Kamis, 24 November 2011
2 in 1 bersama pegawai paman
cerita
sex menarik untuk anda
baca dan bikin kontol anda
ngaceng. Saya ingin
menceritakan sebuah kisah
dewasa dan pengalaman sex
yang unik saat saya berlibur
ke kota tempat paman saya
tinggal, Malang. Kejadiannya
kira-kira dua minggu yang
lalu. Hari Minggu itu keluarga
paman yang terdiri dari
paman, bibi dan ketiga anak
laki-lakinya yang masih
remaja mengajakku pergi ke
suatu kota kecil dekat
Malang, yaitu Batu. Daerah
itu terkenal karena buah
apelnya dan hawanya cukup
dingin. Kami berenam naik
mobil Panther kesayangan
saya.
Perjalanan kami saat itu
cukup menyenangkan. Kami
ngobrol kesana kesini
tentang keadaan kota kecil
yang akan kami datangi.
Sama sekali tidak terpikirkan
oleh saya bahwa mobil
Panther yang saya kendarai
itu bakal membuat masalah.
Dan benar saja, sepuluh
menit sebelum kami tiba di
Batu, mobil itu mogok. Paman
dan anak-anaknya berusaha
mendorong dari belakang
dengan sekuat tenaga.
Sementara Bibi duduk dalam
mobil itu dengan raut wajah
cemas.
Seperempat jam mobil itu
belum juga dapat dinyalakan
mesinnya. Walaupun dibantu
oleh beberapa orang tukang
becak, namun si Panther
masih juga mogok. Akhirnya
kami memutuskan untuk
membawanya ke bengkel
yang tidak jauh dari tempat
itu. Sementara itu keluarga
Paman akhirnya pulang
kembali ke Malang dengan
naik angkutan umum yang
lewat di sana.
Mobil yang dipaksa didorong
itu akhirnya sampai juga di
depan bengkel. Bengkel itu
disebut BENGKEL TIARA oleh
penduduk setempat, menurut
mereka TIARA itu singkatan
dari TIDAK ADA PRIA. Setelah
kuperhatikan, ternyata
semua montirnya, walau
berseragam montir yang
berlepotan oli, adalah para
wanita muda yang cantik dan
****** Mereka terlihat
ramah dan senang diajak
ngobrol. Kasirnya juga
seorang wanita. Jadi sama
sekali tidak ada pegawai pria
di sana. Hebat juga ya?
Melihat kenyataan itu, pikiran
isengku muncul.
Kebetulan mobil Pantherku
mereka tarik ke ruang dalam
bengkel yang sunyi senyap
dan tertutup. Dua orang
montir cantik ditugaskan
untuk menangani mobil itu.
Saat mereka tengah
memeriksa bagian depan
mobil Panther tempat
mesinnya berada, dengan
sengaja kujulurkan kedua
tanganku ke arah pantat
mereka. Mereka sedang
berdiri menunduk untuk
memeriksa mesin mobil.
Perlahan kuraba pantat
mereka dengan pelan. Tidak
ada reaksi. Karena
kelihatannya mereka tidak
keberatan, lalu kuremas-
remas pantat mereka berdua.
Nah kali ini mereka menoleh.
“Mas… tangan Mas nakal
deh… kalo mau yang lebih
enak, tunggu ya. Begitu kami
selesai menservis mobil ini,
pasti yang punya mobil akan
kami servis juga. Jangan
kuatir deh.., kami ahlinya
dalam menservis dua-
duanya. Ha-ha-ha-ha…” ujar
salah seorang montir cantik
yang belakangan kuketahui
bernama Gita sambil
tersenyum genit.
Aku kaget bukan kepalang.
Nah ini dia yang kucari.
Jarang lho ada bengkel
seperti ini. Ternyata apa
yang dijanjikan Gita ditepati
mereka berdua. Saat itu juga
aku diajak ke lantai atas di
sebuah rumah di belakang
bengkel besar itu. Di sana
ada beberapa kamar yang
dilengkapi dengan
perlengkapan tidur dan
perlengkapan mandi yang
serba moderen. Begitu
mewah dan mentereng
tempatnya. Jauh sekali
perbedaannya bila
dibandingkan dengan
bengkel di depannya.
Kedua cewek montir tadi
(seorang lagi bernama
Tutut), saat aku terperangah
menatap ruangan kamar itu,
tiba-tiba entah dari mana
muncul dengan hanya
mengenakan pakaian minim.
Alamaak..! Hanya BH dan
celana dalam tembus
pandang yang menutupi
tubuh seksi mereka. Aku
tidak menyangka bahwa
tubuh mereka yang tadinya
terbungkus seragam montir
berwarna biru muda, begitu
sexy dan montok. Buah dada
mereka saja begitu besar.
Gita kelihatannya
berpayudara 36B, dan Tutut
pasti 38. BH yang
menutupinya seperti tidak
muat. Langsung saja si penis
andalanku mulai mengeras.
Tanpa menunggu waktu lagi,
aku segera membuka
pakaianku.
Setelah hampir semua baju
dan celanaku terlepas,
keduanya tanpa banyak
bicara mendorongku supaya
jatuh telentang di atas
tempat tidur. Aku pun
diserbu. Saat itu hanya
tinggal celana dalam yang
masih melekat di tubuhku.
Gita dengan ganasnya
langsung menyerang bibir
dan mulutku. Ciuman dan
permainan lidahnya begitu
menggebu-gebu, hampir saja
aku tidak dapat bernafas
dibuatnya. Tutut pun tidak
kalah ganasnya. Tangannya
langsung meraba-raba
senjataku dari luar celana
dalamku. Pelan tapi pasti
rabaan dan remasannya itu
membuatku menggelinjang
hebat. Ia pun menjilati bagian
penisku itu, terutama di
bagian kepalanya.
Lalu dengan inisiatifnya
sendiri, Tutut menurunkan
celana dalamku. Maka si kecil
pun langsung mencuat
keluar, keras, tegak, dan
besar. Tangan Gita langsung
mengocok-ngocok penisku.
Sementara Gita mulai terus
menjilati buah zakar dan
terus ke bagian pangkal
penisku. Memang penisku
tergolong besar
dibandingkan ukuran rata-
rata penis orang Indonesia,
panjang 24 cm dan diameter
8 cm.
Kedua cewek montir itu
sekarang bergantian
menjilati, mengocok dan
mengulum penisku seperti
orang kelaparan. Aku sih
senang-senang saja
diperlakukan seperti itu.
Sementara itu dengan leluasa
kedua tanganku bergegas
membuka pengait bra mereka
berdua. Setelah penutup
payudara mereka terbuka,
tanganku mulai sibuk
meremas-remas kedua
gunung kembar mereka.
Beberapa menit kemudian,
Tutut mulai membuka celana
dalamnya. Lalu ia
mengarahkan vaginanya ke
mulutku. Oh aku mengerti.
Kini gantian aku yang harus
menghisap bagian liang
kewanitaannya. Seumur
hidupku sebenarnya aku
belum pernah melakukannya.
Aku takut karena baunya
yang tidak sedap. Ternyata
perkiraanku salah. Saat
kuendus baunya, ternyata
vagina si Tutut terasa amat
wangi. Karena baunya
menyenangkan, aku pun
menjulurkan lidahku ke liang
kemaluannya. Lidahku
berputar-putar masuk keluar
di sekitar vaginanya.
Sementara itu, Gita masih
terus mengulum dan
mengisap penisku. Kemudian
tanpa dikomando, ia pun
melepaskan CD-nya dan
langsung duduk di atas
perutku. Dengan lembut
tangan kirinya meraih penis
tegakku lalu pelan-pelan
dimasukkannya ke dalam
liang senggamanya.
“Bless… bless… bless..!”
terdengar suara kulit
penisku bergesekan dengan
kulit vaginanya saat ia mulai
turun naik di atas tubuhku.
Aku jadi merem melek
dibuatnya. Kenikmatan yang
luar biasa. Ia juga terlihat
terangsang berat. Tangan
kanannya memegang
payudara kanannya
sementara matanya terpejam
dan lidahnya seperti
bergerak keluar masuk dan
memutar. Dari mulutnya
terdengar suara erangan
seorang wanita yang sedang
dilanda kenikmatan hebat.
Rupanya si Tutut tidak mau
kalah atau tidak dapat
bagian. Ia mendekati Gita
yang sedang bergerak
dengan asyiknya di atas
perutku. Gita pun mengerti. Ia
turun dari perutku dan
menyerahkan penisku
kepada Tutut. Dengan raut
wajah terlihat senang, Tutut
pun duduk di atas penisku.
Yang lebih gilanya lagi,
gerakannya bukan saja
naik-turun atau memutar,
tapi maju mundur. Wah.., aku
jadi tambah terangsang nih
jadinya. Dengan sengaja aku
bangkit. Lalu kucium dan
kuemut payudara kembarnya
itu.
Dua puluh menit berlalu, tapi
‘pertempuran’ 2 in 1 ini
belum juga akan berakhir.
Setelah Tutut puas, aku
segera menyuruh keduanya
untuk berjongkok. Aku akan
menyetubuhi mereka dengan
gaya doggy style. Konon
gaya inilah yang paling
disukai oleh para montir
wanita yang biasa bekerja di
bengkel-bengkel mobil bila
ngeseks. Aku mengarahkan
penisku pertama-tama ke
liang kenikmatan Gita dan
tanpa ampun lagi penis itu
masuk seluruhnya.
“Bless! Jeb! Jeb..!”
Kepala Gita terlihat naik
turun seirama dengan
tusukanku yang maju
mundur.
Tiba-tiba saja Gita
memegang bagian kepala
ranjang dengan kuatnya.
“Uh..! Uh..! Uh..! Aku mau
keluar, Mas..!” erangnya
dengan suara tertahan.
Rupanya ia orgasme. Lalu
aku pun mencabut penisku
yang basah oleh cairan
kemaluannya Gita dan
kumasukkan ke vagina
Tutut. Perlu kalian tahu,
vagina Tutut ternyata lebih
liat dan agak sulit ditembus
dibanding punyanya Gita.
Mungkin Tutut jarang
ngeseks, walau aku yakin
betul kedua-duanya jelas-
jelas sudah tidak perawan
lagi.
Begitu penisku amblas ke
dalam vagina Tutut, penisku
seperti disedot dan diputar.
Sambil memegang pantat
Tutut yang amat besar dan
putih mulus, aku terus saja
maju mundur menyerang
lubang kenikmatan Tutut dari
belakang. Hampir saja aku
ejakulasi dari tadi. Untung
saja aku dapat menahannya.
Aku tidak mau kalah duluan.
Sepuluh menit berlalu, tapi
Tutut belum juga orgasme.
Maka kubaringkan dia sekali
lagi, dan aku akan menusuk
vaginanya dengan gaya
konvensional. Seperti biasa,
ia berada di bawahku dan
kedua kakinya menjepit
punggungku. Aku dapat naik
turun di atas tubuhnya
dengan posisi seperti
segitiga siku-siku. Matanya
merem melek merasakan
kedahsyatan penis ajaibku.
Permainanku diimbangi
dengan usahaku untuk
mengulum puting
payudaranya yang besar
dan kenyal. Ternyata dengan
mengulum payudara itu,
spaningku semakin naik.
Penisku terasa semakin
membesar di dalam
kemaluannya Tutut. Dan tiba-
tiba.., sesuatu sepertinya
akan lepas dari tubuhku.
“Crot..! Crot..! Crot..!” aku
mengalami ejakulasi luar
dahsyatnya.
Sebanyakdua belas kali
semprotan maniku
berhamburan di dalam
vaginanya Tutut. Aku pun
lemas di atas tubuhnya.
Saat aku sudah tertidur di
atas kasur empuk itu, tanpa
setahuku Tutut dan Gita
cepat-cepat mengenakan
pakaiannya kembali dan
kemudian pergi entah ke
mana. Lalu kudengar langkah
seorang pria berjalan masuk
ke kamar itu. Ia mendekati
ranjang dan
membangunkanku.
“Van.., bangun, Van..!”
tangannya yang kekar
terasa menggoyangkan
punggungku yang telanjang.
Saat aku membuka mata,
ternyata Paman!
“Lho, Paman.., bukankah
Paman tadi udah pulang
bersama Bibi dan adik-
adik..?”
Ia menjawab sambil
mengganggukkan kepala,
“Benar, Ivan… kedua wanita
tadi adalah pegawai-pegawai
Paman sebenarnya… Mereka
berdua Paman suruh
men’servis’ kamu karena
Paman dan Bibi tidak sempat
memberimu hadiah ultahmu ke
28 bulan yang lalu, jadi itu
hadiahnya. Dan mengenai
mobil Panther itu, Paman
sengaja mengotak-atik kabel
mesinnya, lalu kuajarkan si
Sri Hadiyanti dan Regita
Cahyani itu untuk
membetulkannya. Anggap aja
kejutan ya, Van… tapi kamu
puas kan atas pelayanan
mereka berdua? Jangan
kuatir.., selama kau berada
di sini, Paman mempersilakan
kamu mengencani mereka
sampai kamu bosan.
Kebetulan kan tiap hari
mereka masuk kerja. He-he-
he-he…”
Wah.., pengalaman tidak
terlupakan nih! Memang
sejak itu, selama 15 hari aku
berada di Malang dalam
rangka libur semesteran
kuliahku di Amerika, aku
sepertinya tidak bosan-
bosan melayani kencan seks
kedua gadis seksi itu. Setiap
kali kami selesai
melakukannya, Gita selalu
berkata, “Mas Ivan… kami
belum pernah merasakan
penis yang begitu hebat dan
perkasa menerobos vagina
kami.., biasanya kalo tamu
Pamanmu, mereka baru 1
menit udah KO! Tapi kau kuat
sekali… bisa sampai dua
setengah jam… minum apa
sih, Mas..?” Setiap kali
ditanya begitu, aku hanya
tersenyum simpul dan
menjawab, “Ada deh…”
Keduanya menatap
keheranan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar