Minggu, 20 November 2011

ngentot tante yang juga jadi bosku

Cerita panas tante
girang atau Cerita
Dewasa Tante Girang ini
adalah tentang seorang
tante yang memiliki
sebuah toko dan untuk
menyingkat cerita
langsung saja kita
simak bersama cerita
panas tante girang
berikut ini:
Cerita panas tante
girang ini di mulai
setelah sekolah aku
disuruh jaga toko Milik
Tante Girang XXX yang
sebenarnya bukan
tante asliku, dia adalah
teman dari dari ibu
sodaraku jauh, ribet deh
kalodiceritain, aku
menjaga toko itu sudah
sekitar 2 minggu.
Karena toko milik Tante
Girang XXX menjual
sembako, maka
pembelinya pun
kebanyakan ibu-ibu
ataupun perempuan.
Saya yang bertugas
untuk mengambilkan
barang-barang seperti
beras, gula ya hanya
bersikap cuek saja
terhadap banyaknya
pembeli itu.
Inilah cerita dewasa
panas yang paling seru.
Sebut Tante Lina
pemilik toko di sebelah
tokonya Tante Girang
XXX yang sepertinya
juga tipe Tante Girang
Binal, dia sering datang
sore hari setiap toko
akan ditutup. Dia
biasanya saling omong-
omong, bersenda gurau
dengan Tante Girang
XXX, dan apabila telah
begini tentu lama sekali
selesainya. Dan seperti
biasanya, aku pulang
duluan ke rumah karena
Tante Girang XXX
biasanya dijemput oleh
suaminya atau anaknya.
Tapi suatu saat, ketika
mau pulang aku teringat
bahwa harus
mengantarkan Indomie
ke pelanggan, aku
cepat-cepat balik ke
toko. Dan memang toko
sudah sepi, pintu pun
hanya ditutup tanpa
dikunci. Aku pun
langsung masuk menuju
tempat penyimpanan
Indomie. Ternyata aku
menyaksikan peristiwa
yang tidak kuduga
sama sekali, kulihat
Tante Girang XXX
dengan posisi
tetelentang di antara
tumpukan karung beras
sedang dioral
kemaluannya oleh Bu
Lina. Tante Girang XXX
sangat menikmati
dengan rintihannya yang
ditahan-tahan dan
tangannya memegang
kepala Bu Lina untuk
dirapatkan ke
selangkangannya.
Karena terkejut atas
kedatanganku, maka
keduanya pun berhenti
dengan memperlihatkan
wajah sedikit malu-
malu. Tapi tidak sampai
lima detik, mereka pun
tersenyum dengan
penuh artii
“Kamu belum pulang to
Her (Hery namaku),
kebetulan lho kita bisa
rame-rame, ya kan Bu
Lina..?” ucap Tante
Girang XXX sambil
menariktangan Bu Lina
ke arah kedua dadanya
yang terbuka.
“Ayo sini Her.., jangan
malu, ughh, ahh..!”
desah Tante Girang XXX
lagi, kali ini tangannya
melambai ke arahku.
Dan aku pun sempat
bingung tidak tahu
harus berbuat apa, tapi
karena kedua wanita
dalam keadaan tanpa
pakaian seperti itu
memanggilku, nafsu
kelelakianku bangkit
walaupun aku belum
pernah merasakan
sebelumnya. Perlahan
aku mendekati
keduanya sambil
melihat mereka berdua.
Seperti seorang raja aku
pun disambut, mereka
yang tadinya telentang
dan menindih kini
mereka bangkit dan
duduk sambil menata
rambutnya masing-
masing.
Hanya lima langkah aku
pun sampai di
hadapanya, dan dengan
lihai mereka berdua
langsung meremas
selangkanganku.
“Her, ini pernah masuk
ke sarangnya belum..?”
tanya Tante Girang XXX
manja.
“Be.., belum Tante..!”
jawabku polos sambil
menahan rasa geli yang
begitu nikmat.
“Wah.., hebat dong
belum pernah. Pertama
kali langsung dapat dua
lubang..!” canda Bu Lina,
sementara tangannya
menarik lepas celanaku
hingga aku benar-benar
telanjang di hadapan
mereka.
Dan sesaat kemudian
aku merasakan
kehangatan padabatang
kemaluanku. Terdengar
srup, srup ahh. Tante
Girang XXX dan Bu Lina
seakan ingin berebut
untuk menikmati
batang kemaluanku
yang berukuran normal-
normal saja.
“Ayo Bu.., hisap yang
lebih kenceng biar keluar
isinya..!”
“Iya Bu.., ini kontol kok
enak banget sih..?”
“Cupp.., crupp..!” kata
mereka berdua saling
menyahut.
Aku hanya pasrah
menikmati
perlakuannya dan
sesekali kuusap pipi-pipi
kedua Tante-Tante itu
dengan nafsu juga.
Tidak sampai 10 menit,
aku merasakan sesuatu
kenikmatan luar biasa
yang biasanya terjadi
dalam mimipi, badanku
menegang, mataku
terpejam untuk
merasakan sesuatu
yang keluar dari
kemaluanku. Tumpahan
maniku memuncrat
mengenai wajah Bu Lina
dan Tante Girang XXX,
dan dengan serta merta
Tante Girang XXX
mengalihkan lumatan
dari punyaku ke wajah
Bu Lina. Dengan buas
sekali mereka saling
berciuman bibir,
berebutan untuk
menelan air kenikmatan
punyaku. Aku pun
berjongkok dan
membuka paha Tante
Girang XXX, Tante Girang
XXX hanya menurut.
“Mau apa kau Sayang..?”
desah Tante Girang XXX.
Aku hanya diam saja
dan mengarahkan
wajahku ke arah
selangkangannya yang
berbau anyir dan
tampak mengkilap
karena sudah basah.
Aku mencoba untuk
melakukan seperti di
film-film. Kumasukkan
lidahku ke dalam
rongga-rongga
vaginanya serta
menyedot-nyedot
klitorisnya yang kaku
itu. Kurasakan ketika
aku menyedot benda
kecil Tante Girang XXX,
Tante Girang XXX selalu
menggelinjang dan
mengangkat pantatnya,
sehingga kadang
hidungku ikut mencium
benda kecil itu.
“Her.., kamu kok pinter
banget sih, terus, terus
uggh.. ughh.. ahhh, ehh,
aahhh..!” ceracau Tante
Girang XXX.
“Terus Her, terus..! Beri
Tantemu surga
kenikmatan, ayo Her..!”
ucap Bu Lina yang
memilin dan mengemut
puting susu Tante
Girang XXX.
“Terus Bu..! Her.., aku
mau muncrat! Ayo Her..,
sedot yang keras lagi..!”
pinta Tante Girang XXX.
Aku pun semakin liar
memainkan vaginanya,
dan dengan teriakan
Tante Girang XXX,
“Aghh.., ughh..!” lidahku
merasakan ada cairan
kental keluar dari vagina
Tante Girang XXX. Aku
cepat-cepat
menangkapnya dan
sedikit ragu untuk
menelannya.
“Her, sudahHer.., Tante
sudah puas nih..! Kamu
gantian dengan Bu Lina
ya..!” ucapnya sambil
tangannya mengusap
cairannya yang keluar
dari liang senggamanya.
Aku pun tidak sadar
bahwa batang
kemaluanku sudah
bangun lagi, tegak
dengan sempurna
walaupun sedikit terasa
ngilu.
“Bentar Her.., kamu
disini dulu ya..!” pinta Bu
Lina sambil keluar ke
tempat tumpukan
koran dan mengambil
beberapa lembar.
Kemudian Bu Lina
masuk ke gudang lagi
dengan menggelar
koran yang dibawanya.
Setelah kira-kira cukup,
Bu Lina menelentangkan
tubuhnya dan
memanggilku, “Ayo
sekarang giliran saya
dong Her..!” katanya
sambil tangannya
meremas susunya
sendiri.
Aku pun langsung
mengangkanginya dan
kedua tangan pun
mengganti tangannya
untuk meremas susu-
susunya yang masih
kenyal. Lembut, halus,
enak rasanya
memegang payudara
orang dewasa.
“Her.., masukin dong tuh
burung kamu ke lubang
Lina, ayo dong Her..!”
bisiknya lembut.
||
intermezooo….Silahkan
lanjutkan baca Cerita
Ngentot Tante Girang
nya ya….||||
Aku pun berusaha
untuk mengarahkan
masuk ke liangnya, tapi
dasar memang masih
amatir, terasa
terpeleset terus.
“Ayo Lina bantu biar
nggak salah sasaran..!”
ucapnya.
Dan tangannya pun
memegang batang
kemaluanku dengan
lembut dan memberikan
kocokan sebentar, dan
akhirnya dibimbing
masuk ke lubang
kenikmatannya.
Ini pertama kali
kurasakan penisku
masuk ke sarangnya.
Terasa hangat, lembab,
nikmat dan seperti
ditarik-tarik dari dalam
kamaluan Bu Lina.
Secara naluri aku pun
mulai menggerakkan
pantatku maju mundur
secara pelan dan
berirama.
“Terus Her.., masukkin
lagi yang lebih dalam,
ayooo, ughh..!” desah Bu
Lina.
Tangan Bu Lina pun
telah memegang
pantatku dan menekan-
nekan supaya
doronganku lebih keras,
sedangkan kakinya
telah melingkar di
pinggangku.
Kira-kira hanya 10 menit
berlalu, Bu Lina menjerit
sambil menggaruk
punggungku dengan
keras, “Ooohhh.., aku
ngejrot.., Her..! Yeess..,
uhhh..!”
Kemudian tubuhnya
lunglai dan melepaskan
kakinya yang melingkar
di pinggangku. Aku pun
bangkit meninggalkan
Bu Lina yang telentang
dan tampak dari liang
kenikmatannya sangat
banyak cairan yang
keluar. Kuhampiri Tante
Girang XXX yang mulai
menutup pintu-pintu
tokonya. Aku pun turut
membantunya untuk
mengemasi barang-
barang.
Setelah beberapa menit
menunggu jemputan,
terdengar telpon
berdering. Setelah
kuangkat ternyata
mobil yang dipakai
menjemput dipakai
suaminya untuk
ngantar tetangga
pindahan. Kemudian aku
pun menawarkan untuk
mengantarkan ke
rumah Tante Girang XXX
dengan Impresa 95
kesayanganku.
Di dalam perjalanan,
Tante banyak bercerita
bahwa hubungan
lesbinya dengan Bu Lina
sudah 3 tahun, karena
Omku suka pulang
malam (mabuk-
mabukan, judi, nomor
buntut, dan sebagainya)
sehingga tidak puas bila
dicumbu oleh Omku.
Sedangkan Bu Lina
memang janda karena
suaminya minggat
dengan wanita lain.
Sampai di rumah Tante
Girang XXX, suasananya
memang sepi karena
anaknya kuliah dan
Omku sedang
mengantar tetangga
pindah rumah. Setelah
aku angkat-angkat
barang ke dalam rumah,
aku pun lalu pamitan
mau pulang kepada
Tante Girang XXX. Aku
terkejut, ternyata
Tante Girang XXX
bukannya
memperbolehkan aku
pulang, tetapi malah
menarik tanganku
menuju kamar Tante
Girang XXX.
“Her.., Tante tolong
dipuasin lagi ya Yang..!”
pintanya sambil
memelukku dan
menempelkan kedua
buah dadanya ke
tubuhku.
Aku pun mencium
bibirnya yang terbuka
dan mengulumnya
dengan nafsu, demikian
pula Tante Girang XXX.
Kemudian dengan
dorongan, jatuhlah
tubuh kami berdua di
kasurnya, dan dengan
bersemangat kami
saling meraba,
menindih, merintih.
Hingga akhirnya aku
melepaskan maniku ke
dalam kemaluan Tante
Girang XXX.
Aku pun pamitan pulang
dengan mencium
bibirnya dan meremas
susunya dengan lembut.
Kemudian dari laci lemari
diambilnya uang seratus
ribuan, dan diberikan
kepadaku, “Untuk
rahasia kita..!” katanya.
Sampai saat ini lebih dari
2 tahun aku bekerja di
toko Tante Girang XXX,
dan hubungan badanku
dengan Tante Girang
XXX dan Bu Lina masih
berlangsung. Dan yang
menyenangkan adalah
Tanti, anak Bu Lina mau
kupacari, dan aku ingin
menjadikannya sebagai
istri.



TamaT

Tidak ada komentar: