Jumat, 16 Maret 2012

anak guru

Saat ini aku masih merasakan sensasi yang terjadi
4 hari lalu di lantai dua rumahku. Umurku sudah
27 tahun, tetapi aku baru saja merasakan hal yang
luar biasa dalam untuk pertama kalinya dalam
hidup ini. Diawali dengan pertemuan di sebuah
toko kelontong di perumahan tempat tinggalku,
aku jadi akrab dengan Vita. Dia anak dari guru SMA
ku yang sudah meninggal. Umurnya masih 18
tahun. Vita mempunyai body yang sangat wah,
dengan wajah mirip salah satu artis indonesia,
tinggi badan 165 cm, ukuran dada 36, kulit putih
bersih, dan rambut panjang melebihi bahu. Setelah
pertemuan di toko kelontong, kami jadi sering
berhubungan lewat telpon. Dan jarak rumah kami
yang dekat, terpaut dua gang dengan rumahku
membuat kami janjian untuk bertemu dirumahku.
"Fir, nanti sore aku main ke rumah kamu ya?"
katanya di telepon. "Boleh deh, kebetulan bapak
dan ibu ada acara arisan keluarga." Aku menyetujui
permintaannya. Oh ya, aku tinggal dengan kedua
orang tua dan nenekku. Kalau bapak dan ibu pergi,
aku harus di rumah menemani nenek. "Teng..
teng!" aku mendengar suara gembok pagar
dipukulkan ke pagar. "Sebentar!" sahutku. Ternyata
Vita yang datang, wah senang banget ternyata dia
tidak main-main. "Sebentar Vit, wah sexy banget
non, mau ke mana?" sambil buka kunci pagar aku
nyerocos menyapa dia. "Ya mau ke sini Fir. Eh,
pakaianku terlalu terbuka ya?" Dia malah nanya.
Body yang sexy dibalut tank-top warna biru
menonjolkan warna kulitnya yang putih dan
tonjolan dadanya yang besar. "He, kamu ngelihat
apa kok gak pake bernafas..?" Dia merasa kalau
mataku tidak terlepas dari arah dadanya. "Ehm,
eh.. gak pa pa. Silahkan masuk Vit." Aku jadi salah
tingkah. "Siapa Fir?" Nenekku yang ada di ruang
keluarga mengeluarkan suaranya dengan nada
bertanya. "Vita Nek, anaknya Bu P yang tinggal di
Jl. P itu lho." aku jawab saja sambil menggandeng
Vita ke ruang tamu. "Duduk Vit, mau minum apa?"
tanyaku sambil berjalan ke dapur. "Apa aja Fir, eh
air putih aja deh. Oh ya jangan yang dingin ya,
yang biasa saja." jawab dia. "Kalau gitu kamu
ambil sendiri aja. Aku mau mandi dulu, lengket nih
tadi habis motong rumput di halaman belakang."
sambil ngomong aku melirik kembali ke ruang
tamu. Dan sempat terlihat sekilas warna putih
pahanya saat Vita meluruskan kaki mau berdiri.
Ada getaran asyik dan aneh setelah menyaksikan
pemandangan indah itu. Segarnya guyuran air saat
mandi menjadikan aku teringat dengan paha Vita,
dan sedikit demi sedikit kemaluanku mengeras
serta menimbulkan perasaan yang enak. "Vita mau
nggak ya aku ajak ML?" tanyaku pada diri sendiri.
Sambil masih berbalut handuk dari pinggang ke
bawah, aku keluar menemui Vita. "Fir, pakai dulu
celanamu, gak sopan tuh." Nenekku nyeletuk,
waduh jadi malu dan merasa salah tingkah. Tapi
aku cuek saja. "Iya Nek." aku jawab sekenanya
sambil tetap jalan ke ruang tamu. Di sana Vita
sudah menunggu sambil tangannya memegang
segelas air putih yang diambilnya dari dispenser.
Posisi duduknya menyebabkan sebagian pahanya
yang putih terlihat sampai dekat bongkahan
pantatnya. Aku menelan ludah, mungkin dia
melihat gelagatku ini. Wah pasti deh wajahku
kelihatan merah padam. "Fir, ke atas yuk. Aku
pingin tahu apa rumahku terlihat dari sini."
pintanya. "OK, tapi aku pake celana dulu ya."
jawabku. "Gak usah Fir, biar aja." wah dia ternyata
dia gak punya pikiran aneh-aneh. "Nek, aku ke
atas..!" teriakku minta ijin ke Nenek. "Iya. Fir,
telponnya kamu bawa saja kalau-kalau nanti
bapakmu telepon." sahut Nenek. "Biar aja di bawah
Nek, nanti kalau ada telpon Fir yang turun."
sahutku lagi. "Ayo Fir, cepetan. Ntar keburu
malam, aku harus belajar Matematika." Vita
merajuk sambil tangannya menarik lenganku yang
masih membetulkan ikatan handuk. Akibatnya,
handukku sedikit terbuka di bagian depan sehingga
batang kemaluanku jadi terlihat oleh Vita. "Hi, apa
itu Fir. Kok hitam gitu, berambut lagi." celetuknya
dengan ekspresi terkejut. "Ini kemaluanku
namanya Mr. P" jawabku sekenanya sambil
membetulkan handuk. Lalu kami melanjutkan
perjalanan menaiki tangga ke lantai dua. Ruang di
lantai dua sengaja aku atur tanpa menggunakan
kursi, hanya meja rendah dan bundar model
Jepang yang ada di tengah karpet tebal berwarna
biru. Ada 4 bantal besar dengan cover bermotif
oriental dengan warna biru muda yang dipakai
sebagai alas duduk. Ada TV 21" dan VCD player di
pojok ruang. "Fir, itu apaan? Kok aneh, tadi kan
nggak ada?" tanyanya sambil pandangannya
mengarah ke bawah perutku. Rupanya dia
menyadari kalau dari tadi aku melihat ke arah
dadanya, sehingga aku yang keasyikan menikmati
pemandangan indah jadi terkejut. "Ehm.. ini tho?
Ini Mr. P yang lagi tegang, kamu pingin lihat?"
jawabku sambil bertanya. "Nggak deh, malu.
Lagian buat apa?" dia malah balik bertanya.
"Kesempatan nih." pikirku. "Ya biar kamu tahu
bagaimana bentuk kelamin pria pada saat tegang."
celetukku. "Gimana ya?" dia berpikir sejenak. Lalu..
"OK deh. Tapi nggak ada efeknya negatifnya kan?"
dia mulai terpancing. "Oh ya Vit, biar asyik.
Gimana kalau kita nanti gantian ngasih liat punya
masing-masing. Dijamin deh, nggak bakalan ada
yang dirugikan." aku mulai melancarkan
seranganku. Matanya sedikit terbelalak ketika
melihat Mr. P ku yang berukuran jumbo dengan
diameter 4, 5 cm dan panjang 18 cm. "Waah,
gedhe banget ya. Fir, apa setiap pria berukuran
segitu?" tanyanya. Matanya masih menelusuri
tubuhku mulai dada sampai pangkal pahaku.
Nafasnya mulai sedikit cepat. "Asyik nih, dia udah
mulai terangsang" dalam hati aku bersorak
gembira. "Vit, gantian dong. Sekarang kamu yang
buka baju, apa perlu aku bantu bukain baju kamu?"
aku menghentikan tatapannya yang mulai
bergairah. "Ehm, boleh. Tapi jangan diapa-apain
ya, cuman lihat aja ya." Dia berkata sambil
mendekatkan tubuhnya ke arahku. Aku tatap terus
matanya lalu mulai membuka t-shirt nya ke arah
atas. Pada saat t-shirtnya melintas di wajahnya dan
kedua tangannya terangkat ke atas (bayangin deh,
tubuhnya terbuka banget..), aku berhenti sejenak,
sambil mencuri cium dadanya. "Fir.! jangan ah,
geli." Dia agak berteriak kaget, tapi tidak ada bagian
tubuhnya yang mencoba menghentikan aksiku.
Aku merasa ada lampu hijau buat meneruskan
aksiku ini. Lalu terlepaslah t-shirt nya dan terlihatlah
tubuh bagian atasnya yang terbuka dan hanya
berbalut bra dengan model bikini warna putih.
Payudaranya terlihat menonjol dan menantangku
untuk meremasnya, tapi aku tahan keinginan itu.
"Wah, putih banget ya kulitmu. Jadi pingin tahu
yang di dalam situ." celetukku sambil menunjuk ke
arah payudaranya. "Ya udah, lihat aja." sambil
berkata gitu Vita melepas penutup dadanya.
Sekarang terpampang dengan jelas dua payudara
putih dengan puting agak merah muda. Dekat
sekali dengan aku, membuat aku jadi pingin
meremas dan mengulumnya. "Sabar Fir, nanti
juga dapat." dalam hati aku berkata. "Fir.. ayo
lanjutin buka bajunya Vita." pintanya dengan
pandangan berbinar nakal. Aku melanjutkan aksiku
dengan memegang kedua pahanya dan
menggerakkan kedua tanganku ke atas
berbarengan. Sehingga roknya tersingkap ke atas
sampai perut. Lalu aku raih CD-nya dan
menariknya ke bawah dengan tiba-tiba. "Ahh,
Fir..!" Vita menjerit kecil karena tubuhnya
terhuyung-huyung kebelakang. Lalu tangannya
meraih pinggangku dan berpegangan agar tidak
jatuh. Dan dengan tidak sengaja ujung Mr. P ku
menyentuh bagian atas perutnya. Terasa sedikit
geli. Vita terdiam dengan posisi masih memegang
pinggangku lalu dia melepaskannya dengan tiba-
tiba sambil mundur dan tangannya memegang
bagian bawah perutnya yang masih terbungkus
rok. "Hi hi, kok Vita nggak ngerasa kamu melepas
CD. Pantas aja rasanya agak dingin." Dia tertawa
kecil sambil berkata begitu. "Hmm.. uhmm" mulut
kami masih berpagutan dengan lidah saling
menjilat. Ketika tangannya bergerak ke belakang
tubuhnya, lalu terlepaslah pembungkus tubuhnya
yang masih tersisa. Sekarang Vita benar-benar
telanjang. Dan nafasku terasa berhenti ketika
melihat kemaluannya yang punya bulu-bulu halus
berbentuk segitiga. Aku menelan ludah dengan
agak susah. "Kenapa Fir, heran ya lihat punyaku."
tiba-tiba Vita berkata mengagetkan aku yang masih
terpesona dengan pemandangan di depanku. "Eh,
iya.. Vit, boleh aku pegang Miss V kamu?" aku
memohon. "Jangan Fir." Katanya sambil
mendekatkan pinggangnya ke pinggangku. Aneh
juga, tidak mau tapi malah mendekat. Aku rasakan
gesekan lembut antara Mr. P ku dengan rambut
Miss V nya. "Hmm.. ahh.. sshh" Vita mendesah
lirih sambil memejamkan matanya. "Wah
kesempatan nih" pikirku. Lalu aku rengkuh
punggungnya dan kupagut lagi bibirnya. Dia
membalas dengan penuh nafsu. "Ahh, jangan Fir.
Aku takut hamil." rengeknya ketika aku mulai
menyentuh Miss V nya. "Santai aja Vit, gak bakalan
hamil deh. "Ya udah, Fir.. jangan kasar ya."
gumamnya lirih. Aku kecup lagi bibirnya sambil
tangan kananku mengelus lembut bibir Miss V,
sementara tangan kiri meremas lembut
payudaranya bergantian kiri dan kanan. "Hmm..
shh, terus Fir, enak banget. shh" Vita mulai
meracau keenakan. Tangannya yang sedari tadi
terus memegangi pundakku mulai beraktifitas
menjelajahi leher dan dadaku. Sementara itu aku
kecup lembut puting sambil tangan kiriku masih
mengelus daerah selangkangannya. "Shhtt.. Fir..
ahhss.. terus Fir" Vita semakin keras meracau dan
agaknya dia sudah hampir mencapai puncak
kenikmatan. "Ahh.." Sambil badannya melenting
kebelakang dengan kepala mendongak Vita
akhirnya mencapai kenikmatannya yang pertama.
"Hmmff..Fir, rasanya enak banget. Kok, kamu gak
merasa apa-apa?" Tanyanya sambil memeluk
leherku dan menatap mataku. Dengan posisi
seperti ini aku bisa melihat jelas kulit wajahnya
yang berkeringat, dan dadanya yang masih
membusung masih menempel di dadaku. "Vit,
kamu santai aja dulu, sambil berkata aku mulai lagi
mengecup lehernya dengan lembut, lalu
meniupkan nafasku ke dadanya. Hal ini membuat
Vita mengerang lagi. "Sst.. Fir.. eh kamu nakal ya.
Lalu mulutku mulai merayap turun ke dadanya dan
menjilati putingnya bergantian kiri kanan selama
lebih kurang lima menit. "Sst.. ahh.. hmm" Vita
mulai meracau lagi. Gairahnya mulai muncul.
Tangannya kini telah memegang Mr. P ku yang
sedari tadi terus mendongakkan kepalanya. Lalu
aku rebahkan Vita di atas meja. Aku beringsut
mundur dan meraih kedua pahanya, lalu dengan
tiba-tiba membenamkan kepalaku diantara kedua
ujung pahanya. "Ahh.. Fir geli.. ahh.. sstt.. ohh.
Enak Fir" Vita kaget lalu mendesah nikmat. Birahiku
semakin menjadi mendengarnya. Mulutku
menelusuri setiap inci tubuhnya yang berkulit putih
dan lembut. Merayap naik dari Miss V nya sampai
leher. Lalu kukecup bibirnya dengan lembut.
Tangan kanan Vita mengelus-elus Mr. P ku dengan
lembut. "Terserah kamu fir." pelan Vita berkata.
Setelah aku bisikkan, "Aku menginginkanmu Vit."
Lalu dengan lembut, aku tarik kedua kakinya
sehingga menjuntai dari tepi meja, dan kakinya aku
renggangkan sedikit tetapi masih menjejak karpet,
sehingga Miss V nya yang sudah basah semakin
menantangku. Kusentuhkan ujung kepala Mr. P ke
Miss V nya, lalu aku gerakkan ke atas dan ke
bawah dengan perlahan. Nikmat sekali. "Hmm Fir,
cepetan dimasukin, tapi pelan-pelan ya." Vita mulai
memohon karena sudah tidak tahan dengan
rangsangan yang aku berikan. Aku letakkan ujung
Mr. P ku tepat di atas lubang Miss V nya, lalu
dengan perlahan aku dorong. Agak susah juga,
sering meleset, padahal cairan yang dikeluarkannya
lumayan banyak. Aku hentikan usahaku,
kudekatkan kepalaku ke Miss V nya lalu aku sedot
cairan yang ada. Sekarang Miss V nya sudah agak
kering. "Sshh.. Fir.. geli.. ayo dong masukin..
cepet.. hmm" Vita mengerang kegelian. Kucoba
lagi memasukkan ujung Mr. P, sekarang berhasil.
Lebih kurang 3 centimeter ujung Mr. P yang
terbenam. Aku dorong dengan pelan, lalu kutarik
lagi dengan pelan. Ku ulang sampai 4 kali. Hal ini
membuat kepala Vita menggeleng ke kiri dan ke
kanan sambil mendesah nikmat. Lalu dengan tiba-
tiba "Bles.." Mr. P ku berhasil menerobos
keperawanannya. "Ahh..Fir, sakit" Vita merintih.
"Cup.. cup.. ss" aku coba menenangkan Vita, lalu
kukecup bibirnya dengan lembut. Mr.P masih
terbenam di Miss V, sengaja tidak aku gerakkan
pinggulku. Aku ingin merasakan sensasinya.
Perlahan Miss V nya mulai berdenyut, dan Vita
sudah tersenyum nakal. Lalu kami berpagutan
dengan ganasnya. Pinggulku kudorong naik turun
dengan pelan, sambil kedua tangan meremas
payudaranya. Vita juga aktif mengelus
punggungku dengan cepat. Sesekali didorongnya
pinggulnya ke atas. Sehingga ujung Mr. P ku terasa
menyentuh dinding rahimnya. Aktifitas ini
berlangsung lebih kurang 20 menit, sampai ketika
Vita menjerit tertahan sambil menggigit pundakku.
"Ahh.., Fir.. aku nyampai". Pada saat yang sama
kurasakan Mr. P ku seperti diremas-remas dan
basah. Remasan yang seperti pijitan lembut
menimbulkan rasa nikmat di batang Mr. P. Aku
semakin mempercepat gerakan naik turun, lalu..
"Ahhrhh.." aku melenguh panjang
menyemprotkan cairan hangat. Kami berciuman
mesra dengan Mr. P ku masih di dalam Miss V
nya. "Gila Fir, kok masih tegang" Vita kaget karena
tahu kalau Mr. P ku masih tetap tegang. Kami
berdua tertawa lepas ketika terdengar suara
nenekku memanggil. "Fir, sudah hampir malam.
Apa nak Vita nggak dicari ibunya?". "Iya Nek,
sebentar. Kami masih nonton film." sahutku sambil
tersenyum ke arah Vita. Vita membalas
senyumku. "Oh indahnya." dalam hati aku
bersorak. Setelah merapikan baju dan rambutnya,
aku mengantar Vita pulang ke rumahnya.
Semenjak itu kami jadian. E N D

Tidak ada komentar: