Minggu, 20 November 2011

antara andi dan tantenya

Namaku Andi,
umurku 30
tahun dengan
tinggi badan
185 cm dan
berat badan
82 kg. Aku kini
bekerja
sebagai
supervisor di
salah satu
perusahaan di
Medan. Aku
lebih menyukai
wanita
setengah
baya. Aku
sangat suka
membaca
cerita di
17Tahun.com
khususnya di
bagian
“Setengah
Baya”. Aku
ingin
menceritakan
kisah nyata
dengan
tanteku
sendiri, Tante
Lina. Cerita
yang
dituangkan di
sini adalah
kisah nyata
dan bagi yang
kebetulan
merasa sama
nama atau
kisahnya
mohon
dimaafkan itu
hanyalah
kebetulan.
*****
Kejadian ini
terjadi sekitar
6 tahun yang
lalu, waktu itu
aku masih
berusia 24
tahun. Aku
mempunyai
seorang tante
bernama Lina
yang umurnya
waktu itu 36
tahun. Tante
Lina adalah
adik dari
Mamaku.
Tante Lina
sudah
menjanda
selama lima
tahun. Dari
perkawinan
dia dengan
almarhum
suaminya
tidak di
karunia anak.
Tante Lina
sendiri
melanjutkan
usaha
peninggalan
dari almarhum
suaminya. Dia
tinggal di salah
satu
perumahan
yang tidak
jauh dari
rumahku. Dia
tinggal dengan
seorang
pembantunya,
Mbak Sumi.
Tante Lina ini
orangnya
menurutku
seksi sekali.
Payudaranya
besar bulat
dengan ukuran
36C,
sedangkan
tingginya
sekitar 175 cm
dengan kaki
langsing
seperti
peragawati
dan perutnya
rata soalnya
dia belum
punya anak.
Hal ini
membuatku
sering ke
rumahnya dan
betah
berlama-lama
kalau sedang
ada waktu.
Dan sehari-
harinya aku
cuma
mengobrol
dengan tante
Lina yang
seksi ini dan
dia itu
orangnya
supel benar
tidak
canggung
cerita-cerita
denganku. Dari
cerita tante
Lina bisa aku
tebak bahwa
dia itu
orangnya
kesepian
sekali
semenjak
suaminya
meninggal.
Maka aku
berupaya
menemaninya
dan sekalian
ingin melihat
tubuhnya yang
seksi. Setiap
kali aku
melihat
tubuhnya yang
seksi, aku
selalu
terangsang
dan aku
lampiaskan
dengan onani
sambil
membayangka
tubuhnya.
Kadangkala
timbul pikiran
kotorku ingin
bersetubuh
dengannya
tapi aku tidak
berani berbuat
macam-
macam
terhadap dia,
aku takut
nanti dia akan
marah dan
melaporkan ke
orang tuaku.
Hari demi hari
keinginanku
untuk bisa
mendapatkan
tante Lina
semakin kuat
saja. Kadang-
kadang
kupergoki
tante Lina
saat nabis
mandi, dia
hanya
memakai lilitan
handuk saja.
Melihatnya
jantungku
deg-degan
rasanya, ingin
segera
membuka
handuknya
dan melahap
habis tubuh
seksinya itu.
Kadang-
kadang juga
dia sering
memanggilku
ke kamarnya
untuk
mengancingka
bajunya dari
belakang.
Benar-benar
memancing
gairahku.
Sampai pada
hari itu
tepatnya
malam
minggu, aku
sedang malas
keluar
bersama
teman-teman
dan aku pun
pergi ke rumah
Tante Lina.
Sesampai di
rumahnya,
tante Lina
baru akan
bersiap makan
dan sedang
duduk di ruang
tamu sambil
membaca
majalah. Kami
pun saling
bercerita, tiba-
tiba hujan
turun deras
sekali dan
Tante Lina
memintaku
menginap saja
di rumahnya
malam ini dan
memintaku
memberitahu
orang tuaku
bahwa aku
akan
menginap di
rumahnya
berhubung
hujan deras
sekali.
“Di, tante mau
tidur dulu ya,
udah ngantuk,
kamu udah
ngantuk
belum?”,
katanya
sambil
menguap.
“Belum tante”,
jawabku.
“Oh ya tante,
Andi boleh
pakai
komputernya
nggak, mau
cek email
bentar”,
tanyaku.
“Boleh, pakai
aja” jawabnya
lalu dia menuju
ke kamarnya.
Lalu aku
memakai
komputer di
ruang kerjanya
dan
mengakses
situs porno.
Dan terus
terang tanpa
sadar
kukeluarkan
kemaluanku
yang sudah
tegang sambil
melihat
gambar
wanita
setengah baya
bugil.
Kemudian
kuelus-elus
batang
kemaluanku
sampai tegang
sekali
berukuran
sekitar 15 cm
karena aku
sudah
terangsang
sekali. Tanpa
kusadari,
tahu-tahu
tante Lina
masuk
menyelonong
begitu saja
tanpa
mengetuk
pintu. Saking
kagetnya aku
tidak sempat
lagi menutup
batang
kemaluanku
yang sedang
tegang itu.
Tante Lina
sempat
terbelalak
melihat
batang
kemaluanku
yang sedang
tegang hingga
langsung saja
dia bertanya
sambil
tersenyum
manis.
“Hayyoo lagi
ngapain kamu,
Di?” tanyanya.
“Aah, nggak
apa-apa tante
lagi cek email”
jawabku
sekenanya.
Tapi tante
Lina
sepertinya
sadar kalau
aku saat itu
sedang
mengelus-elus
batang
kemaluanku.
“Ada apa sih
tante?”
tanyaku.
“Aah nggak,
tante cuma
pengen ajak
kamu temenin
tante nonton
di kamar”
jawabnya.
“Oh ya sudah,
nanti saya
nyusul ya
tante”
jawabku.
“Tapi jangan
lama-lama
yah” kata
Tante Lina lagi.
Setelah itu aku
berupaya
meredam
ketegangan
batang
kemaluanku,
lalu aku
beranjak
menuju ke
kamar tante
dan menemani
tante Lina
nonton film
horor yang
kebetulan juga
banyak
mengumbar
adegan-
adegan syur.
Melihat film itu
langsung saja
aku menjadi
salah tingkah,
soalnya
batang
kemaluanku
langsung saja
bangkit lagi.
Malah Tante
Lina sudah
memakai baju
tidur yang tipis
dan gilanya dia
tidak memakai
bra karena aku
bisa melihat
puting
susunya yang
agak mancung
ke depan.
Gairahku
memuncak
melihat
pemandangan
seperti itu,
tapi apa boleh
buat aku tidak
berani berbuat
macam-
macam.
Batang
kemaluanku
semakin
tegang saja
sehingga aku
terpaksa
bergerak-
gerak sedikit
guna
membetulkan
posisinya yang
miring. Melihat
gerakan-
gerakan itu
tante Lina
rupanya
langsung
menyadari
sambil
tersenyum ke
arahku.
“Lagi ngapain
sih kamu, Di?”
tanyanya
sambil
tersenyum.
“Ah nggak
apa-apa kok,
tante”
jawabku malu.
Sementara itu
tante Lina
mendekatiku
sehingga jarak
kami semakin
dekat di atas
ranjang.
“Kamu
terangsang
yah, Di, lihat
film ini?”
“Ah nggak
tante, biasa
aja” jawabku
mencoba
mengendalikan
diri.
Bisa kulihat
payudaranya
yang besar
menantang di
sisiku, ingin
rasanya
kuhisap-hisap
sambil kugigit
putingnya.
Tapi rupanya
hal ini tidak
dirasakan
olehku saja,
Tante Lina pun
rupanya sudah
agak
terangsang
sehingga dia
mencoba
mengambil
serangan
terlebih dahulu.
“Menurut
kamu tante
seksi nggak,
Di?” tanyanya.
“Wah seksi
sekali tante”
kataku.
“Seksi mana
sama yang di
film itu?”
tanyanya lagi
sambil
membusungka
payudaranya
sehingga
terlihat
semakin
membesar.
“Wah seksi
tante dong,
abis bodynya
tante bagus
sih” kataku.
“Ah masa
sih?”
tanyanya.
“Iya benar
tante,
swear..”
kataku.
Jarak kami
semakin
merapat
karena tante
Lina terus
mendekatkan
tubuhnya
padaku, lalu
dia bertanya
lagi padaku..
“Kamu mau
nggak kalo
diajak
begituan sama
tante”.
“Mmaauu
tante..” Ah,
seperti
ketiban durian
runtuh,
kesempatan
ini tidak tentu
aku sia-siakan,
langsung saja
aku
memberanikan
diri untuk
mencoba
mendekatkan
diri pada tante
Lina.
“Wahh barang
kamu lumayan
juga, Di”
katanya.
“Ah tante bisa
aja.. Tante kok
kelihatannya
makin lama
makin seksi
aja sih.. Sampe
saya gemes
deh
ngeliatnya..”
kataku.
“Ah nakal
kamu yah, Di”
jawabnya
sambil
meletakkan
tangannya di
atas
kemaluanku.
“Waahh
jangan
dipegangin
terus tante,
ntar bisa
tambah gede
loh” kataku.
“Ah yang
benar nih?”
tanyanya.
“Iya tante..
Ehh.. Ehh aku
boleh pegang
itu nggak
tante?”
kataku sambil
menunjuk ke
arah
payudaranya
yang besar itu.
“Ah boleh aja
kalo kamu
mau”
jawabnya.
Wah
kesempatan
besar, tapi aku
agak sedikit
takut, takut
dia marah tapi
tangan si
tante
sekarang
malah sudah
mengelus-elus
kemaluanku
sehingga aku
memberanikan
diri untuk
mengelus
payudaranya.
“Ahh.. Arghh
enak Di.. Kamu
nakal ya” kata
tante sembari
tersenyum
manis ke
arahku,
spontan saja
kulepas
tanganku.
“Loh kok
dilepas sih Di?”
tanyanya.
“Ah takut
tante marah”
kataku.
“Oohh nggak
lah, Di.. Kemari
deh”.
Tanganku
digenggam
tante Lina,
kemudian
diletakkan
kembali di
payudaranya
sehingga aku
pun semakin
berani
meremas-
remas
payudaranya.
“Aarrhh..
Sshh”
rintihnya
hingga
semakin
membuatku
penasaran.
Lalu aku pun
mencoba
mencium
tante Lina,
sungguh di luar
dugaanku,
Tante Lina
menyambut
ciumanku
dengan
beringas. Kami
pun lalu
berciuman
dengan nafsu
sekali sambil
tanganku
bergerilya di
payudaranya
yang sekal
sekali itu.
“Ahh kamu
memang
hebat Di..
Terusin Dii..
Malam ini
kamu mesti
memberikan
kepuasan
sama tante
yah.. Arhh..
Arrhh”.
“Tante, aku
boleh buka
baju tante
nggak?”
tanyaku.
“Oohh silakan
Di”,
sambutnya.
Dengan cepat
kubuka
bajunya
sehingga
payudaranya
yang besar
dengan puting
yang
kecoklatan
sudah berada
di depan
mataku,
langsung saja
aku menjilat-
jilat
payudaranya
yang memang
aku kagumi
itu.
“Arrgghh..
Arrgghh..” lagi-
lagi tante
mengerang-
erang
keenakan.
“Teruuss..
Teerruuss Di..
Ahh enak
sekali..”
Lama aku
menjilati
putingnya
sehingga
tanpa kusadari
batang
kemaluanku
juga sudah
mulai
mengeluarkan
cairan bening
pelumas di
atas
kepalanya. Lalu
sekilas kulihat
tangan Tante
Lina sedang
mengelus-elus
bagian
klitorisnya
sehingga
tanganku pun
kuarahkan ke
arah bagian
celananya
untuk
kulepaskan.
“Aahh buka
saja Di.. Ahh”
Nafas Tante
Lina terengah-
engah
menahan
nafsu. Seperti
kesetanan aku
langsung
membuka CD-
nya dan lalu
kuciumi.
Sekarang
Tante Lina
sudah bugil
total. Kulihat
liang
kemaluannya
yang penuh
dengan bulu.
Lalu dengan
pelan-pelan
kumasukkan
jariku untuk
menerobos
liang
kemaluannya
yang sudah
basah itu.
“Arrhh.. Sshh..
Enak Di.. Enak
sekali”
jeritnya.
Setelah puas
jariku
bergerilya lalu
kudekatkan
mukaku ke
liang
kemaluannya
untuk menjilati
bibir
kemaluannya
yang licin dan
mengkilap itu.
Lalu dengan
nafsu kujilati
liang
kemaluannya
dengan lidahku
turun naik
seperti
mengecat
saja. Tante
Lina semakin
kelabakan
hingga dia
menggoyangk
kepalanya ke
kanan dan ke
kiri sambil
meremas
payudaranya.
“Aah.. Sshh
tante udaahh
nggaakk
tahaann
laaggii.. Tante
udaahh maauu
kkeeluuaarr..
Ohh”, dengan
semakin cepat
kujilati
klitorisnya dan
jariku
kucobloskan
ke liang
kemaluannya
yang semakin
basah.
Beberapa saat
kemudian
tubuhnya
bergerak
dengan liar
sepertinya
akan orgasme.
Lalu
kupercepat
jilatanku dan
tusukan jariku
sehingga dia
merasa
keenakkan
sekali lalu dia
menjerit..
“Oohh..
Aarrhh.. Tante
udah
keeluuaarr Dii..
Ahh” sambil
menjerit kecil
pantatnya
digoyang-
goyangkan
dan lidahku
masih terus
menjilati
bagian bibir
kemaluannya
sehingga
cairan
orgasmenya
kujilati sampai
habis.
Kemudian
tubuhnya
tenang seperti
lemas sekali.
“Wah ternyata
kamu hebat
sekali, tante
sudah lama
tidak
merasakan
kepuasan ini
loh..” ujarnya
sambil
mencium
bibirku
sehingga
cairan liang
kemaluannya
di bibirku ikut
belepotan ke
bibir Tante
Lina.
Sementara itu
batang
kemaluanku
yang masih
tegang di elus-
elus oleh tante
Lina dan aku
pun masih
memilin-milin
puting tante
yang sudah
semakin keras
itu.
“Aahh..”
desahnya
sambil terus
mencumbu
bibirku.
“Sekarang
giliran tante..
Tante akan
buat kamu
merasakan
nikmatnya
tubuh tante”.
Tangan tante
Lina segera
menggerayang
batang
kemaluanku
lalu
digenggamnny
batang
kemaluanku
dengan erat
sehingga agak
terasa sakit
tapi
kudiamkan
saja karena
terasa enak
juga diremas-
remas oleh
tangan tante
Lina. Lalu aku
juga tidak mau
kalah,
tanganku juga
terus
meremas-
remas
payudaranya
yang indah itu.
Rupanya tante
Lina mulai
terangsang
kembali ketika
tanganku
meremas-
remas
payudaranya
dengan
sesekali
kujilati
putingnya
yang sudah
tegang itu,
seakan-akan
seperti orang
kelaparan,
kukulum terus
puting
susunya
sehingga
tante Lina
menjadi
semakin
blingsatan.
“Aahh kamu
suka sekali
sama dada
tante yah, Di?”
“Iya Tante
abis tetek
tante
bentuknya
sangat
merangsang
sih.. Terus
besar tapi
masih tetap
kencang..”
“Aahh kamu
memang
pandai muji
orang, Di..”
Sementara itu
tangannya
masih terus
membelai
batang
kemaluanku
yang
kepalanya
sudah
berwarna
kemerahan
tetapi tidak
dikocok hanya
dielus-elus.
Lalu tante Lina
mulai
menciumi
dadaku terus
turun ke arah
selangkangank
sehingga aku
pun mulai
merasakan
kenikmatan
yang luar biasa
sampai
akhirnya
Tante Lina
berjongok di
bawah ranjang
dengan kepala
mendekati
batang
kemaluanku.
Sedetik
kemudian dia
mulai
mengecup
kepala batang
kemaluanku
yang telah
mengeluarkan
cairan bening
pelumas dan
merata
tersebut ke
seluruh kepala
batang
kemaluanku
dengan
lidahnya.
Aku benar-
benar
merasakan
nikmatnya
service yang
diberikan oleh
Tante Lina.
Lalu dia mulai
membuka
mulutnya dan
lalu
memasukkan
batang
kemaluanku
ke dalam
mulutnya
sambil
menghisap-
hisap dan
menjilati
seluruh bagian
batang
kemaluanku
sehingga
basah oleh
ludahnya.
Selang
beberapa
menit setelah
tante
melakukan
hisapannya,
aku mulai
merasakan
desiran-
desiran
kenikmatan
menjalar di
seluruh batang
kemaluanku
lalu kuangkat
Tante Lina
kemudian
kudorong
perlahan
sehingga dia
telentang di
atas ranjang.
Dengan penuh
nafsu
kuangkat
kakinya
sehingga dia
mengangkang
tepat di
depanku.
“Aahh Di,
ayolah
masukin
batang
kemaluan
kamu ke tante
yah.. Tante
udah nggak
sabar mau
ngerasain
memek tante
disodok-sodok
sama
batangan
kamu itu”.
“Iiyaa tante”
kataku.
Lalu aku mulai
membimbing
batang
kemaluanku
ke arah lubang
kemaluannya
tapi aku tidak
langsung
memasukkann
tapi aku
gesek-
gesekan
terlebih dulu
ke bibir
kemaluannya
sehingga
tante Lina lagi-
lagi menjerit
keenakan..
“Aahh.. Aahh..
Ayolah Di,
jangan
tanggung-
tanggung
masukiinn..”
Lalu aku
mendorong
masuk batang
kemaluanku.
Uh, agak
sempit
rupanya
lubang
kemaluannya
sehingga agak
sulit
memasukkan
batang
kemaluanku
yang sudah
tegang sekali
itu.
“Aahh.. Sshh..
Oohh pelan-
pelan Di..
Teruss-
teruuss..
Aahh”
Aku mulai
mendorong
kepala batang
kemaluanku
ke dalam liang
kemaluan
Tante Lina
sehingga dia
merasakan
kenikmatan
yang luar biasa
ketika batang
kemaluanku
sudah masuk
semuanya.
Kemudian
batang
kemaluanku
mulai
kupompakan
dengan
perlahan tapi
dengan
gerakan
memutar
sehingga
pantat Tante
Lina juga ikut-
ikutan
bergoyang.
Rasanya
nikmat sekali
karena
goyangan
pantat tante
Lina
menjadikan
batang
kemaluanku
seperti dipilin-
pilin oleh
dinding liang
kemaluannya
yang seret itu
dan rasanya
seperti
empotan
ayam.
Sementara itu
aku terus
menjilati
puting dan
menjilati leher
yang dibasahi
keringatnya.
Sementara itu
tangan Tante
Lina mendekap
pantatku
keras-keras
sehingga
kocokan yang
kuberikan
semakin cepat
lagi.
“Oohh.. Sshh..
Di.. Enak sekali..
Oohh.. Ohh..”
mendengar
rintihannya
aku semakin
bernafsu
untuk segera
menyelesaikan
permainan ini.
“Aahh.. Cepat
Di, tante mau
keluuaarr..
Aahh”
Tubuh tante
Lina kembali
bergerak liar
sehingga
pantatnya
ikut-ikutan
naik. Rupanya
dia kembali
orgasme, bisa
kurasakan
cairan hangat
menyiram
kepala batang
kemaluanku
yang sedang
merojok-rojok
liang
kemaluannya.
“Aahh.. Sshh..
Sshh”,
desahnya, lalu
tubuhnya
kembali
tenang
menikmati
sisa-sisa
orgasmenya.
“Wahh kamu
memang
hebaat Di..
Tante sampe
keok dua kali
sedangkan
kamu masih
tegar”
“Iiyaa tante..
Bentar lagi
juga Andi
keluar nih..”
ujarku sambil
terus
menyodok
liang
kemaluannya
yang
berdenyut-
denyut itu.
“Aahh enak
sekali tante..
Aahh..”
“Terusin Di..
Terus.. Aahh..
Sshh” erangan
tante Lina
membuatku
semakin kuat
merojok-rojok
batang
kemaluanku
dalam liang
kemaluannya.
“Aauuhh
pelan-pelan Di,
aahh.. Sshh”
“Aduh tante
bentar lagi aku
udah mau
keluar nih..”
kataku.
“Aahh.. Di..
Keluarin di
dalam aja yah..
Aahh.. Tante
mau
ngerasain..
Ahh.. Shh.. Mau
rasain siraman
hangat peju
kamu..”
“Iiyyaa..
Tante..”
Lalu aku
mengangkat
kaki kanan
tante
sehingga
posisi liang
kemaluannya
lebih menjepit
batang
kemaluanku.
“Aahh.. Oohh..
Aahh.. Sshh..
Tante, Andi
mau keluar
nih.. Ahh” lalu
aku memeluk
tante Lina
sambil
meremas-
remas
payudaranya.
Sementara itu,
tante Lina
memelukku
kuat-kuat
sambil
menggoyang-
goyangkan
pantatnya.
“Aahh tante
juga mau
keluar lagi
aahh.. Sshh..”
lalu dengan
sekuat tenaga
kurojok liang
kemaluannya
sehingga
kumpulan air
maniku yang
sudah
tertahan
menyembur
dengan
dahsyat.
Seerr.. Seerr..
Croott..
Croott..
“Aahh enak
sekali tante..
Aahh.. Ahh..”
Selama dua
menitan aku
masih
menggumuli
tubuh Tante
Lina untuk
menuntaskan
semprotan
maniku itu.
Lalu Tante
Lina menbelai-
belai
rambutku.
“Ah kamu
ternyata
seorang
jagoan, Di..”
Setelah itu dia
mencabut
batang
kemaluanku
dari liang
kemaluannya
kemudian
dimasukkan
kembali ke
dalam
mulutnya
untuk dijilati
oleh lidahnya.
Ah, ngilu
rasanya
batang
kemaluanku
dihisap
olehnya. Dan
kemudian
kami berdua
pun tidur
saling
berpelukan.
Malam itu
kami
melakukannya
sampai tiga
kali.
Setelah
kejadian itu
kami sering
melakukan
hubungan
seks yang
kadang-
kadang meniru
gaya-gaya dari
film porno.
Hubungan
kami pun
berjalan
selama dua
tahun dan
akhirnya
diketahui oleh
orang tuaku.
Karena
merasa malu,
Tante Lina pun
pindah ke
Jakarta dan
menjalankan
usahanya di
sana. Aku
benar-benar
sangat
kehilangan
Tante Lina dan
semenjak
kepindahannya
tante Lina
tidak pernah
menghubungik
lagi.
*****
Begitulah kisah
nyata antara
aku dengan
tanteku
sendiri hingga
menyebabkan
aku lebih
menyukai
hubungan
seks dengan
wanita
setengah
baya.

Tidak ada komentar: