Senin, 21 November 2011

pengalaman bersama tante ayu

aku ingin menceritakan pengalaman seks-ku yang pertama, justru
dari teman baik ibuku sendiri. Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi
ketika aku baru saja akan masuk kelas 1 SMA, ketika aku masih
tinggal di Yogya, di belakang Hotel M**** (edited), terusan
Malioboro.
Teman Ibuku itu bernama, Ibu Rahayu, biasa dipanggil dengan Ibu
Ayu dan aku sendiri memanggilnya Tante Ayu. Karena hubungan
yang sudah sangat dekat dengan Tante Ayu, ia sudah dianggap
seperti saudara sendiri di rumahku.
Tante Ayu wajahnya sangat cantik, wajahnya tampak jauh lebih
muda dari Ibuku karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia
Tante Ayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain cantik, Tante Ayu
memiliki tubuh yang langsing, namun padat dan seksi.
Kejadian ini bermula ketika liburan semester, waktu itu kedua
orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan
pernikahan saudara. Karena aku dan Tante Ayu cukup dekat maka
aku minta kepada ibuku untuk menginap saja di rumah Tante Ayu
yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Dan kebetulan
suami Tante Ayu juga sedang di luar kota, karena memang
suaminya sering sekali ditugaskan ke luar kota, sehingga Tante
Ayu sering sendirian di rumah.
Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil
bercanda-ria atau shopping berdua dengan Tante Ayu, sering juga
kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli,
karena memang Tante Ayu orangnya sangat pintar bergaul dengan
siapa saja. Ketika suatu hari, sehabis makan siang, tiba-tiba Tante
Ayu berkata kepadaku, “Sar.. kita main dokter-dokteran yuk..
sekalian Sari Tante periksa beneran, mumpung gratis..” Memang
kata Ibuku, dahulu Tante Ayu pernah kuliah di fakultas kedokteran
namun putus di tengah jalan karena menikah. “Ayoo..” sambutku
dengan senang hati.
Kemudian Tante Ayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil
sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin
bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu. “Nah Sar, kamu buka
deh bajumu, terus tiduran di ranjang,” bisik Tante Ayu. “Baik
Tante,” kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak
berbaring. Namun Tante Ayu bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka
dong, biar Tante gampang meriksanya..” Aku yang waktu itu masih
polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini
terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal. “Wah.. kamu memang
benar-benar cantik Sar..” kata Tante Ayu. Kulihat matanya tak
berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah terlentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini
saja, Tante Ayu mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya
stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin.., lalu Tante Ayu
menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Tante Ayu
mencopot stetoskopnya.
Kemudian Tante Ayu tersenyum kepadaku, sambil tangannya
menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut,
“Waah.. kulit kamu halus ya, Sar.. Kamu pasti rajin merawatnya,”
katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan
usapan lembut Tante Ayu. Kemudian usapan Tante Ayu bergerak
naik ke pundakku. Setelah itu tangan Tante Ayu merayap
mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku
diusap-usapnya, sentuhan Tante Ayu benar- benar terasa lembut,
dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang
oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding
dibuatnya.
Lalu Tante Ayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah
dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu
mengusap buah dadaku. Ih.. baru kali ini aku merasakan yang
seperti itu, rasanya halus, lembut dan geli, bercampur menjadi
satu. Namun tidak lama kemudian, Tante Ayu menghentikan
usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya.
Tapi kemudian Tante Ayu bergerak ke arah kakiku. “Nah..
sekarang Tante periksa bagian bawah yah..” katanya. Setelah
diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak
terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja.
Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Tante
Ayu menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget
setengah mati, ” Ih.. Tante, kok celana dalam Sari dibuka..?”
kataku dengan gugup. “Lho.. khan mau diperiksa.. pokoknya Sari
tenang aja..” katanya dengan suara lembut sambil tersenyum,
namun tampaknya mata dan senyum Tante Ayu penuh dengan
maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat
apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh Tante Ayu, Tante Ayu
duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Tante Ayu tak berkedip
menatap liang kewanitaanku yang masih mungil, dengan bulu-
bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku
dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas
pahanya. Lalu Tante Ayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan
lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan
meraba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.. aku
jadi merinding rasanya. “Tante..” suaraku lirih. “Tenang sayang..
pokoknya nanti kamu merasa enak..” katanya sambil tersenyum.
Tante Ayu lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi
makin tidak karuan rasanya. Kemudian, dengan jari telunjuknya
yang lentik, Tante Ayu menggesekkannya ke bibir kemaluanku dari
bawah ke atas, “Aaahh.. Tantee..” jeritku lirih. “Ssstt.. hmm.. enak
kan..?” katanya. Mana mampu aku menjawab, malahan Tante Ayu
mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang.
Tentu saja ini membuatku makin nggak karuan, aku menggelinjang-
gelinjang, mengeliat-ngeliat kesana-kemari. “Ssstthh.. aahh..
Tante.. aahh..” eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-
putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Liang
kewanitaanku rasanya sudah basah sekali karena aku memang
benar-benar terangsang sekali.
Setelah Tante Ayu merasa puas dengan permainan jarinya, Tante
Ayu menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian
wajahnya mendekati wajahku, aku yang antara sadar dan tidak
sadar, hanya bisa melihatnya pasrah. Wajahnya semakin dekat,
kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan
lembut, rasanya geli-geli, lembut dan basah. Namun Tante Ayu
bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil
memainkan lidahnya. Hii.. rasanya jadi makin geli apalagi ketika
lidah Tante Ayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu
kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan
lidah Tante Ayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi
semakin nikmat kegelian.
Kemudian Tante Ayu mengangkat wajahnya dan memundurkan
badannya. Entah apa lagi pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh..
gila.. Tante Ayu menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku,
kedua pahaku diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha
bagian dalamku seperti menjepit kepala Tante Ayu. Lalu tanpa
sungkan-sungkan lagi Tante Ayu mulai menjilati bibir kemaluanku.
“Aaa.. Tantee..!” aku menjerit, walaupun lidah Tante Ayu terasa
lembut, namun jilatan Tante Ayu itu terasa menyengat liang
kewanitaanku dan menjalar ke seluruh tubuhku, namun Tante Ayu
justru menjilati habis-habisan bibir kemaluanku, lalu lidahnya
masuk ke dalam liang kewanitaanku dan menari-nari di dalam liang
kewanitaanku. Lidah Tante Ayu mengait-ngait kesana-kemari
menjilat-jilat seluruh dinding kemaluanku. Tentu saja aku makin
menjadi-jadi, menjerit-jerit tidak karuan, “Aaahh.. Tantee.. aa..
auu.. aahh..!” Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan,
menggeliat kesana-kemari merasakan kegelian bercampur dengan
kenikmatan yang amat sangat. Namun Tante Ayu dengan kuat
memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku
menggeliat kesana-kemari, namun Tante Ayu tetap mendapatkan
yang diinginkannya.
Jilatan-jilatan Tante Ayu benar-benar membuatku bagaikan orang
lupa daratan, liang kewanitaanku sudah benar-benar banjir
dibuatnya, membuat Tante Ayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma
menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot liang
kewanitaanku. Cairan lendir liang kewanitaanku bahkan disedot
Tante Ayu habis-habisan. Sedotan Tante Ayu di liang kewanitaanku
sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.
Kemudian Tante Ayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan
jarinya ia membuka bibir kemaluanku, lalu disorongkan sedikit ke
atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Tante Ayu, rupanya
Tante Ayu mengincar klitorisku. Tante Ayu menjulurkan lidahnya,
lalu dijilatnya klitorisku, “Aaahh..” tentu saja aku menjerit keras
sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian
yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya,
aku sampai menggangkat pantatku. Tante Ayu malah menekan
pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan
terus menjilati klitorisku sambil dihisap-hisapnya, “Aaa.. aauuhh..
aahh..!” jeritku semakin menggila.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang amat sangat, yang ingin
keluar dari dalam liang kewanitaanku, seperti mau kencing, dan
aku tak kuat menahannya, namun Tante Ayu yang sepertinya
sudah tahu, malahan menyedot klitorisku dengan kuatnya
sehingga, “Tantee.. aahh..!” tubuhku terasa tersengat tegangan
tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat
pipi Tante Ayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu
tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan liang
kewanitaanku, banyak sekali dan tampaknya Tante Ayu tidak
menyia- nyiakannya, disedotnya liang kewanitaanku, dihisapnya
seluruh cairan yang keluar dari liang kewanitaanku. Tulang-
tulangku terasa lolos, lalu tubuhku terasa lemas sekali.
Tante Ayu kemudian memelukku, lalu mengecup bibirku. “Gimana
Sar.. enak khan..?” Namun aku sudah tak mampu menjawabnya,
nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil
tersipu malu. Aku tidak percaya bisa diperlakukan begini oleh
Tante Ayu, dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Tante
Ayu tampak begitu cantik dan anggun. Dan akhirnya aku yang
sudah amat lemas terlelap di pelukan Tante Ayu.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa
gamang, perasaan-perasan aneh berkecamuk dalam diriku,
walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Tante Ayu
telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah
kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi
kepengin lagi, abisnya kalau diingat-ingat sebenarnya enak sich
hi.hi.hi.. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Tante Ayu,
tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol
kesana-kemari, sampai akhirnya Tante Ayu menawarkan lagi untuk
main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan
mengangguk malu-malu.

Tidak ada komentar: