Minggu, 20 November 2011

pacarku janda

Sebenarnya jujur aku
merasa malu juga untuk
menceritakan
pengalamanku ini, akan
tetapi melihat pada
jaman ini mungkin hal ini
sudah dianggap biasa.
Tetapi ada baiknya aku
berterus terang bahwa
aku menyukai wanita
yang lebih tua karena
selain lebih dewasa juga
mereka lebih suka
merawat diri. Aku
seorang pria yang suka
terhadap wanita yang
lebih tua daripadaku.
Dimulai dari aku SMA
aku sudah berpacaran
dengan kakak kelasku,
begitu juga hingga aku
menamatkan
pendidikan sarjana
sampai bekerja hingga
saat ini. Satu
pengalaman yang tak
terlupakan adalah
ketika aku berpacaran
dengan seorang janda
beranak tiga.
Demikian kisahnya,
suatu hari ketika aku
berangkat kerja dari
Tomang ke Kelapa
Gading, aku tampak
terburu-buru karena
waktu sudah
menunjukkan pukul
07.45. Sedangkan aku
harussampai di kantor
pukul 08.30 tepat. Aku
terpaksa pergi ke
Tanah Abang dengan
harapanlebih banyak
kendaraan di sana. Sia-
sia aku menunggu lebih
dari 15 menit, akhirnya
aku putuskan aku harus
berangkat dengan taxi.
Ketika taxi yang kustop
mau berangkat tiba-tiba
seorang wanita
menghampiriku sambil
berkata, “Mas, mau ke
Pulo Gadung ya?”
tanyanya, “Saya boleh
ikut nggak? Soalnya
udah telat nich.”
Akhirnya aku
perbolehkan setelah aku
beritahu bahwa aku
turun di Kelapa Gading.
Sepanjang perjalanan
kami bercerita satu
sama lain dan akhirnya
aku ketahui bernama
yanti, seorang janda
dengan 3 orang anak
dimana suaminya
meninggal dunia.
Ternyata yanti bekerja
sebagai Kasir pada
sebuah catering yang
harus menyiapkan
makanan untuk 5000
buruh di
KawasanIndustri Pulo
Gadung. Aku menatap
wanita di sebelahku ini
ternyata masih cukup
menggoda juga. yanti, 1
tahun lebih tua dari aku
dan kulit yang cukup
halus, bodi yang sintal
serta mata yang
menggoda. Setelah
meminta nomor
teleponnya aku turun di
perempatan Kelapa
Gading. Sampai di kantor
aku segera menelepon
yanti, untuk
mengadakan janji sore
hari untuk pergi ke
bioskop.
Tidak seperti biasanya,
tepat jam 05.00 sore
aku bergegas
meninggalkan kantorku
karena ada janji untuk
betemu yanti. Ketika
sampai di Bioskop
Jakarta Theater,
tentunya yang sudah
aku pilih, kami langsung
antri untuk membeli
tiket. Masih ada waktu
sekitar 1 jam yang kami
habiskan untuk
berbincang-bincang satu
sama lain. Selama
perbincangan itu kami
sudahmulai
membicarakan
masalah-masalah yang
nyerempet ke arah
seks. Tepat jam
19.00,petunjukan
dimulai aku masuk ke
dalam dan menuju ke
belakang kiri, tempat
duduk favorit bagi
pasangan yang sedang
dimabuk cinta.
Pertunjukan belum
dimulai aku sudah
membelai kepala yanti
sambil membisikkan
kata-kata yang
menggoda. “yanti, kalau
dekat kamu, saudaraku
bisa nggak tahan,”
kataku sambil
menyentuh buah
dadanya yang montok.
“Ah Mas, saudaranya
yang di mana?”
katanya, sambil
mengerlingkan
matanya. Melihat hal itu
akulangsung melumat
habis bibirnya sehingga
napasnya nampak
tersengal-sengal. “Mas,
jangan di sini dong kan
malu, dilihat orang.” Aku
yang sudah terangsang
segera mengajaknya
keluar bioskop untuk
memesan taxi. Padahal
pertunjukan belum
dimulai hanya iklan-iklan
film saja yang muncul.
Setelah menyebutkan
Hotel amor, taxi itupun
melaju ke arah yang
dituju. Sepanjang
perjalanan tanganku
dengan terampil
meremas buah dada
yanti yang sesekali
disertai desahan yang
hebat. Ketika tanganku
hendak menuju ke
vagina dengan segera
yanti menghalangi
sambilberkata, “Jangan
di sini Mas, supir taxinya
melihat terus ke
belakang.” Akhirnya
kulihat kedepan
memang benar supir itu
melirik terus ke arah
kami. Sampai di tempat
tujuan setelah
membayar taxi, kami
segera berpelukan yang
disertai rengekan manja
dari yanti, “Mas Jo,
kamu kok pintar sekali
sih merangsang aku,
padahal aku belum
pernah begini dengan
orang yang belum aku
kenal.”
Seraya sudah tidak
sabar aku tuntun
segera yanti ke kamar
yang kupesan. Aku
segera menjilati
lehernya mulai dari
belakang ke depan.
Kemudian dengan tidak
sabarnya dilucutinya
satu persatu yang
menempel di badanku
hingga aku bugil ria.
Penisku yang sudah
menegang dari tadi
langsung dalam posisi
menantang yanti.
Kemudian aku
membalas melucuti
semua baju yanti,
sehingga dia pun dalam
keadaan bugil. Kemudian
dengan rakus dijilatinya
penisku yang merah itu
sambil berkata, “Mas
kontolnya merah
banget aku suka.”
Dalam posisi 69 kujilati
juga vagina yanti yang
merekah dan dipenuhi
bulu-bulu yang indah. 10
Menit, berlalu tiba-tiba
terdengar suara, “Mas,
aku mau keluaarr…”
“Cret… cret… cret…”
Vagina yanti basah
lendir yang menandakan
telah mencapai
oragasmenya. 5 Menit
kemudian aku segera
menyusul, “yanti, yan,
Mas mau keluar…”
“Crot… crot… crot…”
Spermaku yang banyak
akhirnya diminum habis
oleh yanti.
Setelah itu kami pun
beristirahat. Tidak lama
kemudian yanti
mengocok kembali
penisku yang lunglai itu.
Tidak lama kemudian
penisku berdiri dan siap
melaksanakan
tugasnya. Dituntun
segera penisku itu ke
vaginanya. Pemanasan
dilakukan dengan cara
menggosokkan penisku
kevaginanya. yanti
mendesah panjang,
“Mas, kontolnya kok
bengkok sih, nakal ya
dulunya?” Tidak
kuhiraukan pembicaraan
yanti, aku segera
menyuruhnya untuk
memasukkan penisku
ke vaginanya. “yanti,
masukkan cepat!
Jonathan tidak tahan
lagi nih.” Sleep.. bless…
masuk sudah penisku
ke vaginanya yang
merekah itu.
Tidak lupa tanganku
meremas buah dadanya
sesekali menghisap
payudaranya yang
besar walaupun agak
turun tapi masih nikmat
untuk dihisap. Goyangan
demi goyangan kami
lalui seakan tidak
mempedulikan lagi
apakah yang kami
lakukan ini salah atau
tidak. Puncaknya ketika
yanti memanggil
namaku, “Jonathan..
terus… terus… yanti,
mau keluar…” Akhirnya
yanti ikeluar disertai
memanggil namaku
setengah berteriak,
“Jonathan… aku…
keluaaarrr…” sambil
memegang pantatku
dan mendorongnya
kuat-kuat.
Tidak berselang lama
aku pun merasakan hal
sama dengan yanti,
“yann … ah… ah…
tumpah dalam atau
minum yan…” kataku.
Terlambat akhirnya
pejuku tumpah di
dalam, “yan… kamu
hebat… walaupun sudah
punya 3 anak,” kataku
sambil memujinya.
Akhirnya malam itu
kami menginap di hotel
amor. Kami berpacaran
selama 1 tahun,
walaupun sudah putus,
tetapi kami masih
berteman baik.

Tidak ada komentar: