Jumat, 16 Maret 2012

keluarga mesum

Inilah Cerita Dewasa Birahi Terlarang -
Kenapa disebut terlarang? Karena kisah seks
berikut ini melibatkan adik dan 2 kakak serta
seorang pembantu perempuan. 2 orang kakak
adalah laki-laki yang merupakan anak kembar
dan sang adik adalah perempuan, mereka
bercinta dan juga melibatkan seorang
pembantu perempuan. Mereka terlibat
hubungan seks sedarah yang tidak terbendung
dan melupakan hubungan darah diantara
mereka. Selengkapnya, berikut adalah ceritanya!
Di rumahku aku tinggal hanya berempat, aku,
dua kakak kembarku dan Mbok Ijah yang sudah
ikut keluargaku semenjak usianya 12 tahun dan
pada saat itu usiaku 9 tahun, kakak-kakakku
berusia 11 tahun. Dan kedua orang tuaku
sedang tidak pulang ke Indonesia.
Kejadian itu saat aku berusia 21 tahun dan
kakak-kakakku Tanto dan Yanto berusia 23
tahun. Saat itu tanggal 12 Oktober 1996, aku
pulang kuliah dan melihat kakak-kakakku nonton
film BF bersama Mbok Ijah, Tanto di kanan dan
Yanto di kiri. Aku tidak tahu apa yang mereka
perbuat, perlahan-lahan aku ingin melihat apa
yang mereka lakukan, aku keluar rumah lagi
dan masuk melalui jendela kamar Mbok Ijah,
yang kebetulan tidak dikunci.
Aku masuk perlahan-lahan, dan aku menuju
ruang tengah di mana kedua kakakku dan Mbok
Ijah. Astaga! aku melihat Mbok Ijah sedang
dipegangi oleh kedua kakakku, dengan mulut
terkatup hampir berteriak, kulihat Mbok Ijah
mengerang-erang seperti orang berlari 100 km.
Hampir saja aku ketahuan oleh kedua kakakku.
Tangan kanan Kak Tanto memegang payudara
Mbok Ijah dan tangan kirinya masuk ke dalam
lubang kemaluan Mbok Ijah, begitu pula dengan
Kak Yanto, tangan kirinya memegang payudara
Mbok Ijah dan tangan kanannya juga masuk ke
dalam liang kemaluan Mbok Ijah. Terlihat dua
tangan yang masuk ke dalam liang kewanitaan
Mbok Ijah dipercepat oleh kedua kakakku.
"Den.. Den sudah, Mboo..ok sudah nggak kuat..
udah Aden.. Aden berdua."
"Terus Mbok, kan belum main yang lebih enak
seperti film itu", kata Kak Tanto bersemangat.
Mbok Ijah sudah terlihat lemas dan diangkat ke
atas, sedangkan di bawah Kak Tanto dan Kak
Yanto membelakangi pantat Mbok Ijah. "Astaga,
apa yang diperbuat oleh kedua kakakku itu",
kataku dalam hati.
Ternyata kemaluan Kak Tanto besar juga dan
kemaluan Kak Yanto begitu pula.
"Ayo, To kamu memek dan saya dubur", kata
Kak Yanto.
"Iya, kamu kan kemarin udah di memek
sekarang di dubur, yah" kata Kak Tanto.
"Okelah, ayo To mulai", mereka berdua
menekan Mbok Ijah yang sudah lemas, Kak
Yanto menekan dari atas dan Kak Tanto
menekan dari bawah. "Heck.. heck", bunyi
suara Mbok Ijah yang sedikit sesak nafas.
"Ayo, To percepat dong."
"Gampang Yan sebentar lagi nih."
Tiba-tiba kakakku, Tanto melihat rambutku yang
sedikit ketahuan dibalik tembok. "Siapa, siapa di
situ?" tanya Kak Tanto sambil berteriak dan
melepaskan permainannya dengan Mbok Ijah,
begitu juga dengan Kak Yanto yang sudah sejak
tadi menarik batang kemaluannya dari dubur
Mbok Ijah. Mbok Ijah dibaringkan di sofa
dengan tubuh telanjang bulat dan mereka
berdua menghampiriku yang ketakutan tidak
bisa lari lagi.
"Ooo, jadi kamu dari tadi ngintip kakak berdua
main dengan Mbok Ijah", kata Kak Yanto.
"Kamu harus diberi hukuman telah ngintip-
ngintip kita berdua", kata Kak Tanto.
Setelah berbicara seperti itu tanganku dipegang
oleh Kak Tanto dan Kak Yanto di bawa ke kamar
mereka berdua. Dalam kamar mereka, aku
diminta berdiri di depan pintu kamar mereka.
"Berdiri kamu di situ", Kak Tanto meminta
sambil menghardikku.
"Buka baju kamu dan celana blue jeans kamu,
cepat.." Kak Yanto menimpali.
"Jangan.. jangan Kak, Saya kan adik kakak
berdua.."
"Mau dibuka sendiri, atau kita berdua yang
membuka", kata Kak Tanto sambil
menghampiriku.
"I..ya, saya buka sendiri", kataku ketakutan.
Perlahan-lahan aku membuka bajuku dan
celana blue jeans-ku, dan Kak Tanto mengunci
pintu kamar serta Kak Yanto menyetel lagu
House Music dengan voleme tinggi.
"Ayo, nari sambil sedikit-dikit dibuka BH dan CD
kamu", Kak Yanto memintaku sambil
memegang penggaris besi miliknya.
"I..ya, i..ya, tapi jangan dipukul", kataku.
Aku menari perlahan-lahan mengikuti irama
House Music dan perlahan-lahan kubuka BH-ku
dan CD-ku. Setelah selesai kubuka semua, aku
diminta berhenti untuk menari. Aku diseret ke
atas tempat tidurnya dan aku disuruh telentang
dengan kaki terbuka. Kak Tanto mulai menciumi
payudaraku yang memang cukup besar
dengan ukuran 32 dan Kak Yanto mulai menjilati
perutku sampai pusar dan mengarah ke
kemaluanku.
"Jangan.. jangan.. jangan Kak.." Teriakanku
dikalahkan dengan bunyi House Music yang
keras.
"Udah, jangan macam-macam kamu", Hardik
Kak Yanto.
Kak Tanto terus memainkan payudaraku dan
menarik-narik dengan bibirnya, sementara Kak
Yanto telah menjilati bibir-bibir kemaluanku. Aku
merasakan betapa gelinya dan terangsangnya
diriku, kutahan perasaan itu hingga aku hanya
bisa menggeliat-geliat sembari menutup mataku
dan terasa air mataku menetes. Tanpa kusadari
Kak Yanto dan Kak Tanto telah bermain di liang
kewanitaanku, mereka berdua bergantian
menjilatinya. Kak Tanto berada di atasku dengan
kemaluannya menuju wajahku dan Kak Yanto
berdiri tegak dan terasa kemaluannya
menyentuh gerbang kewanitaanku.
"Buka mulut.." pinta Kak Tanto, tanpa disadari
aku mengikuti perintahnya dan tiba-tiba aku
didorong oleh kemaluan kakakku dari mulut dan
liang kewanitaanku. Terasa kemaluan Kak Tanto
sampai pada pangkal tenggorokanku dan
kemaluan Kak Yanto mulai masuk ke dalam
kemaluanku. "Hm.. hm.. hm.." hanya kata-kata
itu yang bisa kuucapkan. Terasa mau muntah
dan pedih serta perih sekali liang kewanitaanku.
Setelah sekali tekan mereka tukar posisi, giliran
Kak Yanto yang berada di atas kepalaku dan Kak
Tanto berada di bawahku. Mereka
mengulanginya lagi seperti hentakan pertama.
Setelah mereka melakukan dua kali hentakan
berselang seling, Kak Tanto tiduran di
sampingku dan Kak Yanto tetap berdiri.
Tubuhku dimiringkan dan mereka mulai lagi
dengan liang kewanitaanku. Liang kewanitaanku
dimasuki oleh batang kejantanan Kak Tanto dari
depan dan batang kejantanan Kak Yanto dari
belakang. "Creek.. creek.." bunyi kemaluan
kedua kakakku masuk ke dalam liang
kewanitaanku dan saat itu aku merasakan
adanya sesuatu yang robek dan perih serta
pedih sekali, hingga aku tidak dapat lagi
mengeluarkan suara.
Setelah kemaluan kakak-kakakku masuk,
mereka bergerak cepat sekali. "Ugh.. ugh.. ugh..
ayoo.. terus", dan setelah sekitar 10 menit
lamanya aku hanya merasakan adanya cairan
yang banyak menyemprot ke dalam liang
kewanitaanku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa
lagi dan aku pingsan seketika.
Setelah aku sadar, aku tidur dengan Mbok Ijah
yang telah diberi obat tidur oleh kakak-kakakku.
Aku melihat kemaluanku menancap sejenis
mainan seperti kemaluan kakakku satu ujung
masuk ke kemaluan Mbok Ijah dan satu
ujungnya masuk ke dalam kemaluanku.
Perlahan-lahan kulepaskan barang itu dan aku
turun dari tempat tidurku berjalan gontai
menuju ruang tengah. Sesampainya di ruang
tengah aku dicemooh oleh kakak-kakakku
berdua.
"Wah, To adik kita lesbian", kata Kak Yanto.
"Iyah, laporin aja sama ayah, biar kapok.." kata
Kak Tanto.
"Jangan.. jangan dilaporin Kak", kataku
mengiba.
"Oke, kalau kamu nggak mau dilaporin.. Kamu
kan sudah diphoto oleh kita berdua", sambil
menunjukan kamera Kak Yanto dan Kak Tanto
mengancamku.
"Kamu harus melayani kita berdua setiap jam
dan dalam waktu satu minggu ini, dan kamu
haruslah libur kuliah", kata Kak Tanto, "Bila aku
tidak mau diceritakan tentang tidurku bersama
dengan Mbok Ijah."
"I..ya, I..yah tapi pake pengaman yah, Rini
nggak mau hamil", kataku memelas.
"Oke, mau pake pengaman kek, nggak kek,
pokoknya loe harus ngelayani kita berdua", kata
Kak Yanto.
Terpaksa pada saat itu hingga seminggu aku
bolos kuliah dan aku melayani kedua kakakku
yang sudah tidak ingat lagi bahwa aku ini adik
kandungnya. Dan setelah seminggu aku diberi
photo serta klisenya waktu aku tidur dengan
Mbok Ijah dengan pose lesbian. Kutanyakan
kepada Mbok Ijah kenapa mau seperti itu,
ternyata ia dipaksa untuk meminum sirup
buatan Kak Tanto sehingga menjadi lemas dan
tertidur. Dan mereka masih sempat
memperlihatkan photo mereka berdua bermain
dengan adik kandungnya, dengan pose-pose
yang heboh dan saat itu pula aku pingsan.
Itulah pembaca yang baik, pengalamanku,
cerita dewasa sedarah yang tidak baik dan
tidak terlupakan.

Tidak ada komentar: