Kamis, 24 November 2011
'ibu ita aduhai'
Namaku Rian,
aku seorang
pegawai
swasta di
bandung. Baru
sebulan ini aku
pindah kantor,
alasannya
klasik, soalnya
kantor baruku
ini memberi
gaji yang jauh
lebih tinggi dari
kantorku yang
lama.
Sebenernya
sih aku agak
heran dengan
kantor baruku
ini, soalnya
waktu
wawancara
dulu gaji yang
aku ajukan
tidak ditawar
sama sekali,
langsung
setuju ! Emang
sih aku agak
nyesel kenapa
gak nawarin
yang lebih
tinggi lagi, tapi
aku sadar diri,
untuk posisi
yang aku
tempati
sekarang aja,
gajiku
tergolong
sangat tinggi.
Hari itu hari
jumat, setelah
makan siang,
HPku tiba-tiba
berdering. Itu
dari Bu Ita,
manager
keuangan
yang dulu
menyetujui
gaji yang aku
ajukan.
Mengingat
“jasanya” dia
ke aku, tentu
aja aku sangat
menghormati
dia.
“Halo bu,
selamat
siang” sapa
saya
menjawab
telpon.
“Halo rian..”
jawab dia
riang sekali.
“Ada yang
saya bisa saya
bantu ?” tanya
saya, basa-
basi sih.
“Ah enggak
cuma ngecek
kamu aja. Dah
makan
siang ?”
tanyanya
ramah.
“Oh sudah bu,
baru aja”
jawabku.
“Gimana kerja
disini, ada
masalah ?”
tanya bu ita
lagi.
“Wah enggak
bu, tapi
memang saya
baru mulai sih,
baru
membiasakan
diri dengan
keadaan kerja
disini” jawab
saya singkat.
“Gimana
gajinya, dah
cukup ?”
tanyanya
dengan suara
menggoda.
“He..he..he..
maunya sih
tambah lagi
bu” jawab
saya sambil
tertawa.
“Hah.. segitu
aja udah tinggi
kan ?” balas
bu ita sedikit
kaget.
“Iya bu,
becanda tadi..”
jawabku
singkat.
“Oh.. kirain.”
jawabnya. “Eh
rian nanti sore
sehabis kantor
kamu ada
kerjaan gak ?”
tanya bu ita.
“Enggak
kayaknya bu,
ada apa
emangnya”
tanyaku
sedikit heran.
“Hmm.. ada
yang ingin
saya
bicarakan,
agak pribadi
sih, makanya
saya ingin
bicaraiinnya
sehabis kantor
aja nanti”
jawab bu ita.
“OK bu, saya
gak ada janji
untuk sore
sampe malem
nanti” jawab
saya.
“OK nanti aku
tunggu di kafe
xxx nanti
sore” kata bu
ita.
“OK bu” jawab
saya.
“Ok kalo gitu,
oh iya,
golongan
darah kamu
apa ?” tanya
bu ita sebelum
mengakhiri
pembicaraan.
“B” jawabku
penuh
kebingungan.
“Perfect ! OK
deh aku
tunggu nanti
sore” kata bu
ita lalu
menutup
telponnnya.
Sejenak aku
terdiam penuh
kebingungan,
tapi aku
kembali
bekerja sebab
pekerjaanku
lumayan
menumpuk.
Setelah pulang
kerja aku
arahkan
mobilku ke
kafe xxx yang
dijanjikan tadi.
Dalam
perjalanan aku
diselimuti
kebingan yang
amat sangat.
Bu Ita… Ada
apa manager
keuangan
kantorku itu
mau
menemuiku,
soal urusan
pribadi lagi.
Dan yang
paling
membuatku
bingung adalah
dia sempat
menanyakan
golongan
darahku,
untuk apa ?
Sebagai
informasi, Bu
ita berumur
sekitar 34-35
tahun. Masih
cukup muda
untuk menjadi
manager
keuangan, tapi
memang dia
berasal dari
keluarga yang
berteman
dekat dengan
pemilik
perusahaanku.
Ditambah lagi
suaminya,
pengusaha
yang dulu jadi
sahabat pak
Faisal presdir
perusahaanku
sewaktu
kuliah. Oh iya
bu ita sudah
bersuami, tapi
sayang
mereka belum
dikaruniai
anak. Tapi
mungkin
karena hal itu
bu itu terlihat
masih seperti
wanita muda.
Badannya
tinggi
semampai,
ramping tanpa
lemak. Kulitnya
kuning langsat
dengan
rambut lurus
sebahu.
Matanya
berbinar selalu
bersemangat
dan bibir
tipisnya itu
selalu menarik
perhatiannku.
Hanya ada
satu kata
yang dapat
mewakili bu
ita… Cantik.
Sesampainya
di kafe xxx,
aku melihat bu
ita melambai
kearahku dari
meja yang
agak dipojok.
Kafe itu
memang agak
sepi,
pelanggannya
biasanya
eksekutif
muda yang
ingin bersantai
setelah pulang
kerja.
“Sore bu,
maaf agak
terlambat”
kataku sambil
menyalaminya.
“Oh gak pa-
pa” kata bu ita
sambil
mempersilakk
aku duduk.
Selanjutnya
aku dan bu ita
mengobrol
basa-basi,
bercerita
tentang
kantor, dari
yang penting
sampe gosip-
gosipnya.
He..he..he.. gak
guna banget.
Setelah
beberapa lama
akhirnya aku
mengajukan
pertanyaan.
“Oh iya bu,
sebenernya
ada apa ya
mengajak
saya bertemu
disini” tanyaku
memulai.
“Oh iya”
jawabnya.
Mendadak
wajahnya
sedikit pucat.
Beberapa saat
ibu ita terdiam.
Kemudian
mulai berkata
“Begini Rian,
kamu tau kan
kalo aku sudah
berkeluarga ?”.
Aku
menganguk
kecil untuk
menjawabnya.
“Tahun ini
adalah tahun
ke 10
pernikahanku”
lanjutnya.
Kemudian dia
mengeluarkan
sebuah foto
dari dalam
dompetnya.
“Ini foto
suamiku
waktu
sebelum nikah,
gimana mirip
kamu gak ?”
Aku
mengambil
foto tersebut
dan
mengamati
sebentar.
Memang sih
ada banyak
kemiripan
antara orang
di foto terebut
dengan aku,
tapi
gantengan aku
dong (– ge-er
mode on ).
“He..he..he..
kayak ngaca”
jawabku
sambil
mengembalika
foto tersebut.
Sebenernya
aku makin
bingung arah
pembicaraan bi
ita.
“Kamu tau kan
aku dan
suamiku
belum
dikaruniai
anak ?”
tanyanya lagi
“Iya…”
jawabku
bingung.
“Jadi begini
rian, aku dan
suamiku
sudah
mencoba
beberapa cara.
Tapi belum
berhasil.
Sedang
umurku
semakin
bertambah,
makin sulit
untuk bisa
punya anak.
Memang kami
sudah tau
masalahnya
ada disuamiku
dan dia
sekarang
dalam terapi
pengobatan,
tapi mungkin
suamiku butuh
bantuan lain…..
dari kamu”
kata bu ita.
“Bantuan dari
saya ?
maksudnya
bu ?” tanyaku
yang sudah
dipuncak
kebingungan.
“Mungkin
kamu bisa
bantu suamiku
untuk
membuahi
aku” katanya
pelan.
“Maksudnya
saya
menyumbang
sperma untuk
bayi tabung
ibu dan suami
ibu ?” tanyaku
tergagap.
“Bukan, aku
sudah pernah
coba cara itu
dan gagal.
Sperma
suamiku
terlalulemah.
Kalau aku
ulangi
sekarang
tentu suamiku
curiga. Lagi
pula sulit
untuk
menukar
sperma
suamiku
dengan
spermamu
nanti” jawab
bu ita.
“Jadi ?”
tanyaku lagi.
“Aku pingin
kamu meniduri
aku,
membuahi aku
sampai aku
hamil”
jawabnya
singkat.
Aku cuma bisa
ternganga
terhadap
permintaan bu
ita yang ku
anggap sangat
gila itu.
“Tenang,
jangantakut
ketahuan.
Kamu mirip
sekali dengan
suamiku,
apalagi
golongan
darah kalian
sama, jadi
anak yang lahir
nanti akan
sulit sekali
diketahui siapa
ayah
sebenarnya.”
kata bu ita
meyakiniku.
Akhirnya
terjawab
kenapa dia
tanya
golongan
darahku tadi.
Mungkin
alasanbu ita
begitu
gampang
menyetujui
waktuaku
wawancara
dulu salah
satunya
adalah rencana
ini…
“Trus
bagaimana
kita
melakukannya?”
tanyaku
setelah
menenangkan
diri.
“Kamu ada
waktu malem
ini ? Kebetulan
suamiku lagi
keluar kota
sampai
besok.”tanya
bu ita.
“Aku
available.”
jawabku.
Kemudian bu
ita menelpon
kerumahnya,
memberitahuk
pembantunya
dia tidak
pulang malam
itu sambil
memberi
alasan.
Kemudian dia
mengajakku
ke hotel xxx.
Setelah cek in,
kami langsung
masuk kamar.
Didalam
kamar, tidak
ada
pembicaraan
yang berarti.
Bu ita
langsung ijin
untuk mandi,
setelah dia
selesai,
gantian aku
yang mandi.
Setelah aku
keluar dari
kamar mandi,
aku melihat bu
ita yang hanya
memakai
bathrobe
tiduran sambil
menonton tv.
Aku kemudian
duduk di
pinggiran
tempat tidur.
“Bagaimana,
kita mulai ?”
tanyaku
dengan
perasaan
gugup. Soalnya
biasanya aku
ML tujuannya
cuma untuk
senang-
senang,
bahkan pakai
alat
kontrasepsi
agar pasangan
MLku tidak
hamil. Kalau ini
malah
tujuannya
pengen hamil.
“OK” jawab bu
ita kemudian
bergeser
memberi aku
tempat untuk
naik ketempat
tidur.
Aku berbaring
disampingnya
kemudian
berkata “Bu,
mungkin
tujuan kita
supaya ibu
bisa hamil, tapi
apa bisa kita
melakukan
persetubuhan
ini seperti
layaknya
orang lain yang
mencari
kepuasan
juga ?”
“Gak pa-pa
sayang…”
jawab bu ita.
“Aku rela kok
kamu tidurin.
Malah
sejujurnya
kamu tuh
bangkitin
nafsuku
banget.
Ngingetin aku
diawal-awal
pernikahanku”
jawab bu ita
nakal.
Aku kemudian
mengecup dahi
bu ita,
sesuatu yang
selalu aku
lakukan
sebelum
meniduri
wanita. Bu ita
terseyum
kecil.
Kemudian aku
mengecup bibir
bu ita. Bibir
tipis yang
selalu menarik
perhatianku
itu ternyata
nikmat juga.
Kemudian aku
mulai mencium
bibirnya lagi,
kali ini lebih
lama dan lebih
dalam. Sambil
mencium bibir
mu ita,
tanganku
mulai
bergerilya.
Pertama-tama
aku elus
rambutnya, bu
ita membalas
dengan sedikit
meremas
kepalaku.
Kemudian
tanganku
turun untuk
mengelus-elus
tubuhnya,
walaupun
masih dari luar
bathrobe.
Masih sambil
berciuman,
perlahan aku
buka tali
bathrobenya.
Setelah
membuka
sebagian
bathrobe
bagian
atasnya, aku
langsung
mengelus
payudaranya,
ternya bu ita
sudah tidak
memakai bra.
Awalnya aku
hanya
mengelus, tapi
kemudian
berubah
menjadi
meremas.
Payudaranya
masih kenyal,
walaupun
sudah sedikit
turun, tapi
sangat nikmat
untuk diremas.
Kemudian aku
mulai memilin-
milin
putingnya. Bu
ita merintih
pelan,
kemudian
melepaskan
ciuman. Aku
kemudian
turun sedikit
untuk mulai
menjilati
puting bu ita.
Aku muail
menjelati
puting yang
kiri sedang
payudara yang
kanan aku
remas dengan
tangan.
Kemudian
berganti aku
menjilati yang
kanan sambil
meremas
payudara yang
kiri. Sesekali
aku gigit-gigit
kecil, tapi
sepertinya bu
ita tidak
terlalu suka,
dia lebih
menyukai aku
menyedot
kencang
putingnya.
Tangan
kananku
kemudian
turun
kebawah
untuk
membuka
bathrobe
bagian
bawahnya
hingga
tubuhnya
terlihat
semua.
Bathrobe
hanya
menyangkut di
tangannya.
Tanganku
mulai
mengelus
pahanya.
Perlahan aku
buka sedikit
pahanya untuk
mengeluspaha
bagian
dalamnya,
begitu mulus
kulit bagian itu.
Tanganku naik
keatas
menuju
selangkangan,
ternyata bu
ita masih
memakai CD.
Aku tak mau
langsung ke
vaginanya
hingga
tanganku
beralih ke
pantatnya.
Aku meremas
pantat yang
bulat ini dari
dalam CDnya,
sebab aku
selipkan
tanganku ke
dalam
celananya.
Jujur aku
adalah
penggemar
pantatdan
pinggul wanita.
Apalagi wanita
seperti bu ita
ini. Pinggulnya
ramping tapi
pantatnya
besar
membulat.
Perlahan
remasan
kepantat bu
ita aku alihkan
ke depan. Di
garis
vaginanya aku
merasa sudah
banyak cairan
yang keluar
dari vaginanya.
Kemudian aku
mengelus
vaginanya
mengikuti
garis vagina.
Perlahan aku
tusuk
vaginanya
dengan jari
tengahku.
Tubuh Bu ita
tersentak,
pinggulnya
diangkat
seperti
mengantarkan
vaginanya
untuk melahap
jariku lebih
dalam. Jariku
aku keluar
masukkan
perlahan, bu
ita merintih
semakin
keras.
Aku turun
kebawah, ingin
menjilat
vaginanya.
Tapi Bu Ita
menahan
tubuhku. “Gak
usah rian, aku
malu” kata Bu
Ita. “Langsung
masukin aja
sayang, aku
dah gak
tahan” lanjut
bu ita.
Aku
memposisikan
tubuhku
diatas bu ita.
kemudian aku
lebarkan
pahanya
nsehingga
selangkangann
terbuka lebar.
Aku arahkan
penisku ke
vaginanya.
Perlahan aku
usahpak
penisku ke
permukaan
vaginanya,
tapi bu ita
memandangku
dengan penuh
harapan
supaya aku
cepat
memasukkan
penisku ke
vaginanya.
Perlahan aku
dorong
penisku untuk
measuk ke
vaginanya.
Vaginanya
masih seret,
mungkin
karena belum
pernah
melahirkan.
Aku mulai
mengeluar
masukkan
penisku dari
vaginanya,
sedangkan bu
ita merintih
keras setiap
penisku
menghujam
vaginanya.
Sesekali aku
mencium
bibirnya, tapi
dia lebih suka
merintih
sambil
memejamkan
matanya
menikmati
setiap
gesekan
vaginanya
dengan
penisku.
Tangan bu ita
mencengkram
bahuku,
sepertinya dia
ingin tubuhh
kita
bergesekan
keras agar
payudaranya
tergesek oleh
dadaku.
“Mas terus
mas, terus…”
rintih bu ita.
Sepertinya dia
membayangka
suaminya
yang
menyetubuhin
Sebenernya
aku agak
cemburu, tapi
aku pikir-pikir
lebih baik
daripada dia
merintih
memanggil
namaku, nanti
dia kebiasaan
bisa berabe
kalau dia
memanggil
namaku
waktu
bersetubuh
dengan
suaminya.
Tiba-tiba
tangan bu ita
mencengkram
pantatku
seakan
membantu
dorongan
penisku agar
lebih kuat
menghujam
vaginanya.
Pinggulnya pun
semakin aktif
bergerak
kekanan-kekiri
sambil kadang
berputar.
Sungguh
beruntung aku
bisa
menikmati
tubuh molek
bu ita yang
sangat ahli
bercinta.
Tiba-tiba
tangannya
menekan
keras
pantatku
kearah
vaginanya.
Sepertinya dia
sudah
orgasme.
Tubuhnya
menegang
tidak bergerak.
Akupun
menghentikan
pompaanku ke
vaginanya
sebab
tangannya
begitu keras
menekan
pantatku.
Setelah
tubuhnya
berkurang
keteganganny
aku mulai
pompaanku
perlahan.
Cairan
orgasmenya
membuat
vaginanya
semakin licin.
Memang
vaginanya jadi
berkurang
daya
cengkramnya,
tapi
kelicinannya
memberikan
sensasi yang
berbeda.
Aku
mengangkat
tubuhnya
untuk berganti
posisi. Tapi bu
ita menolak
sambil berkata
“Rian please,
kali ini gaya
konvensional
aja ya… aku
pengen
nikmatin…
besok-besok
ya”. Aku
meletakkan
tubuh bu ita
lagi.
Goyangan
pinggulnya
makin
menggila,
begerak kekiri
dan kekanan,
tapi aku paling
suka saat
berputar.
Sungguh hebat
goyangan bu
ita. Mungkin itu
goyangan
terbaik dari
wanita yang
pernah aku
tiduri.
Tangannya
kembali
menekan
keras
pantatku, bu
ita sudah
sampai di
orgasme
keduanya.
Tubuhnya
sangat tegang
kali ini, sampai
perlu lama
untuk kembali
normal.
Setelah
berkurang
keteganganny
aku berkata
“Bu apa kita
sudahin dulu ?
kayaknya ibu
sudah lemas
sekali.”
kataku.
“Gak pa-pa
rian, aku
pengen
sperma kamu,
terusin aja.”
jawab bu ita.
Aku mulai
memompa lagi
vaginanya
dengan
penisku. Kali ini
vaginanya
sudah benar-
benar basah.
Bu ita sudah
mengurangi
gerakannya,
mungkin dia
sudah terlalu
lemas.
Aku
konsentrasika
pompaanku ke
vaginanya
hingga bu ita
mulai
merespon lagi.
Sebenarnya
aku sudah
dikit lagi
ejakulasi saat
bu ita tiba-tiba
berteriak
kencang
“Arrrhgh….. rian
gila enak
banget” jeri bu
ita sambil
menjepit
tubuhku
dengankedua
pahanya.
“Adu gila rian….
aku dah 3 kali
keluar kamu
belum keluar
juga. Ayo dong
rian, aku cari
pejantan
bukan cari
gigolo…” kata
bu ita lemah.
AKu
sebenernya
kasian dengan
bu ita, tapi aku
juga sedikit
lagi ejakulasi.
Aku goyang
perlahan
penisku. Kali ini
aku benar-
benar
konsentrasi
menggapai
orgasmeku.
Tak berapa
lama aku
merasa
spermaku
sudah sampai
diujung
penisku.
“Bu saya dikit
lagi keluar bu.”
kataku sambil
meniukmati
sensasi luar
biasa. Bu ita
membantu
dengan
menggoyangk
pinggulnya
sambil
menahan
pantatku agar
penisku tidak
lepas dari
vaginanya.
“Agkh….”,
crot..crot..crot..
empat kali
spermaku ku
siram derask
ke liang
vaginanya. Bu
ita menahan
pantatku
kuat-kuat
agar
spermaku
masuk
kerahimnya
dalam-dalam.
“Tahan
sebentar rian,
supaya
spermanya
masuk
semua” kata
bu ita sambil
menahan
pantatku
kearah
selangkanyann
Setelah
beberapa
menit baru bu
ita
melepaskan
cengkramanny
Aku kemudian
merebahkan
tubuhku
disampingnya.
Malam itu aku
menggagahi
bu ita sampai
3 kali. Sama
seperti yang
pertama, aku
tumpahkan
seluruh
spermaku ke
liang
vaginanya.
Setelah itu
persetubuhann
dengan bu ita
jadi acara
rutin. Minimal 2
kali seminggu
aku
menyetubuhin
Aku bahkan
dilarang
bersetubuh
dengan wanita
lain, agar
spermaku
benar-benar
100% masuk
ke rahimnya.
2 bulan
kemudian bu
ita positif
hamil, tapi
sampai saat
ini, saat
kehamilannya
memasukki
bulan ke 3, aku
masih rutin
menyetubuhi
bu ita.
Sepertinya bu
ita tidak bisa
menolak
kenikmatan
digagahi
olehku, dan
aku tentu aja
gak mau
kehilangan
:-q
Tidak ada komentar:
Posting Komentar