Sabtu, 19 November 2011

memek ibu vivin ehm,ehm

Cerita ini bermula pada
waktu itu aku lagi kuliah
di semester VI di salah
satu PTS di Bandung.
Ceritanya saat itu aku
lagi putus dengan
pacarku dan memang
dia tidak tahu diri, sudah
dicintai malah
bertingkah, akhirnya
dari cerita cintaku cuma
berumur 2 tahun saja.
Waktu itu aku tinggal
berlima dengan teman
satu kuliah juga, kita
tinggal serumah atau
ngontrak satu rumah
untuk berlima.
Kebetulan di rumah itu
hanya aku yang laki-laki.
Mulanya aku bilang
sama kakak
perempuanku, “Sudah,
aku pisah rumah saja
atau kos di tempat”,
tapi kakakku ini saking
sayangnya padaku, ya
saya tidak
diperbolehkan pisah
rumah. Kita pun tinggal
serumah dengan tiga
teman wanita kakakku.
Ada satu diantara
mereka sudah jadi
dosen tapi di
Universitas lain, Ibu
Vivin namanya. Kita
semua memanggilnya
Ibu maklum sudah umur
40 tahun tapi belum
juga menikah. Ibu Vivin
bertanya, “Eh, kamu
akhir-akhir ini kok sering
ngelamun sih,
ngelamunin apa yok?
Jangan-jangan
ngelamunin yang itu..”
“Itu apanya Bu?”
tanyaku.
Memang dalam
kesehari-harianku, ibu
Vivin tahu karena aku
sering juga curhat sama
dia karena dia sudah
kuanggap lebih tua dan
tahu banyak hal. Aku
mulai cerita,
“Tahu nggak masalah
yang kuhadapi?
Sekarang aku baru
putus sama pacarku”,
kataku.
“Oh..gitu ceritanya,
pantesan aja dari
minggu kemarin murung
aja dan sering ngalamun
sendiri”, kata Ibu Vivin.
Begitu dekatnya aku
sama Ibu Vivin sampai
suatu waktu aku
mengalami kejadian ini.
Entah kenapa aku tidak
sengaja sudah mulai
ada perhatian sama Ibu
Vivin. Waktu itu
tepatnya siang-siang
semuanya pada kuliah,
aku sedang sakit kepala
jadinya aku bolos dari
kuliah. Siang itu tepat
jam 11:00 siang saat
aku bangun, eh agak
sedikit heran kok masih
ada orang di rumah,
biasanya kalau siang-
siang bolong begini
sudah pada nggak ada
orang di rumah tapi kok
hari ini kayaknya ada
teman di rumah nih. Aku
pergi ke arah dapur.
“Eh Ibu Vivin, nggak
ngajar Bu?” tanyaku.
“Kamu kok nggak
kuliah?” tanya dia.
“Habis sakit Bu”,
kataku.
“Sakit apa sakit?” goda
Ibu Vivin.
“Ah.. Ibu Vivin bisa aja”,
kataku.
“Sudah makan belum?”
tanyanya.
“Belum Bu”, kataku.
“Sudah Ibu Masakin aja
sekalian sama kamu
ya”, katanya.
Dengan cekatan Ibu
Vivin memasak, kita
pun langsung makan
berdua sambil ngobrol
ngalor ngidul sampai-
sampai kita membahas
cerita yang agak berbau
seks. Kukira Ibu Vivin
nggak suka yang
namanya cerita seks,
eh tau-taunya dia
membalas dengan
cerita yang lebih hot lagi.
Kita pun sudah semakin
jauh ngomongnya.
Tepat saat itu aku
ngomongin tentang
perempuan yang sudah
lama nggak merasakan
hubungan dengan lain
jenisnya.
“Apa masih ada gitu
keinginannya untuk
itu?” tanyaku.
“Enak aja, emangnya
nafsu itu ngenal usia
gitu”, katanya.
“Oh kalau gitu Ibu Vivin
masih punya keinginan
dong untuk ngerasain
bagaimana hubungan
dengan lain jenis”,
kataku.
“So pasti dong”,
katanya.
“Terus dengan siapa
Ibu untuk itu, Ibu kan
belum kawin”, dengan
enaknya aku nyeletuk.
“Aku bersedia kok”,
kataku lagi dengan
sedikit agak cuek sambil
kutatap wajahnya. Ibu
Vivin agak merah pudar
entah apa yang
membawa
keberanianku semakin
membludak dan entah
kapan mulainya aku
mulai memegang
tangannya. Dengan
sedikit agak gugup Ibu
Vivin kebingungan
sambil menarik kembali
tangannya, dengan
sedikit usaha aku harus
merayu terus sampai
dia benar-benar
bersedia melakukannya.
“Okey, sorry ya Bu, aku
sudah terlalu lancang
terhadap Ibu Vivin”,
kataku.
“Nggak, aku kok yang
salah memulainya
dengan meladenimu
bicara soal itu”,
katanya.
Dengan sedikit
kegirangan, dalam
hatiku dengan lembut
kupegang lagi
tangannya sambil
kudekatkan bibirku ke
dahinya. Dengan lembut
kukecup keningnya. Ibu
Vivin terbawa dengan
situasi yang kubuat, dia
menutup matanya
dengan lembut. Juga
kukecup sedikit di
bawah kupingnya
dengan lembut sambil
kubisikkan, “Aku
sayang kamu, Ibu
Vivin”, tapi dia tidak
menjawab sedikitpun.
Dengan sedikit agak
ragu juga kudekatkan
bibirku mendekati
bibirnya. Cup.. dengan
begitu lembutnya aku
merasa kelembutan
bibir itu. Aduh
lembutnya, dengan
cekatan aku sudah
menarik tubuhnya ke
rangkulanku, dengan
sedikit agak bernafsu
kukecup lagi bibirnya.
Dengan sedikit terbuka
bibirnya menyambut
dengan lembut. Kukecup
bibir bawahnya, eh..
tanpa kuduga dia balas
kecupanku. Kesempatan
itu tidak kusia-siakan.
Kutelusuri rongga
mulutnya dengan
sedikit kukulum
lidahnya. Kukecup, “Aah..
cup.. cup.. cup..” dia juga
mulai dengan nafsunya
yang membara
membalas kecupanku,
ada sekitar 10 menitan
kami melakukannya,
tapi kali ini dia sudah
dengan mata terbuka.
Dengan sedikit ngos-
ngosan kayak habis
kerja keras saja.
“Aah.. jangan panggil
Ibu, panggil Vivin aja ya!
Kubisikkan Ibu Vivin,
“Vivin kita ke kamarku
aja yuk!”.
Dengan sedikit agak
kaget juga tapi tanpa
perlawanan yang berarti
kutuntun dia ke
kamarku. Kuajak dia
duduk di tepi tempat
tidurku. Aku sudah tidak
tahan lagi, ini saatnya
yang kutunggu-tunggu.
Dengan perlahan kubuka
kacing bajunya satu
persatu, dengan
lahapnya kupandangi
tubuhnya. Ala mak..
indahnya tubuh ini, kok
nggak ada sih laki-laki
yang kepengin untuk
mencicipinya. Dengan
sedikit membungkuk
kujilati dengan telaten.
Pertama-tama belahan
gunung kembarnya.
“Ah.. ssh.. terus Ian”,
Ibu Vivin tidak sabar
lagi, BH-nya kubuka,
terpampang sudah buah
kembar yang montok
ukuran 34 B. Kukecup
ganti-gantian, “Aah..
ssh..” dengan sedikit
agak ke bawah
kutelusuri karena saat
itu dia tepat
menggunakan celana
pendek yang kainnya
agak tipis dan celananya
juga tipis, kuelus
dengan lembut, “Aah..
aku juga sudah mulai
terangsang.
Kusikapkan celana
pendeknya sampai
terlepas sekaligus
dengan celana
dalamnya, hu.. cantiknya
gundukan yang
mengembang. Dengan
lembut kuelus-elus
gundukan itu, “Aah.. uh..
ssh.. Ian kamu kok
pintar sih, aku juga
sudah nggak tahan
lagi”, sebenarnya
memang ini adalah
pemula bagi aku, eh
rupanya Vivin juga
sudah kepengin
membuka celanaku
dengan sekali tarik aja
terlepas sudah celana
pendek sekaligus celana
dalamku. “Oh.. besar
amat”, katanya. Kira-
kira 18 cm dengan
diameter 2 cm, dengan
lembut dia mengelus
zakarku, “Uuh.. uh..
shh..” dengan cermat
aku berubah posisi 69,
kupandangi sejenak
gundukannya dengan
pasti dan lembut. Aku
mulai menciumi dari
pusarnya terus turun ke
bawah, kulumat
kewanitaannya dengan
lembut, aku berusaha
memasukkan lidahku ke
dalam lubang
kemaluannya, “Aah.. uh..
ssh.. terus Ian”, Vivin
mengerang. “Aku juga
enak Vivin”, kataku.
Dengan lembut di lumat
habis kepala
kemaluanku, di jilati
dengan lembut, “Assh..
oh.. ah.. Vivin terus
sayang”, dengan lahap
juga kusapu semua
dinding lubang
kemaluannya, “Aahk..
uh.. ssh..” sekitar 15
menit kami melakukan
posisi 69, sudah
kepengin mencoba yang
namanya bersetubuh.
Kurubah posisi, kembali
memanggut bibirnya.
Sudah terasa kepala
kemaluanku mencari
sangkarnya. Dengan
dibantu tangannya,
diarahkan ke lubang
kewanitaannya. Sedikit
demi sedikit kudorong
pinggulku, “Aakh.. sshh..
pelan-pelan ya Ian, aku
masih perawan”,
katanya. “Haa..” aku
kaget, benar rupa-
rupanya dia masih suci.
Dengan sekali dorong
lagi sudah terasa licin.
Blesst, “Aahk..” teriak
Vivin, kudiamkan
sebentar untuk
menghilangkan rasa
sakitnya, setelah 2
menitan lamanya
kumulai menarik lagi
batang kemaluanku dari
dalam, terus kumaju
mundurkan. Mungkin
karena baru pertama
kali hanya dengan
waktu 7 menit Vivin..
“Aakh.. ushh.. ussh..
ahhkk.. aku mau keluar
Ian”, katanya. “Tunggu,
aku juga sudah mau
keluar akh..” kataku.
Tiba-tiba menegang
sudah lubang
kemaluannya menjepit
batang kemaluanku dan
terasa kepala batang
kemaluanku disiram
sama air surganya,
membuatku tidak kuat
lagi memuntahkan..
“Crot.. crot.. cret..”
banyak juga air maniku
muncrat di dalam lubang
kemaluannya. “Aakh..”
aku lemas habis, aku
tergeletak di
sampingnya. Dengan
lembut dia cium bibirku,
“Kamu menyesal Ian?”
tanyanya. “Ah nggak,
kitakan sama-sama
mau.” Kami cepat-cepat
berberes-beres supaya
tidak ada kecurigaan,
dan sejak kejadian itu
aku sering bermain cinta
dengan Ibu Vivien hal ini
tentu saja kami lakukan
jika di rumah sedang
sepi, atau di tempat
penginapan apabila kami
sudah sedang kebelet
dan di rumah sedang
ramai. sejak kejadian itu
pada diri kami berdua
mulai bersemi benih-
benih cinta, dan kini Ibu
Vivien menjadi pacar
gelapku.




.. .. , .. TamaT . , .. ..

Tidak ada komentar: