Jumat, 16 Maret 2012

mertua bejat

Aku bingung melihat sikap mertuaku
padaku, akhir2 ini sering sekali dia mampir ke
rumahku, terutama saat suamiku belum pulang.
Tingkahnya makin menjadi2, dia selalu
mengeluh padaku karena gairah sexnya tidak
terpuaskan, ibu mertuaku kelihatannya sudah
enggan meladeni napsu suaminya. Aku merasa
dia sedang merayuku untuk mau meladeni
napsunya. Aku mula2 sungkan dengan
tingkahnya, tetapi karena seringnya dia
melakukan hal yang sama, buatku menjadi
biasa. Kalau berkunjung selalu dia membawakan
sesuatu untukku, makanan, buah2an, bahkan
pakaian dan sepatu. Suamiku hanya tersenyum
ketika kulapori ulah bapaknya, dia bilang, itu
tandanya papah sayang sama kamu. Suatu sore
mertuaku datang lagi ke rumahku, aku baru saja
sampai dirumah, suamiku belum pulang,
katanya malem ini dia lembur, kemungkinan
malah gak pulang karena besok adalah dead line
proyeknya. Mertuaku mendadak memelukku
dari belakang, "Sin, kamu merangsang sekali
deh". Aku terkejut dengan ulahnya yang belum
pernah dilakukan, tapi aku membiarkannya saja.
Aku malah merasa tersanjung dengan pujian
yang jarang sekali terucap dari suamiku. "Pah,
nanti dilihat orang lo, pintunya masih terbuka",
kataku. Dia melepaskan pelukannya dan
menutup pintu rumahku. Dia duduk di sofa dan
minta aku duduk disampingnya, ketika aku
duduk dia segera memeluk dan bibirnya
langsung menyambar bibirku. Aku kaget tapi
akhirnya larut dalam lumatan bibirnya yang
ganas, lidahnya menyusup ke dalam mulutku
dan melilit lidahku, spontan aku membalas
aksinya dengan menyambut ciuman ganasnya,
akupun mengemut lidahnya yang menari2
didalam mulutku. "Papah nekatt.." kataku.
"Abisnya kamu ngegemesin sih.." Kembali dia
mencium bibirku, tangannya kali ini
menggerayangi tetekku, diremas2nya pelan2
sehingga aku mulai terhanyut oleh napsuku
yang mulai berkobar. Jemarinya menyusuri
pahaku, menyingkap rokku ke atas, sehingga
terpampanglah pahaku, dia tambah bernapsu.
Sambil terus mengulum bibirku, tangannya
mengelus pahaku makin keatas sehingga rokku
makin tersingkap, sampai jarinya menyentuh
bukit mekiku. Otomatis pahaku merenggang
memberi kesempatan jemarinya untuk bermain
lebih leluasa di bukit mekiku. Terasa jari nakalnya
mulai menyusup kedalam CD ku dan mengilik
itilku, aku menggelinjang, napsuku makin
berkobar saja. "Pah, aah", erangku. "kenapa Sin,
kamu dah napsu ya, ke kamar yuk biar lebih
asik", jawabnya sambil bangkit dan setengah
menyeretku ke kamar. Aku hanya ngikut saja
ketika dia menarikku ke kamar, kewarasanku
sudah tertutupi napsuku yang berkobar,
napsuku yang memaksaku mengikuti kehendak
mertuaku karena dorongan keinginan merasakan
kepuasan di ranjang yang jarang sekali aku
peroleh. Di kamar, langsung saja aku
ditelanjanginya, bibirku diciuminya sambil
meremas2 tetekku yang sudah mengeras,
pentilku di pilin2nya, aku hanya bisa ber ah uh
karena rangsangan yang luar biasa itu. Aku
malah mengimbangi ciuman ganasnya, aku
ditariknya ke ranjang. Pentilku langsung
diserbunya, diemut2nya dengan rakusnya
sehingga pentilku langsung mengeras,
sementara itu tetekku terus saja diremas2nya.
Puas mengemut pentilku, jilatan lidahnya turun
ke arah perutku, terus ke bawah lagi dan
mampir di mekiku. Lidahnya segera membelah
bibir mekiku dan menjilati itilku, aku
mengangkangkan pahaku sehingga
mempermudah dia menggarap itilku. Aku mulai
mengerang2 saking nikmatnya yang melanda
tubuhku. "Aasshhg.. hngghh.. ssshhhg.."
badanku melintir, bergeliat-geliat oleh kilikan
jilatan di itilku. Dia makin bersemangat karena
eranganku. Tiba2 dia melepaskan jilatnnya,
segera dia melepaskan semua pakaiannya.
batangnya yang besar dan panjang sudah
sangat keras. Aku heran, bapak nya punya
batang yang luar biasa, kenapa suamiku
batangnya udah kecil letoy lagi. Jangan2 dia anak
pungut kali ya, batinku. Dia segera menaiki
tubuhku yang sudah telentang pasrah, siap
untuk dienjot, dia membasahi kepala batangnya
dengan ludahnya kemudian ditempelkan ke bibir
mekiku dan langsung ditusuk masuk.
"Hhgghh.." sekali lagi aku mengejang kali ini oleh
sodokan batangnya. Tapi karena sudah cukup
siap, dengan mudahnya dia menancapkan
batangnya ke dalam mekiku. Aku menggelepar
ketika menyambut masuknya batangnya yang
cepat amblas ke dalam mekiku. Begitu tertanam
didalam, aku menahan pinggangnya agar
sodokannya jangan terus berlanjut. Dia
menungguku sampai sudah siap, baru
batangnya dienjotkan keluar masuk pelan2.
Mula2 terasa aneh ketika batangnya mulai
memompa mekiku, terasa banget batangnya
yang besar menyeruak masuk mengisi lobang
mekiku yang terdalam. "Hhsssh, dalemm
bangett Paah.." spontan keluar eranganku.
"He.ehh.. tapi kan nggak sakit?" tanyanya.
"enggak kok Pah, malah nikmat banget rasanya",
jawabku terengah. Dia terus mengenjotkan
batangnya keluar masuk, aku merangkul
lehernya dan kedua kakiku membelit pahanya.
"Gimana rasanya.. nggak sakit kan?" "Nggak..
enak malah Pah, geli sampe ke dalem-dalem
sini." jawabku sambil mengusap-usap perut
atasku. "Apanya yang enak?" "Ngg.. batang
papah.." jawabku. Dia makin gencar
mengenjotkan batangnya keluar masuk
sehingga aku makin menggeliat saking
nikmatnya. "Paah ennakk Paaah.. Iyya.. Duhh
dalem bangett masuknya Paah..Aaa.. dikorek-
korek gitu Sintia pengenn kluarr. Ayyo Pah..
adduuh", erangku gak karuan. ".. Iyya ayyo
aaahhgh.. ssshgh.. hghrf.. ennaak mekimu Sin..
Papah juga mo kluaarr.. sshmmmh.." "Hhsss..
aduuhh tobatt Paah.. hahgh ooghh.. batangnya
kok masuk dalem sekali Pah, gedee sekalli,
aduuh.. Pah.." batangnya makin dipompa
keras2, nikmat banget rasanya. Heg.. yaang
kerass Pah.. shh iya gittu..aduh..ssshgh..
heehh.. ayyo.. ayoo Paak.. aaahgh.. sshgh.. Iyya
Pah, Sintia udah mo nyampe.. aduhh.. hghshh..
hrrgh.." Dia meremas2 tetekku, sampai akhirnya
akupun nyampe. Dadaku membusung, seolah-
olah tubuhku terangkat-angkat oleh tarikannya
yang meremasi kedua tetekku. Tapi menjelang
tiba di saat dia muncrat, dia mencabut
batangnya dan langsung tegak berlutut sambil
menarik kedua lenganku sehingga aku ikut
bangun terduduk.Dia menekan kepalaku ke arah
batangku yang tegang mengangguk2
berlumuran cairan mekiku. "Ayo Sin isepin
sampe keluarr.." Tanpa ragu-ragu aku langsung
mencaplok dan mengocok batangnya dengan
mulutku. Tidak bisa semua, hanya tertampung
kepalanya saja dimulutku, tapi ini sudah cukup
membuat dia muncrat di mulutku. Aku agak
tersedak karena semprotan maninya yang tiba2,
dia terus menekan kepalaku supaya tidak
melepaskan kulumanku sehingga maninya
tertelan olehku. Setelah keluar semua, aku
melepas mulutku, langsung meringis. "Kenapa
Sin, nggak enak ya rasanya?" tanya nya geli.
"Asin rasanya Pak.." jawabku ikut geli. "Maaf ya?
Terpaksa Papah tumpahin di mulut, soalnya kalo
di mekimu nanti jadi lagi." "Nggak pa-pa, sekali-
sekali buat pengalaman baru kok.." "Kalo sering-
sering emang kenapa?" "Emang enak sih
dikeluarin pake mulut?" kataku sambil bergerak
bangun untuk ke kamar mandi mencuci bekas-
bekas permainan ini. "Oo.. sama kamu sih pasti
enak aja." jawabnya sambil ikut bangun
menyusulku. di kamar mandi, dia memelukku
dari belakang, aku belum sempet bebersih ketika
tangannya mulai meremas tetekku, pentilnya
diplintir2 sambil menciumi kudukku. aku
menggelinjang kegelian. Aku mencari
batangnya, astaga, sudah mulai tegang lagi
rupanya. kuat banget dia, baru aja muncrat di
mulutku sudah mulai ngaceng lagi. "Kuat banget
sih Pah, baru Sintia emut sampe muncrat udah
ngaceng lagi", kataku. "Iya tadi kan muncrat
dimulut kamu, sekarang pengen muncrat di
meki kamu", jawabnya sambil terus meremesi
tetekku. Leherku terus saja diciumi, dijilati
dengan penuh napsu. Akupun tidak tinggal
diam, batangnya yang makin keras aku remes
dan kocok2 biar sempurna ngacengnya. "Pah,
Sintia isep lagi ya", kataku sambil jongkok di
depannya. Ujung batangnya kujilati dan
kemudian giliran kepala batangnya, terus ke
pangkalnya, kemudian ke biji pelernya. Dia
mengangkat kaki kanannya supaya aku mudah
menjilati batangnya. Kemudian jilatanku naik lagi
keatas, dan kepalanya langsung kukulum.
Kepalaku mengangguk2 seiring keluar masuknya
batangnya dimulutku, sambil ngisep, biji
pelernya aku elus2. "AAh Sin, nikmat banget
deh", erangnya. Dia memegang rambutku dan
mendorong batangnya keluar masuk mulutku
dengan pelan. Sepertinya dia udah tidak tahan
lagi, aku diseretnya keluar kamar mandi dan
ditelentangkan di ranjang. Pentilku menjadi
sasaran jilatannya, jilatan berubah menjadi
emutan, bergantian pentil kiri dan kanan.
kemudian jilatannya turun ke perut, kemudian ke
pusar sampe akhirnya ke buluku. Jarinya mulai
mengelus bibir mekiku, kemudian jilatannya
mulai menjelajahi mekiku yang sudah basah
kembali. Jilatannya tidak langsung ke itilku tapi
berputar2 sekitar mekiku. ke daerah paha, terus
kedaerah pantat dan naik lagi. "Pah, nakal ih",
desahku, napsu sudah kembali menguasaiku.
Jilatannya diarahkan ke itilku sambil memasukkan
jarinya ke mekiku. dia menggerakkan jarinya
keluar masuk mekiku. "Paah", desahku saking
napsunya. pinggulku menggeliat kekiri kekanan.
Akhirnya sampailah saat yang kutunggu2, dia
menaiki badanku, ditindihnya aku, batangnya
diarahkan ke mekiku yang sudah basah banget.
Kepalanya diusap2kan dibibir mekiku. Aku
mengangkat pantatku ke atas sehingga bless
masuklah kepala batangnya membelah bibir
vaginaku.Dia mulai mengeluar masukkan
batangnya ke mekiku, pelan2, makin lama makin
cepat, sampe akhirnya dengan satu enjotan
yang keras, seluruh batangnya nancep dalem
sekali di mekiku. "Paah, nikmat sekali", jeritku.
Aku menggelinjang makin gak beraturan seiring
dengan enjotan batangnya keluar masuk mekiku
dengan cepat dan keras. Kakiku menjepit
pinggulnya, kemudian diletakkan di pundaknya,
dia pada posisi berlutut, makin terasa gesekan
batangnya ke dinding mekiku, nikmat banget.
mekiku mulai berdenyut2 meremes2 batangnya
yang teruis bergerak lincah keluar masuk. "Pah,
Sintia udah mau nyampe nih, terus enjot yang
keras pah, aah", erangku lagi. Dia makin
semangat mengenjot mekiku. Tiba2 dia berhenti
dan mencabut batangnya, "Paah", protesku.
ternyata dia pengen ganti posisi. aku disuruhnya
nungging dan kembali batangnya melesak
masuk mekiku dari belakang, doggie style.
pantatku dipeganginya sementara dia
mengenjotkan batangnya keluar masuk. tetekku
yang berguncang2 seirama dengan enjotan
batangnya diraihnya, diremes2nya, pentilnya
diplintir2, menambah kenikmatan yang sedang
mendera tubuhku. "Terus paah", erangku lagi,
aku mencengkeram seprei dengan kuat saking
nikmatnya. aku memaju mundurkan badanku
supaya batangnya nancep dalem sekali di
mekiku, sampe akhirnya, "Terus paah, Sintia
nyampe lagiii". Dinding mekiku berdenyut2
mengiringi sampenya aku, dia terus saja
mengenjot mekiku dengan cepat. Aku
neklungkup, capai banget rasanya meladeni
napsunya mertuaku ini. Dia membaringkan
dirinya, batangnya masih tegak berdiri
berlumuran cairan mekiku. "Sin, kamu yang
diatas ya, papah belum keluar neh", pintanya.
Aku menempatkan diriku diatasnya, batangnya
kupegang dan langsung kutancapkan ke mekiku,
badan kutekan kebawah sehingga langsung aja
batangnya ambles semua di mekiku. Aku mulai
menggoyang pinggulku, kekiri kekanan, maju
mundur, berputar2. biar cape, tapi nikmat
banget rasanya gesekan batangnya ke mekiku.
tetekku diremes2nya sambil memlintir2
pentilnya. aku merubah gerakanku menjadi
keatas kebawah mengocok batangnya dengan
mekiku. "Pah, nikmat banget pah", erangku.
Akhirnya aku tidak bisa menahan diriku lebih
lama lagi, aku ambruk didadanya karena
nyampe untuk kesekian kalinya. "Pah, belum
mau muncrat ya, Sintia lemes pah", desahku.
"Tapi nikmat kan", jawabnya. "Nikmat banget
pah". Dia berguling tanpa mencabut batangnya
dari mekiku sehingga sekarang dia ada diatasku.
dia mulai lagi mengenjotkan batangnya keluar
masuk mekiku. kuat banget ya untuk orang
seumur dia, mungkin dia makan obat kuat. tapi
aku gak perduli dengan hal itu, yang ada
sekarang aku menikmati saja nikimatnya
gesekan batangnya di mekiku. "Sin, udah mau
muncrat, didalem ya", erangnya sambil
mempercepat enjotannya. "muncratin di dalem
aja pah, kan papah pengen muncrat di dalem
mekinya sintia", jawabku terengah. Dia terus
mengenjotkan batangnya keluar masuk mekiku,
sampe akhirnya, "Siin", erangnya. terasa sekali
semburan maninya membanjiri mekiku. Kami
berdua terkulai lemas.

Tidak ada komentar: