Minggu, 20 November 2011

ibuku istriku

Matahari sudah tinggi
saat aku bangun dari
tidur. Aku baru masuk
siang hari nanti, oleh
karenanya aku sengaja
bangun agak siang.
Rumah sudah kelihatan
sepi, Mbak Mona sudah
berangkat sekolah dan
ayah sudah ke kantor,
tinggal aku dan ibu yang
ada dirumah, setiap
harinya Aku menuju
keruang makan untuk
sarapan, tapi hari in
tidak ada nasi atau roti
yang biasanya
disediakan oleh ibuku.
Kemana ibu ini, padahal
perutku sudah sangat
lapar sekali. Aku pergi
ke dapur, tapi lagi-lagi
ibu tak ada di sana,
akhirnya kuputuskan
untuk mencarinya di
kamar.
Pintu kamar sedikit
terbuka saat aku
sampai disana. Dan..,
deg! Jantungku tiba-tiba
berdebar-debar saat
dari sela-sela pintu
kulihat sosok tubuh
mulus, tanpa sehelai
baju sedang berdiri di
depan cermin. Ibuku
sedang asyik
mengamati tubuhnya,
sesekali ibu memutar
badannya, Kedua
tangannya sesekali
meremas kedua
payudaranya -yang dulu
sering kuisap saat
masih kecil- dan meraba
pinggangnya yang kecil.
Umur ibuku yang baru
34 tahun tak
menghalangi
kekagumanku pada
kemulusan dan
keseksian tubuh Ibu.
Lama-lama kelamaan
aku jadi terangsang
melihat tubuh telanjang
Ibuku tersebut, Berkali-
kali aku meneguk ludah
melihat pantat Ibu yang
kelihatan masih padat
dan bulat, atau ketika
tangan Ibu mengusap
kemaluannya dengan
lembut, aku seperti
menyaksikan
striptease yang
menggairahkan, dan
tanpa sadar tubuhku
mennyenggol pintu
kamar sehingga bunyi
pintu yang terbuka
mengagetkan Ibu
maupun aku sendiri.
Ibu memandangku
sambil melotot karena
merasa malu melihat
anaknya sedang
memergokinya
bertelanjang bulat, tapi
anehnya aku tak
merasa takut atau
malu, aku malah
menikmati
pemandangan di
depanku, tubuh putih
mulus dengan buah
dada yang bulat dan
kemaluan yang penuh
dengan rambut hitam,
"Ryan, sejak kapan..
kamu di situ?!" tanya
Ibuku sambil menahan
amarah, aku hanya
tersenyum kecil, karena
melihat Ibuku malah
bertolak pinggang dan
tidak menutupi
kemaluan maupun buah
dadanya. "Salah Ibu
sendiri tidak menutup
pintu..", kataku sambil
mendekati Ibu, "..atau
Ibu sengaja supaya
Ryan mengintip.."
Tiba-tiba tangan kanan
Ibu melayang hendak
menampar pipiku, tapi
aku lebih cepat dan
menangkap tangan Ibu.
Dengan gerakan cepat
tubuh Ibu sudah berada
dalam pelukanku, kini
aku dapat merasakan
harum dan mulusnya
tubuh Ibuku sendiri,
mendapat perlakuan
seperti itu tentu saja
Ibuku meronta dan
mencoba melepaskan
diri. Namun kedua
tanganku cukup kuat
untuk menahan tubuh
Ibuku dalam pelukanku,
"Ryan.., lepaskan!! Aku
Ibumu ..jangan lakukan
ini kepada Ibu, nak..!"
aku tak peduli lagi, leher
Ibu yang jenjang jadi
sasaran mulutku.
Pipinya juga tak luput
dari ciuman bertubi-tubi
dan penuh nafsu dari
mulutku. Ibuku terus
meronta tiada henti dan
membuat kami terjatuh
ke tempat tidur,
kesempatan ini
kugunakan untuk
menindih tubuh Ibuku
dan melepas kaos yang
kupakai, tapi akibatnya
fatal, Ibu dapat
mendorong tubuhku
dan mencoba melarikan
diri.
Dengan sigap, aku
menangkap kedua kaki
Ibu dan kembali
menindih tubuh mulus
Ibuku, kali ini posisi
Ibuku telungkup dengan
badanku di atasnya.
Sementara tangan
kananku memegangi
kedua tangannya,
tangan kiriku mencoba
melepas celana
pendekku. Untung aku
tidak memakai celana
dalam, hingga dalam
sekejap aku sudah
telanjang bulat seperti
Ibuku. Tanpa
pemanasan lebih lanjut
aku mencoba mencari
lubang kemaluan Ibu
dan memasukkan
kontolku ke dalam
memeknya, tapi posisi
Ibu yang telungkup
menyulitkanku untuk
dapat memasukkan
kontolku ke lubang
vagina Ibu. Apalagi Ibu
tak henti-hentinya
meronta dan mencoba
mendorong tubuhku,
akhirnya tubuh Ibu
sedikit kumiringkan dan
dengan bantuan tangan
kiriku yang bebas,
kontolku dapat
menemukan kemaluan
Ibuku, aku kembali
kesulitan menerobos
kemaluan Ibu yang
seret karena tidak
begitu basah dan
kontolku sendiri
lumayan besar. Tapi
aku tidak putus asa,
dengan sedikit usaha
dan terus memaksa
akhirnya kontolku bisa
masuk seluruhnya ke
memek Ibuku.
"..Aghh..!!" Ibu berseru
sedikit sakit karena
kontolku yang
memaksa masuk.
"..Ryan.. tolong..
berhenti.. aku Ibumu..!!"
Aku diam saja karena
sibuk memasukkan dan
mengeluarkan kontolku
dari lubang vagina Ibu.
Tubuh Ibu yang terus
meronta sedikit
membantuku dalam
menggoyang tubuhnya,
kemaluanku keluar
masuk dengan agak
mulus dan cepat,
rupanya Ibu lelah
meronta terus dan
kelihatan pasrah karena
mendadak tubuhnya
berhenti meronta. Aku
langsung membalikan
tubuh Ibuku sehingga
posisinya kini telentang,
sementara kontolku
masih bersemayam di
memek Ibuku, kembali
aku menggenjot
tubuhku dan kontolku
semakin cepat keluar
masuk dari lubang
kemaluan Ibuku itu.
Mulusnya gerakan
kontolku terbantu
karena vagina Ibu mulai
mengeluarkan cairan
kewanitaannya, dan Ibu
pun banyak diam serta
sesekali mendesah
kecil. Mata Ibu sedikit
tertutup dan kelihatan
sayu sekali. Aku yang
mengira Ibu sudah
bergairah menjadi
bersemangat dalam
bergerak maju dan
mundur, payudara Ibu
yang basah oleh
keringatnya kuciumi
dengan panuh nafsu,
putingnya kuisap-isap
lembut, dan sesekali
kugigit.
Ibu sedikit
menggelinjang saat
kuperlakukan seperti
itu. Kedua kaki Ibuku
kuangkat keatas
sehingga lubang
kemaluannya sedikit
menyempit. Aku
menggerakan pantatku
sedikit lambat dan saat
memajukan kudorong
pantatku agak keras.
Ibu rupanya suka
dengan gerakan ini
karena desahan Ibu
semakin keras, bahkan
kini aku dapat
merasakan pantat Ibu
bergoyang untuk
mengimbangi
gerakanku, aku jadi
bertambah bernafsu
untuk dapat
mengentoti Ibuku lebih
lama lagi, tubuh Ibuku
kembali kubalik dan kini
posisi tubuh Ibuku
sedikit kutekuk
menyerupai gaya anjing.
Ibu yang sudah pasrah
menuruti keinginanku,
lewat gaya anjing
ngentot ini aku terus
memasukkan dan
mengeluarkan kontolku
dengan cepat,
kemaluan Ibu yang kini
benar-benar basah
memudahkan gerakan
kontolku menelusuri
liang vagina tempat aku
dulu lahir, akhirnya aku
tak tahan lagi dengan
cepat aku
menghujamkan
kontolku dalam-dalam
ke lubang kemaluan
Ibuku saat kepuasan
itu datang, dan air
maniku pun muncrat
begitu deras dan
banyak, membasahi
memek Ibu.
Aku tergeletak
kesamping, sementara
Ibuku masih dalam
posisi telungkup
membelakangiku,
tanganku menyentuh
pinggang Ibu dan
mencoba membalikkan
tubuhnya, tapi Ibu
malah menolak dan
bangkit dari tempat
tidurnya, Ibu berdiri dan
menatapku dengan
mata yang sembab,
"Keluar Ryan.. tinggalkan
Ibu sendiri, tolong?!",
tangan Ibu menunjuk
ke arah pintu kamar,
aku hanya angkat bahu
dan meraih pakaianku
serta pergi dari situ.
Sebelum pergi aku
menatap wajah Ibuku,
tapi dia membuang
muka. Akupun keluar
dari kamar orang tuaku,
di kamarku aku baru
merenungi perbuatanku
sendiri barusan, tapi
entah kenapa aku
malah benar-benar
merasa sangat puas
setelah mengentoti
Ibuku sendiri.
Hampir satu setengah
jam aku diam di kamar,
semakin lama aku
berpikir aku malah
menikmati bayangan
saat aku dan Ibu
bercinta tadi, dan
gairahku kembali
bangkit membayangkan
harum tubuh Ibuku dan
permainan yang baru
kujalani. Kemaluanku
kembali mengeras, saat
ini aku benar-benar
kembali butuh memek
Ibuku lagi, tanpa pikir
panjang lagi aku segera
keluar kamar dan
mencari Ibuku di
kamarnya, tapi Ibu
sudah tidak ada di
kamarnya, aku pun
mencarinya di ruang
tengah, ternyata tidak
ada juga. Saat itu
kulihat Ibu sedang di
dapur dan sedang
memasak air, Ibu
memakai daster tanpa
lengan, dan lekuk
tubuhnya yang ramping
semakin membuatku
bernafsu untuk segera
bercinta dengan Ibuku.
Ibu melihat
kedatanganku, Ibu
sedikit mundur
kebelakang saat aku
mendekatinya. "Kamu
mau ngapain lagi ..?"
suara Ibu sedikit
bergetar, Aku tak
menjawab, tangan
kananku merengkuh
pinggang Ibu yang kecil,
dalam sekejap tubuh
Ibu sudah dalam
pelukanku, tapi aneh
Ibu tidak meronta atau
mendorong tubuhku,
Ibu hanya diam dan
saat lehernya kuciumi
Ibu masih diam tak
bereaksi, "Ryan.. kalau
kamu menginginkan
tubuh Ibu, tolong
jangan pernah
mengeluarkan air mani
kamu di dalam.." suara
Ibu terdengar tertekan
di kupingku, "..Ibu nggak
mau kamu hamilin atau
aborsi.."
Aku yang mendapat
'angin', bertambah
nafsu lagi, dengan
sedikit terburu-buru aku
melepas daster Ibu,
dan aku sedikit kaget
melihat Ibu tidak
memakai celana dalam
maupun BH, Aku
mencari mulut Ibu, dan
bibir Ibu kulumat
dengan penuh gairah,
Ibu yang sudah pasrah
membalasnya dengan
hangat, dan dapat
kurasakan lidah Ibu
bermain di rongga
mulutku dengan liar,
kami berciuman lama
sekali sehingga hampir
membuatku kehabisan
nafas, dan Ibu sendiri
terengah-engah saat
kulepas bibirku dari
bibirnya, aku lalu
meminta Ibu untuk
telentang di meja
makan, tubuh Ibu
menjadi sasaran
mulutku saat Ibu
tiduran di meja,
payudaranya kuremas
dan kujilati, putingnya
yang mengeras kuisap-
isap seperti waktu aku
bayi, Ibu mendesah-
desah tak henti-
hentinya mendapat
perlakuan tersebut.
Mulutku kembali
mencari sasaran
berikutnya, perut Ibu
kuciumi sebentar dan
berikutnya
selangkangan Ibu sudah
di depan mukaku,
kemaluan Ibu yang
hitam karena penuh
dengan bulu jembut,
kuusap-usap dengan
lembut, mulutku
kubenamkan di
kemaluan yang
melahirkanku 16 tahun
yang lalu, liang vagina
Ibu yang basah
memancarkan aroma
yang menggairahkan,
lidahku menjilati bibir
vagina Ibu yang agak
menggelambir di kedua
sisinya, dinding-dinding
vagina Ibu tak luput dari
lidahku, kelentit Ibuku
yang sebesar kacang
juga ikut kujilati dengan
penuh nafsu, suara Ibu
yang mendesah dan
melenguh mengiringi
jilatan lidahku pada
kemaluan Ibuku,
tampaknya Ibu benar-
benar menyukai oral
sex yang kuberikan.
Puas menjilati kemaluan
Ibu aku naik ke atas
meja, kusodorkan
kontolku pada mulut
Ibu yang langsung
melahap kontolku
dengan ganasnya,
kontolku tenggelam
dalam mulut Ibu yang
kecil, Ibu hampir
gelagapan saat
mencoba menelan
kontolku seluruhnya,
mulut Ibu terus
melahap kemaluanku
dengan cepat dan liar,
hingga kemaluanku
berkilat akibat ludah Ibu
yang menempel di
kemaluanku, Ibu benar-
benar ganas saat
mempermainkan
kontolku dengan
mulutnya, hampir saja
air maniku muncrat
karena kenikmatan
yang diberikan mulut
Ibuku pada kontolku.
Segera saja aku
menyuruh Ibu
melepaskan kontolku
dan aku pun turun ke
bawah, dengan posisi
berdiri aku
memasukkan kontolku
kedalam lubang
kemaluan Ibuku yang
sudah basah kuyup. Kali
ini aku tidak mengalami
kesulitan, dan dengan
mulusnya kontolku
tenggelam dalam
memek Ibu, Aku pun
bergerak maju muindur
dengan cepat,
sementara Ibu
langsung
menggoyangkan
pantatnya dengan
lambat, aku dapat
merasakan nikmat
vagina Ibu yang
mencengkeram erat
kontolku saat Ibu
menggoyangkan
pantatnya, kadang Ibu
mengangkat pantatnya
untuk menyambut
hunjaman kontolku
yang akan masuk
kedalam memek Ibu,
permainan berlangsung
cukup lama dan Ibu
kelihatan begitu
menikmatinya.
Mata Ibu terus merem
melek, mulutnya yang
kecil mendesah, makin
lama desahan Ibu
semakin keras, dan
kedua tangan Ibu
mencengkeram bahuku,
rupanya Ibu hampir
mencapai puncak
kenikmatannya. Aku
semakin mempercepat
gerakanku, dan Ibu pun
mempercepat
goyangan pantatnya,
Dan saat Ibu mencapai
orgasmenya, tubuhnya
menegang dan
memeknya kurasakan
semakin basah. Aku lalu
berhenti bergerak dan
memeluk tubuh mulus
Ibu untuk memberinya
kesempatan menikmati
orgasmenya. Aku
kemudian mengangkat
tubuh Ibuku dari meja
sementara kontolku
masih menempel di
kemaluan Ibuku,
Kududukkan tubuh
Ibuku di kursi, dan
kembali aku
memajukan dan
memundurkan
pantatku, Ibu yang
sudah lemas, pasrah
dengan aksiku.
Tubuhnya terguncang-
guncang menerima
gerakanku yang cepat,
tangan Ibu melingkar di
pinggangku dan ikut
memajukan badanku
saat kuhunjamkan
kontolku kedalam
memek Ibuku, posisi ini
tak juga membuatku
mencapai puncak
kenikmatan, padahal
Ibu sudah kelihatan
capek dan sedikit
mengimbangi dengan
goyangan pantatnya.
Aku lalu melepas
kontolku dari memek
Ibuku dan berdiri, aku
menyuruh Ibuku
menungging di lantai,
Ibu menurut dan turun
ke lantai dengan posisi
menungging, Ibu tentu
menyangka aku mau
memasukkan kontolku
ke memeknya dari
belakang, tapi bukan itu
maksudku, aku ikut
menungging dan
mulutku menjilati anus
Ibu, sesekali Ibu jariku
menusuk anusnya agar
lubangnya membesar,
Ibu tentu saja kaget
dengan kelakuanku,
"Ryan.. jangan, jangan
dari anus ..", Ibu
menoleh ke arahku dan
memohon, "itu sakit
sekali.." Aku cuman
tersenyum kecil dan
terus menjilati anus
Ibuku sampai basah.
Setelah kurasa cukup,
kedua tanganku
memegangi pantat Ibu
dan melebarkannya
sehingga lubang anus
Ibu kelihatan. Saat
kepala kontolku
mencoba masuk, Ibu
menjerit kecil dan
terjatuh, Posisi
tubuhnya kini
menelungkup, aku terus
berusaha melebarkan
lubang anus Ibuku agar
dapat cukup dimasuki
kontolku, Ibu semakin
menjerit tertahan,
begitu batang kontolku
masuk kedalam lubang
anus Ibu, dan saat
kontolku masuk
seluruhnya kedalam
lubang anus Ibuku, Ibu
mencengkeram kaki
kursi kuat-kuat.
Lubang anus Ibuku yang
seret membuat
kontolku susah payah
untuk bisa masuk
keluar, Tapi hal itu
malah membuatku
semakin merasakan
kenikmatan yang tiada
tara, sementara Ibu
hanya bisa menahan
sakit dan perih di
sekitar anusnya,
kenikmatan mengentoti
anus Ibu membuat ku
cepat mencapai
ejakulasi, begitu aku
merasakan air maniku
mau keluar aku segera
melepas kontolku dari
anus Ibu, tubuhnya
dengan cepat
kubalikkan sehingga
posisi Ibu terlentang,
Dan belum sempat Ibu
mencegah aku sudah
menghujamkan
kontolku kedalam
lubang kemaluan Ibu
dan berejakulasi dengan
kepuasan yang tiada
tara, seluruh batang
kontolku kubenamkan
dalam-dalam dan
memuncratkan cairan
panas yang banyak
kedalam lubang vagina
Ibu, Aku tergeletak
disamping tubuh Ibuku
yang penuh keringat
dan masih sedikit
kesakitan akibat
anusnya yang
kutembus tadi, "Ryan..
kenapa kamu keluarkan
didalam..? Dan kamu
masuk.. dari anus lagi.."
Aku cuman tersenyum
dan mencium bibir Ibu
dengan lembut, "Nggak
'pa-'pa kan? Anus Ibu
juga entar lama-lama
dapat nikmat seperti
memek Ibu kok.. udah
ah Ryan capek mau
mandi, Kapan-kapan
kita bercinta lagi OK, Ibu
tersayang?" Aku
bangkit dan meraih
pakaianku dan menuju
kamarku untuk mandi
sementara Ibu masih
tidur terlentang di lantai
dapur.
Semenjak aku bebas
untuk bercinta dengan
Ibuku sendiri, Ibu tidak
menolak kalau kuajak
bercinta di mana saja,
dan dari Ibu baru
kuketahui kalau ayah
terkena penyakit
impotensi sehingga
tidak mampu bercinta
dengan Ibu semenjak
dua bulan yang lalu, dan
aku satu-satunya orang
yang bercinta dengan
Ibu setelah ayah tak
mampu lagi bercinta.
Setiap hari kami bebas
untuk bercinta karena di
rumah sangat sepi,
bahkan kalau malam,
aku sering meminta Ibu
datang ke kamarku
untuk melayaniku, Ibu
yang memang masih
bergairah tak pernah
menolakku, dan Ibu
termasuk wanita
dengan gairah sex yang
besar. Pernah saat aku
mandi, Ibu tiba-tiba
masuk kedalam dan
langsung mengajakku
bercinta padahal saat
itu ayah dan Mbak Mona
lagi nonton TV di ruang
tengah dengan ditemani
keluarga adik ayahku,
atau saat aku
menemani Ibu belanja di
supermaket, dan saat
pulang tanpa disangka
Ibu mengajakku
bercinta di mobil saat
berada di garasi,
padahal aku takut ayah
tiba-tiba muncul atau
Mbak Mona karena
mendengar mobil
masuk garasi.
Tak heran satu
setengah bulan
kemudian Ibu positif
hamil, tapi anehnya Ibu
tidak menggugurkan
kandungannya itu, dan
saat ayah mengetahui
hal itu, beliau marah
besar dan menceraikan
Ibu karena Ibu tidak
mau mengatakan siapa
yang menghamilinya.
Selepas ayah pergi dari
rumah aku semakin
bebas bercinta dengan
Ibuku, apalagi Mbak
Mona kadang-kadang
semakin sering pergi
bermain, keadaan Ibu
yang sedang hamil tak
menghalangi nafsu
kami untuk tetap
bercinta, aku bahkan
semakin bergairah
bercinta dengan Ibu
saat perutnya semakin
besar, dan tak habis-
habisnya memek dan
anus Ibu menjadi
sasaran kontolku,
hanya saja begitu
kehamilan Ibu mencapai
7 bulan, aku dan Ibu
lebih banyak beroral sex
untuk mencegah
sesuatu yang fatal bagi
bayi kami.
Aku benar-benar tak
dapat membayangkan
saat Ibu melahirkan
karena aku yang dulu
dilahirkan oleh Ibu kini
punya anak yang juga
dilahirkan oleh wanita
yang sama dengan
yang melahirkanku, dan
anak laki-laki yang
kuberi nama Aldo itu
tumbuh sehat seperti
anak lainnya, dibawah
bimbinganku dan Ibuku.
Mbak Mona sendiri
selepas SMA pergi ke
Yogyakarta untuk
melanjutkan kuliah,
sehingga keadaan ini
membuatku dan Ibu
seperti sepasang suami
istri di rumah.

Tidak ada komentar: