sebelum
aku tertidur tadi, yang di majalah
dia mengenakan swimsuit
merah. Aku pun segera beranjak
ke kamar mandi membersihkan
diri. Di dalam kamar mandi aku
ketawa sendiri dalam hati
mengingat-ingat mimpi enak
barusan. Gara-gara menghayal
yang tidak-tidak, jadinya mimpi
basah deeh.

Tidak ada komentar: