Senin, 21 November 2011

virni maniac di keluarga

Namaku Virni, saat ini usiaku 22 tahun. Aku merupakan anak
pertama dari dua bersaudara, adikku laki-laki, usianya 2 tahun di
bawahku. Kata orang aku orangnya cantik, kulitku putih bersih
dengan bulu halus di seluruh tubuhku dan payudaraku berukuran
36B sedangkan tinggiku 165 cm. Kalau laki-laki lihat tubuhku,
jakunnya naik-turun. Ini karena aku sering merawat tubuhku atas
anjuran ibuku sendiri yang juga sangat cantik dan seksi. Karena
kecantikankulah aku bermain nafsu seks dengan ayah dan
kakekku sendiri.
Awal kejadiannya di saat ibuku sakit kira-kira satu tahun yang
lalu. Ibuku harus masuk rumah sakit karena kanker rahim yang
dideritanya sejak melahirkan adikku. Sudah 2 bulan, ibuku di rumah
sakit, karena kami hanya bertiga maka untuk menjaga ibu kami
bergantian. Ayah, aku dan adikku. Malam itu aku sehabis makan
malam, bersiap mau tidur, adikku berangkat ke rumah sakit untuk
menggantikan ayahku menjaga ibu. Setelah adikku berangkat
karena belum terlalu mengantuk, iseng aku ke kamar adikku,
kutemukan buku-buku gambar porno punya adikku dan kubawa ke
kamarku, setelah iseng melihat gambarnya aku mulai terangsang.
Sekitar jam 10.00 malam, ayahku datang dari rumah sakit. Selesai
makan, ayah mengunjungi kamarku.
“Vir… kamu sudah tidur..?” kata ayahku sambil mengetuk pintu
kamarku.
“Masuk… Yah… Vir belum tidur,” teriakku dari dalam kamar
sementara aku sudah berbaring di tempat tidur.
Pintu kamar terbuka, kulihat ayahku menatapku di depan pintu dari
raut mukanya seakan mau menanggis.
“Ayah.. kenapa… Mama.. baik-baik aja khan? kataku sambil
berusaha duduk di tempat tidur.
Ayahku masuk ke kamarku lalu duduk di sampingku, dia memelukku
sambil meneteskan air mata.
“Ibumu makin parah saja sayang, rasanya Ibu tidak akan bertahan
lama lagi kalau melihat kondisi ibumu,” tangis ayahku yang
mambasahi dasterku.
Aku pun mulai terisak.
“Ayah.. kalau ada apa-apa sama Ibu, Ayah nggak perlu merasa
kehilangan, Ayah harus pasrah,lagi khan ada kami berdua yang
akan menemani Ayah.”
Ayah menatapku lalu diciumnya keningku dan berkata,
“Iya.. Ayah harus tegar yach.. Ayah sayang sama kamu berdua.”
Lalu ayah mencium kedua pipiku, tetapi ketika akan berpaling
secara tidak sengaja bibir ayahmenyentuh bibirku. Aku tiba-tiba
ada perasaan aneh pada diriku, aku merasa terangsang lebih-
lebih aku terbayang buku porno adikku yang tadi aku lihat. Kubalas
kecupan ayahku, kukecup bibirnya dengan dalam dan lidahku
kucoba masukkan ke mulut ayahku, ayahku yang agak gelagapan
dan mulai terangsang, mengikuti dengan balasan lidahnya sehingga
lidah kami bertautan. Rupanya ayahku makin terangsang,
disibaknya selimut yang masih menutup tubuhku sehingga aku
yangmemakai daster mulai digerayangi ayahku. Lidah kami masih
bertautan membuat makin bergelora nafsu seks kami. Aku biarkan
saja ketika tangan ayahku mulai merayap di paha putihku yang
semakin naik sehingga menyentuh celana dalamku. Jari tengahnya
mulai menggaruk vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Aku
mulai mengelinjang.
Ayahku mulai menurunkan tali daster dari bahuku sehingga
payudaraku yang mancung dengan puting berwarna kecoklatan kini
terpampang di depan muka ayah. Aku terbiasa tidur hanya
menggunakan daster dan CD saja, aku tidak pernah pakai BH.
Ayahku mulai menelusuri leher jenjangku sampai ke payudara
dengan mulutnya. Ketika putingku mulai digigitnya, aku semakin
menggelinjang, “Ah… ah… ssshhh… ah…” Karena aku sudah makin
terangsang yang disebabkan oleh buku porno itu, aku menganggap
ayahku adalah seorang lelaki yang harus memuaskan nafsu
birahiku.
Tanganku mulai ikut berkerja dengan memegangi batang ayahku
yang masih bersembunyi di balik celana panjang. Kugosokkan
tanganku pada celananya yang membuat ayahku semakin ganas
menggigit putingku dan dasterku disibaknya sehingga CD-ku
dengan satu tarik telah merosot yang membuat vaginaku yang
setiap hari kurawat dengan baik terpampang jelas serta
mengeluarkan bau yang sangat harum menyerbak di ruang tidurku.
“Bau… apa… ini.. Vir? harum sekali,” tanya ayahku.
“Bau dari vagina Virni, Ayah,” kataku.
“Vir.. baunya harum sekali, Ayah suka baunya.”
“Ayah, vagina Virni boleh kok kalau mau dijilatin, dimasukkin
punya Ayah juga boleh,” kataku lagi.
“Bener nih, Vir?” tanya ayahku.
“Iya,” kataku.
Dengan nafsunya dimana ayah yang sedang mengemut dan
menggigit payudaraku langsung menurunkan tubuhnya sehingga
sekarang vaginaku sudah tepat di depan muka ayahku. Lidahnya
yang halus menyapu vaginaku. Dijilatnya vaginaku bagian luar. Aku
mulai belingsatan. Aku makin bergelinjang ketika lidah ayahku
menemukan biji klitorisku. “Ah… ah… ssh… argh… argh…” kataku
sambil menggelengkan kepalaku. Rupanya ayahku senang
memainkan klitorisku dengan lidahnya yang hampir 15 menit
lamanya. Aku pun makin memuncak nafsuku dan meminta pada
ayahku,
“Ayah, bo… boleh nggak kalau Virni nyoba… batang kemaluan
Ayah?”
“Oh… kamu mau?” tanya ayahku.
“Iya Yah…” kataku lagi.
Sementara lidah ayah masih di klitorisku, ayah melepas semua
yang melekat di tubuhnya dan langsung menindihku sehingga
batang kemaluan ayahku persis di depan hidungku, posisikami
seperti angka 69. Batang kemaluan ayahku panjang, besar dan
hitam, kira-kira 25 cm. Aku langsung berpikir ayah harus
memuaskan diriku.
Batang ayah yang besar, hitam dan panjang kucoba kumasukkan
dalam mulutku, tetapi karena bibirku yang mungil batang itu hanya
masuk kepalanya saja dan lidahku mulai menjilatinya. Ayahku mulai
belingsatan. Hampir 15 menit aku jilat dan kuhisap batang kemaluan
ayahku, ada sesuatu yang mendesak dari dalam vaginaku yang
langsung keluar yaitu berupa cairan kental yangmembasahi
vaginaku dan muka ayahku, tetapi ayah lebih dulu menangkap
cairanku ke dalam lidahnya lalu ditelan ke mulut ayah. “Ah… argh…
argh… sssh… Ayahh…” kataku sambil tubuhku ambruk, terlepaslah
batang ayah dari mulutku. Ayahku berdiri dan berkata,
“Vir… boleh vaginamu Ayah tusuk sekarang?”
“Iya… Yah…” kataku lirih.
Ayah lalu menindihku, batang kemaluan ayahku ditempelkan tepat di
depan vaginaku. Jari ayahku mengorek vaginaku yang masih rapat
sehingga aku jadi menggelinjang. “Ah… ah… ssh…”
Setelah vaginaku agak lebar dan besar, batang kemaluan ayahku
dicobanya untuk memasuki vaginamilikku. Karena masih agak
sempit lubangnya maka baru kepala batang kemaluan ayah yang
bisa masuk, ayah lalu memberi tekanan yang membuatku merem
melek. “Vir.. sakit ya,” kata ayahku. “Ah… nggak apa-apa koq…
Yah, nanti juga nggak sakit kalau batang kemaluan ayah sudah
masuk semua.” Ayah pun kembali menekan batang kemaluannya ke
vaginaku. Tapi karena batang kemaluan ayah yang memang besar
sekali, pada tekanan yang ke-10 kalinya keluar-masuk, hanya
bisa masuk setengahnya saja batang kemaluan ayah ke vaginaku.
Aku pun menjerit,
“Aaaawww…”
“Sakit yach… Vir…” kata ayah.
“Ah.. nggak Yah, terus… Yah… nekennya, biar vagina Vir.. jadi
lebar!” kataku.
Ayahku pun lalu menekan lagi batang kemaluannya keluar-masuk
vaginaku.
Ayah agak membungkuk sehingga payudaraku kembali jadi bulan-
bulanan mulut dan lidah ayahku. Aku mengusap kepala ayahku
yang menetek pada payudaraku dan menghujamkan batang
kemaluannya di vaginaku, seperti mengelus anak kecil. Hampir satu
jam aku mengikuti permainan nafsu buas ayahku yang membuatku
orgasme. Cairan putih kental bercampur darah mendesak keluar
dari vaginaku yang masih dihujam batang kemaluan ayah sehingga
membasahi pahaku dan kakiku serta keringat yang mengucur
deras dari pori-pori tubuhku. “Agh… agh… arg… aww.. agh… Vir…
keluar… nih… Yah… agh… sssh,” kataku dengan tubuh menggelepar
seperti cacing kepanasandan lemaslah tubuhku. Sementara ayahku
masih kuat berpacu dengan semakin cepat memasuk-keluarkan
batang kemaluannya dari vaginaku yang sudah becek. Batang
kemaluan ayah dicabutdari vaginaku.
Badanku yang loyo diputar oleh ayahku dari terlentang sekarang
tengkurap, posisi pantatku diangkat sehingga vaginaku kembali
menantang lalu ditempelkan batang kemaluan ayahku pada
vaginaku, lalu ditekannya supaya masuk kembali. Vaginaku yang
masih becek dibersihkan oleh dasterku lalu jari ayah menusuk lagi
ke vaginaku untuk melebarkan vaginaku agar memudahkan batang
kemaluan ayah masuk. Kali ini batang kemaluan ayah bisa masuk ke
dalam vagina semuanya sampai berasa di rahimku. Satu jam
lamanya vaginaku disodok batang kemaluan ayah dari belakang
yang membuatku orgasme kedua kalinya. “Argh… argh… aahh…
sshhh… agh… Ayah… nikmat sekali… argh…” Basahlah batang
kemaluan ayah oleh cairanku, tetapi 5 menit kemudian ayah sampai
juga mencapai titik orgasmenya. “Vir… Ayah.. juga.. mau… keluar..
nih.. argh.. argh…” kata ayahku tersengal-sengal. “Yah… keluarin
aja di dalam rahim… Vir…” pintaku pada ayah, dimana sebenarnya
aku sudah setengah sadar karena kecapaian. “Crot… crot.. ser…
ser… argh… argh…” suara cairan ayah yang menyembur deras ke
vagianku disertai suaralenguhan ayah yang langsung ambruk di
atas tubuhku. Aku merasakan kehangatan yang sangat di dalam
vaginaku di saat cairan batang kemaluan ayah menyembur yang
membuatku pun langsung tertidur.
Jam 05.00 pagi aku terbangun dalam keadaan bugil yang sedang
dipeluk ayahku yang masih tertidur. Aku lalu bangkit ketika melihat
batang kemaluan ayahku yang loyo, aku mencoba menjilat sisa-
sisa cairan yang rasanya agak manis asin, kujilat sampai habis
dan ayahku terbangun. “Virni… maafin Ayah yach, Ayah nggak
sadar berbuat ini kepadamu, Ayah khilaf karena 5 bulan ayah tidak
menyentuh Ibumu, maafin Ayah yach,” kata ayah. “Tidak apa-apa
kok Yah… Vir senang dapat memuaskan Ayah yang sudah 5 bulan
tidak menyentuh Mama, Virnijuga senang sudah merasakan
kehangatan Ayah, Vir juga senang dan menikmati saat batang
kemaluan Ayah yang gede itu menyemburkan isinya di dalam vagina
Vir, Vir jadi mau lagi kapan-kapan,” kataku dengan perasaan
senang. Ayah sebenarnya agak bingung melihat Aku yang senang,
tapi setelah itu ayah tersenyum dan memelukku dan menciumku.
“Ya.. kapan-kapan lagi,” gumam ayahku.
Dan memang setelah kejadian malam yang indah itu, setiap adikku
ke rumah sakit untuk jaga mama, aku dan ayah pasti melakukan
perbuatan berburu nafsu lagi. Hal itu terjadi hingga 3 bulan
kemudian dan terhenti disaat mama meninggal dunia, sampai hari
ke-7. Sejak kematian mamaku, kakekku, ayah dari mamaku yang
tinggal di luar kota menginap di rumah kami, usia kakekku 63
tahun, dia seorang duda yang sudah 7 tahun ditinggal mati
nenekku. Hari ini adalah hari ke-7 meninggalnya mama, saudara
mama sedang sibuk untuk mengurus acara malam nanti, waktu itu
jam 10.00 pagi, aku ada di kamarku, karena sudah 7 hari ayah
tidak menyentuh nafsu birahiku, aku mencoba orgasme sendiri.
Kuangkat rokku, vaginaku yang terbuka bebas karena aku tidak
pakai CD sedang kumainkan dengan jariku, saking asyiknya
mataku pun ikut kupejamkan, aku tidak tahu kalau kakekku sudah
di dalam kamarku.
“Vir… kamu lagi ngapain? Kakek pinjam sarung yach, adikmu lagi
pergi sih, jadi Kakek kesini.”
Aku tersentak kaget, kubelalakan mataku dan buru-buru rokku
kuturunkan menutupi vaginaku.
“Ah.. Kakek ngagetin Vir aja nih, kenapa nggak ketuk pintu dulu.”
“Kakek sudah ketuk pintu, tapi kamu lagi asyik, kayaknya jadi
Kakek masuk aja, nggak taunya kakek melihat pemandangan yang
indah,” kata kakek seakan menyangkal kataku.
“Ah Kakek bisa aja,” kataku pucat pasi.
“Vir.. boleh… kakekmu melihatnya lagi punyamu.. sudah 8 tahun
kakek tidah pernah melihatnya lagi.”
Sebenarnya aku agak malu untuk memperlihatkannya pada
kakekku, tapi karena sudah 7 hari ayah tidak menyentuhku dan
aku lagi onani maka kuijinkan.
“Boleh Kek!”
Kuangkat rokku dan terpampanglah dengan jelas vagina milikku di
depan kakekku yang langsung berkomentar.
“Virni… luar biasa sekali vaginamu, bagus banget bentuknya lagi
mengeluarkan bau yang harum, wah.. wah.. wah, boleh Kakek
memegangnya?” pinta kakekku.
“Boleh… Kek, malah tidak hanya memegang, kalau Kakek mau coba
jilat juga boleh,” kataku yang mulai naik nafsuku.
Dengan cepatnya kakek menundukkan badannya, saat itu juga
vaginaku sudah tepat di depan muka kakekku, lidah kakekku
langsung menjulur untuk menjilat vaginaku sementara pahaku
sudah diraba dengan lembutnya oleh tangan kakek yang mulai
keriput. Seperti anak muda, kakekku dengan cepat mengusap
pahaku dan kedua jempol sudah ditempelkan ke vaginaku, bulu
halus yang menutup vaginaku disibak dengan jempolnya dan
dimasukkan ke dalam lubang vaginaku agar lebih lebar, kemudian
lidah kakekku mulai menyapu bibir vaginaku yang membuatku
panas dingin. “Aaahh.. aahhh… ssshhh… aargh…” aku pun mulai
berceracau ketika biji klitorisku tersentuhlidah dengan lembutnya.
Klitorisku sudah mulai dijilat, dihisap dan digigit oleh kakekku, yang
membuatku makin menggelinjang. “Aaawwwwhggh…” Pantatku
kuangkat menahan rasa nikmat itu, mataku merem melek,
sementara tanganku mengelus kepala kakekku yang sudah
membotak, yang membuat kakekku makin rakus menjilat dan
menggigit klitorisku. Kedua tangannya mulai merambah ke dalam
kaos yang menutupi tubuhku. Ketika BH-ku terpegang langsung
disobeknya sehingga payudaraku dan putingnya menjadi bulan-
bulanan tangan kakekku. Tangannya meremas payudara
sedangkan jarinya memelintirkan putingku.
Hampir 15 menit berlalu yang tiba-tiba badanku mengejang dan
sampailah aku pada puncak orgasme. Kutekan kepala kakekku di
selangkanganku lalu keluarlah cairan kental yang membasahi
vaginaku. “Argh… argh.. sshh.. Kek.. Virni.. keluuuarrr niih.. argh…
sshh…” Tapi kakekku dengan cepat dan tangkas menangkap
cairan kental yang keluar dengan derasnya dengan lidahnya
yanglangsung menelannya. “Virni… luar biasa.. klitorismu rasanya
manis, tapi cairan kentalmu lebih manis lagi.. wahh.. Kakek jadi lebih
segar sekarang ini,” kata kakekku sementara aku sudah terbaring
lemas. “Vir.. boleh nggak.. kalau vaginamu dimasukkin oleh batang
kemaluan Kakek?” tanya kakekku. Dengan setengah sadar
kukatakan, “Boleh.. Kek…”
Kakek dengan sigap melepaskan semua yang dipakainya hingga
bugil lalu baju kaosku juga ditanggalkannya. Kulirik kakekku yang
sudah agak membungkuk, naik ke tempat tidur. Direnggangkannya
kakiku dan diangkatnya sedikit. Kakek menindihku, dipegangnya
batang kemaluannya lalu ditempelkan pada bibir vaginaku yang
masih agak becek, setelah itu dengan sekali hentakan batang itu
masuk ke dalam vaginaku. “Bleess… jeb… jeb…” batang kemaluan
kakekku langsung menusuk sampai ke dalam vaginaku yang sudah
lebar sejak dimainkan ayahkutetapi batang kemaluan kakekku
rasanya lebih besar dan lebih panjang dari punya ayahku.
“Heeeehhkk,” aku menahan nafasku karena sembulan batang
kemaluan kakekku ke dalam vaginaku yang berasa sampai ke
dalam dadaku.
“Kenapa Vir… sakit… yah?” tanya kakekku.
“Ah.. nggak Kek.. nggak apa-apa, punya kakek gede banget sih,
berapa sih.. Kek panjangnya?” tanyaku dengan tersengal.
“Kamu.. pasti puas.. deh… ini panjangnya 30 cm, nenekmu aja puas..
makanya ibumu punya enambersaudara,” kata kakekku
membanggakan batang kemaluannya sendiri.
“Tapi.. Vir… memekmu.. luar biasa uueennaak buuangeettt… punya
nenekmu.. mah kalah.”Dalam hatiku membenarkan bahwa batang
kemaluan kakekku lebih enak dari punya ayahku. Dan benar juga
perkiraanku rupanya selain lebih enak, lebih panjang, kakekku
tenaganya tenaga kuda, hampir 4 jam lamanya aku menjadi bulan-
bulanan kakekku.
Setelah satu jam cara pertama, kami merubah posisi kami yaitu aku
menungging, kakek menyodokkudari belakang, setelah satu jam
posisi kami pun berubah lagi, kakek terlentang, aku naik di
atasnya seperti naik kuda, posisi ini kami lakukan selama 2 jam.
Setiap berubah posisi, aku pasti sampai orgasme, hingga aku 3 kali
orgasme, kakekku hanya 1 kali itu pun pada posisiterakhir.
Tubuhku sudah lemas sekali ketika posisi kami, aku di atas, kakek
terlentang di bawah dimana aku sudah 3 kali dan kakekku akhirnya
sampai juga puncak orgasmenya. “Vir… argh.. argh… Kakek.. nggak
kuat lagi… nigh… Kakek mau keluar nih…” kata kakekku. Cepat-
cepatkulepaskan vaginaku dari batang kemaluan kakekku yang
langsung menyemburkan cairan kentalnya deras sekali, tapi batang
itu sempat kutangkap dan kubimbing ke mulutku sehingga sebagian
cairan kakekku sempat kutelan dan sebagian lagi membasahi
mukaku oleh lendir kakekku.
Kami pun langsung ambruk ketika kulihat jam menunjukkan pukul
14.00 siang. Ketika kami terbangun waktu sudah menunjukkan
pukul 04.30 sore, kakekku langsung membersihkan sisa-sisa
lendir di batangnya dan meninggalkanku yang masih tergeletak di
tempat tidur. Sebelum kakekkupergi dia sempat mengatakan bahwa
dia senang bisa memerawaniku dan ingin sekali bisa
mengulanginya. Memang sejak saat itu, aku selalu melayani ayahku
di saat adikku tidak di rumah dan melayani kakekku jika setiap
akhir bulan kakekku mengunjungiku atau aku yang
mengunjunginya.

Tidak ada komentar: