Kamis, 15 Maret 2012

kisah ety dan guru bhs inggrisnya

Cerita dewasa ini akan saya
ceritakan khgususnya bagi anda
para penggemar cerita dewasa
dengan sedikit unsur cerita
panas dan tentunya
bendebarkan untuk anda baca,
karena dengan membaca sebuah
cerita dewasa gairah kita akan
kembali membara dengan sedikit
aroma adegan mendebarkan
dari alur cerita yang kita baca
nanti.
Mungkin anda sudah tidah sabar
untuk membaca sebuah cerita
dewasa yang kebetulan saya
dapatkan juga dari situs internet
yang lain, namun dalam cerita
tersebut memang sangat hot
sekali untuk anda baca. Namun
sebelumnya saya juga
peringatkan bagi anda yang
belum dewasa saya harao jangan
baca cerita dibawah ini :
Sebut saja namaku Etty (bukan
yang sebenarnya), waktu itu aku
masih sekolah di sebuah SMA
swasta. Penampilanku bisa
dibilang lumayan, kulit yang
putih kekuningan, bentuk tubuh
yang langsing tetapi padat berisi,
kaki yang langsing dari paha
sampai tungkai, bibir yang cukup
sensual, rambut hitam lebat
terurai dan wajah yang oval.
Payudara dan pantatkupun
mempunyai bentuk yang bisa
dibilang lumayan.
Dalam bergaul aku cukup ramah
sehingga tidak mengherankan
bila di sekolah aku mempunyai
banyak teman baik anak-anak
kelas II sendiri atau kelas I, aku
sendiri waktu itu masih kelas II.
Laki-laki dan perempuan semua
senang bergaul denganku. Di
kelaspun aku termasuk salah
satu murid yang mempunyai
kepandaian cukup baik, ranking
6 dari 10 murid terbaik saat
kenaikan dari kelas I ke kelas II.
Karena kepandaianku bergaul
dan pandai berteman tidak
jarang pula para guru senang
padaku dalam arti kata bisa
diajak berdiskusi soal pelajaran
dan pengetahuan umum yang
lain. Salah satu guru yang aku
sukai adalah bapak guru bahasa
Inggris, orangnya ganteng
dengan bekas cukuran brewok
yang aduhai di sekeliling
wajahnya, cukup tinggi (agak
lebih tinggi sedikit dari pada
aku) dan ramping tetapi cukup
kekar. Dia memang masih
bujangan dan yang aku dengar-
dengar usianya baru 27 tahun,
termasuk masih bujangan yang
sangat ting-ting untuk ukuran
zaman sekarang.
Suatu hari setelah selesai
pelajaran olah raga (volley ball
merupakan favoritku) aku
duduk-duduk istirahat di kantin
bersama teman-temanku yang
lain, termasuk cowok-cowoknya,
sembari minum es sirup dan
makan makanan kecil. Kita yang
cewek-cewek masih
menggunakan pakaian olah raga
yaitu baju kaos dan celana
pendek. Memang di situ cewek-
ceweknya terlihat seksi karena
kelihatan pahanya termasuk
pahaku yang cukup indah dan
putih.
Tiba-tiba muncul bapak guru
bahasa Inggris tersebut, sebut
saja namanya Freddy (bukan
sebenarnya) dan kita semua
bilang, “Selamat pagi Paa..aak”,
dan dia membalas sembari
tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian
capek ya, habis main volley”.
Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi
kepanasan. Selesai ngajar, ya
Pak”. “Iya, nanti jam setengah
dua belas saya ngajar lagi,
sekarang mau ngaso dulu”.
Aku dan teman-teman mengajak,
“Di sini aja Pak, kita ngobrol-
ngobrol”, dia setuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian
tidak keberatan”!
Aku dan teman-teman bilang,
“Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali
lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita
dijajanin”, lalu teman-teman yang
lain, “Naa..aa, betuu..uul.
Setujuu..”.
Ketika Pak Freddy mengambil
posisi untuk duduk langsung aku
mendekat karena memang aku
senang akan kegantengannya
dan kontan teman-teman
ngatain aku.
“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-
deket, jangan mau Pak”.
Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya,
ndak apa-apa”.
Kemudian sengaja aku
menggoda sedikit
pandangannya dengan
menaikkan salah satu kakiku
seolah akan membetulkan sepatu
olah ragaku dan karena masih
menggunakan celana pendek,
jelas terlihat keindahan pahaku.
Tampak Pak Freddy tersenyum
dan aku berpura-pura minta
maaf.
“Sorry, ya Pak”.
Dia menjawab, “That’s OK”. Di
dalam hati aku tertawa karena
sudah bisa mempengaruhi
pandangan Pak Freddy.
Di suatu hari Minggu aku berniat
pergi ke rumah Pak Freddy dan
pamit kepada Mama dan Papa
untuk main ke rumah teman dan
pulang agak sore dengan alasan
mau mengerjakan PR bersama-
sama. Secara kebetulan pula
Mama dan papaku mengizinkan
begitu saja. Hari ini memang hari
yang paling bersejarah dalam
hidupku. Ketika tiba di rumah
Pak Freddy, dia baru selesai
mandi dan kaget melihat
kedatanganku.
“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa,
kok datang sendirian?”.
Aku menjawab, “Ah, nggak iseng
aja. Sekedar mau tahu aja rumah
bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke
dalam, “Ooo, begitu. Ayolah
masuk. Maaf rumah saya kecil
begini. Tunggu, ya, saya paké
baju dulu”. Memang tampak Pak
Freddy hanya mengenakan
handuk saja. Tak lama kemudian
dia keluar dan bertanya sekali
lagi tentang keperluanku. Aku
sekedar menjelaskan, “Cuma mau
tanya pelajaran, Pak. Kok sepi
banget Pak, rumahnya”.
Dia tersenyum, “Saya kost di sini.
Sendirian.”
Selanjutnya kita berdua diskusi
soal bahasa Inggris sampai tiba
waktu makan siang dan Pak
Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
Lalu dia berdiri dari duduknya,
“Kamu tunggu sebentar ya, di
rumah. Saya mau ke warung di
ujung jalan situ. Mau beli nasi
goreng. Kamu mau kan?”.
Langsung kujawab, “Ok-ok aja,
Pak.”.
Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di
rumahnya sendirian dan aku
jalan-jalan sampai ke ruang
makan dan dapurnya. Karena
bujangan, dapurnya hanya terisi
seadanya saja. Tetapi tanpa
disengaja aku melihat kamar Pak
Freddy pintunya terbuka dan aku
masuk saja ke dalam. Kulihat
koleksi bacaan berbahasa
Inggris di rak dan meja tulisnya,
dari mulai majalah sampai buku,
hampir semuanya dari luar
negeri dan ternyata ada majalah
porno dari luar negeri dan
langsung kubuka-buka. Aduh!
Gambar-gambarnya bukan main.
Cowok dan cewek yang sedang
bersetubuh dengan berbagai
posisi dan entah kenapa yang
paling menarik bagiku adalah
gambar di mana cowok dengan
asyiknya menjilati vagina cewek
dan cewek sedang mengisap
penis cowok yang besar,
panjang dan kekar.
Tidak disangka-sangka suara Pak
Freddy tiba-tiba terdengar di
belakangku, “Lho!! Ngapain di
situ, Et. Ayo kita makan, nanti
keburu dingin nasinya”.
Astaga! Betapa kagetnya aku
sembari menoleh ke arahnya
tetapi tampak wajahnya biasa-
biasa saja. Majalah segera
kulemparkan ke atas tempat
tidurnya dan aku segera keluar
dengan berkata tergagap-gagap,
“Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-
ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya,
Pak”.
Pak Freddy hanya tersenyum
saja, “Ya. Udah tidak apa-apa.
Kamar saya berantakan. tidak
baik untuk dilihat-lihat. Kita
makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Freddy tidak
marah dan membentak, hatiku
serasa tenang kembali tetapi
rasa malu belum bisa hilang
dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya,
“Koleksi bacaannya banyak
banget Pak. Emang sempat
dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil
memasukan sesendok penuh
nasi goreng ke mulutnya,
“Yaa..aah, belum semua. Lumayan
buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing, “Kok, tadi
ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi, “Yang begituan
yang mana”.
Aku bertanya dengan agak malu
dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang
begituan, tuh. Emm.., Majalah
jorok”.
Kemudian dia tertawa, “Oh, yang
itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari
teman saya waktu dia ke Eropa”.
Selesai makan kita ke ruang
depan lagi dan kebetulan sekali
Pak Freddy menawarkan aku
untuk melihat-lihat koleksi
bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri, “Kalau
kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke
sana. Aku segera ke kamarnya
dan kuambil lagi majalah porno
yang tergeletak di atas tempat
tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak
Freddy bertanya lagi, “Betul kamu
tidak malu?”, aku hanya
menggelengkan kepala saja.
Mulai saat itu juga Pak Freddy
dengan santai membuka celana
jeans-nya dan terlihat olehku
sesuatu yang besar di dalamnya,
kemudian dia menindihkan
dadanya dan terus semakin kuat
sehingga menyentuh vaginaku.
Aku ingin merintih tetapi
kutahan.
Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit,
Et”.
Aku hanya menggeleng, entah
kenapa sejak itu aku mulai
pasrah dan mulutkupun terkunci
sama sekali. Semakin lama jilatan
Pak Freddy semakin berani dan
menggila. Rupanya dia sudah
betul-betul terbius nafsu dan
tidak ingat lagi akan
kehormatannya sebagai Seorang
Guru. Aku hanya bisa mendesah”,
aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.
Akhirnya aku lemas dan
kurebahkan tubuhku di atas
tempat tidur. Pak Freddy pun
naik dan bertanya.
“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung
Pak Freddy mencium mulutku
dengan ganasnya, begitupun aku
melayaninya dengan nafsu
sembari salah satu tanganku
mengelus-elus penis yang
perkasa itu. Terasa keras sekali
dan rupanya sudah berdiri
sempurna. Mulutnya mulai
mengulum kedua puting
payudaraku. Praktis kami berdua
sudah tidak berbicara lagi,
semuanya sudah mutlak terbius
nafsu birahi yang buta. Pak
Freddy berhenti merangsangku
dan mengambil majalah porno
yang masih tergeletak di atas
tempat tidur dan bertanya
kepadaku sembari salah satu
tangannya menunjuk gambar
cowok memasukkan penisnya ke
dalam vagina seorang cewek
yang tampak pasrah di
bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Et?”.
Aku tidak menjawab dan hanya
mengedipkan kedua mataku
perlahan. Mungkin Pak Freddy
menganggap aku setuju dan
langsung dia mengangkangkan
kedua kakiku lebar-lebar dan
duduk di hadapan vaginaku.
Tangan kirinya berusaha
membuka belahan vaginaku
yang rapat, sedangkan tangan
kanannya menggenggam
penisnya dan mengarahkan ke
vaginaku.
Kelihatan Pak Freddy agak susah
untuk memasukan penisnya ke
dalam vaginaku yang masih
rapat, dan aku merasa agak
kesakitan karena mungkin otot-
otot sekitar vaginaku masih
kaku. Pak Freddy
memperingatkan, “Tahan
sakitnya, ya, Et”. Aku tidak
menjawab karena menahan
terus rasa sakit dan, “Akhh..,
bukan main perihnya ketika
batang penis Pak Freddy sudah
mulai masuk, aku hanya meringis
tetapi Pak Freddy tampaknya
sudah tak peduli lagi, ditekannya
terus penisnya sampai masuk
semua dan langsung dia
menidurkan tubuhnya di atas
tubuhku. Kedua payudaraku
agak tertekan tetapi terasa
nikmat dan cukup untuk
mengimbangi rasa perih di
vaginaku.
Semakin lama rasa perih berubah
ke rasa nikmat sejalan dengan
gerakan penis Pak Freddy
mengocok vaginaku. Aku
terengah-engah, “Hah, hah,
hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak
Freddy semakin erat ke tubuhku
dan spontan pula kedua
tanganku memeluk dirinya dan
mengelus-elus punggungnya.
Semakin lama gerakan penis Pak
Freddy semakin memberi rasa
nikmat dan terasa di dalam
vaginaku menggeliat-geliat dan
berputar-putar.
Sekarang rintihanku adalah
rintihan kenikmatan. Pak Freddy
kemudian agak mengangkatkan
badannya dan tanganku
ditelentangkan oleh kedua
tangannya dan telapaknya
mendekap kedua telapak
tanganku dan menekan dengan
keras ke atas kasur dan
ouwww.., Pak Freddy semakin
memperkuat dan mempercepat
kocokan penisnya dan di
wajahnya kulihat raut yang
gemas. Semakin kuat dan terus
semakin kuat sehingga tubuhku
bergerinjal dan kepalaku
menggeleng ke sana ke mari dan
akhirnya Pak Freddy agak
merintih bersamaan dengan rasa
cairan hangat di dalam vaginaku.
Rupanya air maninya sudah
keluar dan segera dia
mengeluarkan penisnya dan
merebahkan tubuhnya di
sebelahku dan tampak dia masih
terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia
bertanya padaku, “Gimana, Et?
Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
Sembari tersenyum aku
menjawab dengan lirih, “tidak
apa-apa. Agak sakit Pak. Saya
baru pertama ini”.
Dia berkata lagi, “Sama, saya
juga”.
Kemudian aku agak tersenyum
dan tertidur karena memang aku
lelah, tetapi aku tidak tahu
apakah Pak Freddy juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku
dibangunkan oleh Pak Freddy
dan rupanya sewaktu aku tidur
dia menutupi sekujur tubuhku
dengan selimut. Tampak olehku
Pak Freddy hanya menggunakan
handuk dan berkata, “Kita mandi,
yuk. Kamu harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas
ketika bangun dan dengan tetap
dalam keadaan telanjang bulat
aku masuk ke kamar mandi.
Kemudian Pak Freddy masuk
membawakan handuk khusus
untukku. Di situlah kami berdua
saling bergantian membersihkan
tubuh dan akupun tak canggung
lagi ketika Pak Freddy menyabuni
vaginaku yang memang di
sekitarnya ada sedikit bercak-
bercak darah yang mungkin luka
dari selaput daraku yang robek.
Begitu juga aku, tidak merasa
jijik lagi memegang-megang dan
membersihkan penisnya yang
perkasa itu.
Setelah semua selesai, Pak Freddy
membuatkan aku teh manis
panas secangkir. Terasa nikmat
sekali dan terasa tubuhku
menjadi segar kembali. Sekitar
jam 17:45 aku pamit untuk
pulang dan Pak Freddy memberi
ciuman yang cukup mesra di
bibirku. Ketika aku
mengemudikan mobilku,
terbayang bagaimana keadaan
Papa dan Mama dan nama baik
sekolah bila kejadian yang
menurutku paling bersejarah
tadi ketahuan. Tetapi aku cuek
saja, kuanggap ini sebagai
pengalaman saja.
Semenjak itulah, bila ada waktu
luang aku bertandang ke rumah
Pak Freddy untuk menikmati
keperkasaannya dan aku
bersyukur pula bahwa rahasia
tersebut tak pernah sampai
bocor. Sampai sekarangpun aku
masih tetap menikmati genjotan
Pak Freddy walaupun aku sudah
menjadi mahasiswa, dan seolah-
olah kami berdua sudah pacaran.
Pernah Pak Freddy menawarkan
padaku untuk mengawiniku bila
aku sudah selesai kuliah nanti,
tetapi aku belum pernah
menjawab. Yang penting bagiku
sekarang adalah menikmati dulu
keganasan dan keperkasaan
penis guru bahasa Inggrisku itu.
Nah itulah cerita dewasa yang
saya maksutkan tadi dan jika
anda belum mnerasa puas
dengan cerita diatas berita
terbaru mempersilahkan anda
untuk mencarinya lagi dari
berbagai situs yang membahas
tentang berbagai cerita dewasa
dan sejenisnya. Sekian dulu dari
saya semoga anda merasa
senang dengan apa yang sudah
saya berikan kepada anda
semua.

Tidak ada komentar: