Senin, 21 November 2011

mertua mengganti posisi istriku

Hallo bagi semua penggemar cerita-cerita Ceritapanas.com, cerita
ini benar-benar saya alami sendiri dan sangat menjadi beban bagi
saya sampai sekarang, dimana setiap kali hal ini terjadi dibarengi
dengan penyesalan, tapi saya tidak kuasa keluar dari masalah ini,
habis enak sih.
Oke lah, cerita ini bermula dari setahun yang lalu sampai sekarang,
dimana dapat dibilang telah empat tahun saya menikah dengan Dian
istri saya. Umur saya sekarang sudah 32 tahun, dan masih segar,
pantasnya dibilang orang masih berumur 25 tahun dilihat dari
wajah. Maklum, imut-imut padahal tinggi badan sudah 175 cm
dengan berat badan 67 kg, dangan kulit sawo matang, karena
saya asli orang melayu.
Saya mempunyai mertua yang sangat perhatian dengan semua
aktivitas saya dan Dian istri saya. Istri saya adalah anak tunggal
dari keluarga yang dapat dikatakan kehidupannya lumayan mewah.
Tidak heran sewaktu saya menikahi Dian langsung diberikan satu
mobil Mercy yang masih keluaran baru, sedangkan saya hanya
karyawan Swasta perusahaan Asing di bidang Export-Inport
dengan jabatan sebagai Finance manager. Dimana di perusahaan
tempat saya berkerja pemegang saham terbesar dari Indonesianya
adalah mertuaku, jadi memang saya berkenalan dengan anak dari
pemegang saham terbesar di perusahaan saya berkerja. Saya
berkenalan pada saat saya ada urusan penting dengan Pak
Sutedjo, tentu nama samaran mertua saya.
Karena adanya pengembangan perusahaan dengan skala
International, yang waktunya saat itu sudah sangat mepet, maka
saya langsung saja ke rumah Pak Sutedjo di kawasan elit
perumahan di Pondok Indah. Sewaktu saya masuk ke rumah itu, di
situlah saya bertemu dengan Dian, dan dia mengajak saya
mengobrol di teras rumahnya sambil menunggu Pak Sutedjo sedang
mandi.
Setelah urusan kantor selesai, saya semakin dekat dengan Dian
dan pacaran selama 1 tahun dan langsung menikah. Sampai
sekarang kami dikaruniai 2 orang anak, dan kami masih tinggal di
rumah mertua, maklum karena istri saya adalah anak semata
wayang. Saya harus mengalah tinggal di rumah mertua atau
‘Pondok Merua Indah’ istilah sekarang.
Okey, kita langsung saja pada inti ceritanya. Waktu itu keadaan
cuaca malam yang sangat sejuk dan ditambah rumah full AC
semakin menambah dinginnya malam itu. Saat itu Dian istri saya
sedang pergi berlibur dengan anak-anak ke Bali. Saya tidak ikutan
pergi karena masih ada urusan kantor yang tidak dapat
ditinggalkan, dimana saya sudah diangkat menjadi salah satu
Direktur bagian pengembangan, sedangkan mertua perempuan
saya tidak ikutan karena kurang enak badan, jadi yang pergi
hanya Dian istriku beserta kedua anakku ditemani 2 orang adik
perempuanku.
Malam ini terasa dingin sekali. Biasanya disaat cuaca begini libidoku
akan meledak-ledak, dan repotnya adalah Dian istri saya saat ini
tidak ada disini, sampai pening saya menahannya. Sambil
mengenakan baju tidur, saya mengarah ke kamar tempat tidur.
Tapi sewaktu saya mau masuk ke kamar, terdengar suara
panggilan mertua memanggil saya.
“Jach.., kamu udah tidur belon..?” tanyanya.
“Belon Bu..” jawab saya sekenanya.
Saya pikir Bapa mertua saya ada di rumah, maka saya mengambil
keputusan tidur saja.
Tidak lama Ibu mertua saya memanggil lagi.
“Jach.., kamu suruh si Joko supir kita masukin mobil, karena tidak
jadi Bapa datang dari USA. Katanya masih ada urusannya di sana.”
Saya pun memanggil si Joko dan menyuruhnya memasukkan mobil
ke dalam garasi. Setelah itu mertua saya memanggil saya lagi,
“Jach.., kamu udah makan belon?”
“Udah Bu.” kata saya.
Tidak sampai disitu, dia juga menanyakan sudah minum susu apa
belum. Memang dengan perhatiannya yang terlalu berlebihan itu
kadang membuat saya jengkel, itu lah mertua saya yang sangat
perhatian dan penyayang.
Sebelum tidur saya pikir lebih baik saya menonton televisi,
kebetulan ada film enak di SCTV. Saking asyiknya saya menonton
televisi, saya kaget waktu Ibu mertua saya menegur dari belakang.
“Eh.., Ibu belon tidur..?” sapa saya padanya sedikit gugup.
“Ini Jach, badan saya terasa ngilu dan kepala saya pusing, Jach
tau nggak mijit..?” tanyanya.
“Ya tau sih nggak terlalu, tapi kalo sekedar sih bisalah,” jawab
saya.
“Ya udah kamu tolong Ibu dong pijitin..!” pintanya sambil duduk di
sebelah saya.
Dengan sedikit malas-malasan saya bangkit dari tempat duduk
saya, dan sekarang ibu mertua saya duduk di karpet sambil
menonton televisi. Saya duduk di sofa sambil memijat kepalanya
dan lehernya.
Perasaan saya belum ada yang ganjil dan masih tetap normal, tapi
entah setan apa yang datang yang menghinggapi diri ini, sewaktu
saya memijat lehernya terlihat oleh mata saya secara jelas buah
dadanya yang masih sekal dan mancung. Saat itu Ibu mertua saya
hanya mengenakan daster tipis. Saya sangat penasaran saat itu,
karena setelah saya mencuri-curi pandang ke buah dadanya, saya
sedikit tersentak. Waktu itu terlihat oleh saya samar-samar kalau
dia tidak menggunakan apa-apa lagi di balik dasternya. Memang
dalam situasi begini siapa pun orangnya kalau masih laki-laki
normal pasti akan naik nafsu melihat pemandangan yang beginian.
Tangan saya mulai saya turunkan memijat ke pundaknya, dan
sewaktu memijat lengan atas tangannya, saya agak menyenggol
sedikit buah dadanya dan terasa sangat lembut dan kenyal.
Semakin saya senggol, dia semakin gelisah, dan disaat saya
melakukan penyenggolan, saya perhatikan tidak ada seperti
perasaan curiga. Saat itu juiga saya berusaha mendekatkan bibir
saya ke daerah tengkuknya dan menghembuskan nafas yang
dapat menggelikan sekaligus menaikkan nafsunya. Sedikit agak
berat nafasnya terdengar. Tidak habis sampai disitu usaha saya,
saya berusaha menempelkan tangan saya ke payudaranya dan
memijatnya dengan lembut.
“Akh… sssh… Jach..!” terdengar suara Ibu mertua saya dan
mengagetkan saya sejenak.
Secepat kilat dia memutar dan menghadap ke saya sambil berdiri
dan memeluk kepala saya. Kemudian dia menciumi wajah saya dan
dikulumnya bibir saya sambil berbisaik, “Jach… kita ke kamar yo..!”
Cepat-cepat saya gendong tubuhnya ke kamar, dan langsung saya
telanjangi. Kebetulan dia hanya mengenakan daster, tinggal saya
bukakan pakaian saya sendiri. Kami sekarang sudah dalam
keadaan telanjang bulat.
Kami bergulat dengan ganas di atas tempat tidurnya. Saya
mencumbu Ibu mertua saya sendiri. Ibu mertua saya juga tidak
sabaran dan langsung mengarahkan batang kemaluan saya ke
lubang vaginanya yang belum sempat saya garap, maklum orang
kampung kebiasaan main begitu, langsung to the point saja.
Terpaksa saya melayaninya secepat itu, dan sewaktu penis saya
mulai tenggelam ke dalam vaginanya, terasa agak dipijat-pijat.
“Akh… akh… huss… terus..!” desahnya saat itu.
Saya mendorong sedikit, dan “Bless..!” tenggelam seluruh batang
kemaluan saya ke dalam vaginanya.
“Akh… akh..!” lenguhan Ibu mertua saya sewaktu ujung penis saya
menyentuh dinding rahimnya.
Pelan-pelan batang kemaluan saya mulai saya majumundurkan.
“Akh.. ah.. huss.. terus..!” desahnya.
Saya melaju dengan pelan dan lembut. Tidak berapa lama Ibu
mertua saya mulai mengimbangi dari bawah.
“Terus… terus… Jach.., aduh nikmatnya, enak kali punya kamu.
Beruntung Dian memilikimu..,” itulah kata-kata yang keluar dari
mulutnya, pujian dari mulut orang yang saya hormati selama ini.
10 menit sudah kami saling berpacu. Tidak puas dengan gaya
pertama, kami melanjutkan ke gaya kedua. Sekarang dia meminta
posisinya berada di atas. Hebat benar dia, saya langsung saja
mencabut dan tidur telentang. Sekarang dia mengangkangi batang
penis saya dan mengarahkannya ke vaginanya.
Kemudian, “Hussst… akh… blesss..!” masuk semuanya tanpa sisa.
Saya merasakan seakan-akan terbang ketika digoyangnya
pinggangnya dengan liar.
“Plek… clok…. kuclok..!” begitulah terdengar suara dari hasil
peraduan antara paha saya dengannya.
30 menit sudah kami melakukannya, sekarang saya memangku
dengan pisisi duduk saling berhadapan. Kami mengejar kenikmatan
yang sangat dalam saat itu (cuaca saat itu sangat mendukung).
Kepala batang kemaluan saya ngilu rasanya. Ibu mertua saya
sudah mulai liar, rupanya dia sudah mulai mencapai orgasmenya
yang ke tiga kalinya, sehingga mulai banjir lagi dan terasa semakin
licin dan geli terasa dinding vaginanya memijat-mijat penis saya.
Hanya berjalan sebentar, terasa sudah berada di kepala penis
saya lahar yang mau menyembur.
“Crot.. crot… cret..!” saya semburkan air kenikmatan saya ke dalam
rahimnya yang dulunya tempat berdiamnya Dian istri saya.
Sebentar kami terdiam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang
barusan kami capai.
Setelah kami istirahat setengah jam, kami mandi bareng ke bathup.
Kami melakukannya sekali lagi di kamar mandi dan 2 kali lagi di
malam hari, di tempat tidur mertua saya. Begitulah kami
melakukannya selama Dian istri saya berada di Bali. Dan
sekembalinya mereka dari Bali saya langsung menyetubuhi Dian,
karena saya waktu itu sempat terangsang dengan Ibu mertua saya.
Ternyata Ibu mertua saya saat itu mengetahuinya. Pagi-pagi Dian
memberi kode yang sudah kami sepakati dulu. Kami melakukan
dengan hati-hati, takut nanti berabe. Sampai saat ini kami masih
melakukan 1 kali 2 hari.
TAMAT

Tidak ada komentar: