Jumat, 16 Maret 2012

birahi terpuaskan

Namaku Ryan (bukan nama yang
sebenarnya), pangilan akrabku kuanggap bagus
dan selalu membawa kehokian yang baik dan
ditunjang dengan postur tubuhku yang sangat
atletis, tinggi 167 cm dengan berat badan 58 kg
sangatlah membantuku dalam segala kegiatan.
Keramahan serta rendah hati adalah senjataku
karena aku berprinsip banyak teman banyak
rejeki dan tidak kelewatan pula pasti banyak
wanita yang tergoda. Dengan formasi yang
begitu, tentu anda tahu seleraku. Aku sangat
menyukai wanita yang berumur sekitar 30
hingga 37 tahun dimana mereka umumnya
sangatlah cantik, dewasa dan terlihat sangat
anggun. Entah mengapa Tuhan memberi
anugerah kecantikan wanita yang sempurna bila
mereka berumur sekitar yang kusebutkan di
atas. Aku bekerja di perusahaan P**** (edited)
yang sangat syarat berhubungan langsung
dengan pelayanan masyarakat dengan posisi
yang lumayan srategis. Diawali dengan
perkenalanku dengan seorang pramuniaga yang
sangat cantik, umurnya sekitar 33 tahun dan
mempunyai anak satu. Henny namanya, sangat
mudah diingat dan sangat enak terdengar di
telinga. Perkenalanku berawal ketika aku sedang
berlibur ke Kalimanatan (Banjarmasin).
Perkenalan itu sangat indah dan romantis, disaat
matahari tenggelam tertelan air laut di atas dek
ferry kulihat seorang wanita bersandar di tiang
besi dengan rambut yang tergerai melambai-
lambai tertiup sepoi-sepoi angin laut, sungguh
cantik dan sexy lekuk tubuh dan dadanya
membusung ke depan, sweter unggu serta span
warna hitam tak dapat menyembunyikan
keindahan tubuhnya. Dengan langkah yang pasti
kuhampiri dengan sedikit sapaan dan percakapan
yang sopan mulailah ia terbawa oleh obrolanku
yang sedikit humor dan kadang menimbulkan
gelak tawa yang memunculkan lesung pipinya,
ya ampun cantik betul mahluk ini. Setelah puas
dengan ngobrol ini itu dan matahari pun malu
menampakkan wajahnya ternyata sudah pukul
19:00 WIB, tak terasa sudah perkenalan yang
begitu lama di atas dek dan kami memutuskan
untuk kembali ke bangku masing-masing. Kami
berjanji akan bertemu kembali jam 21:30 di tiang
besi saksi perkenalan kami. Setelah mandi dan
merapikan diri, tak sadar handphone-ku
berdering, alarm yang sengaja kupasang telah
memanggilku untuk segera naik ke dek karena
sudah waktunya kujemput bidadariku di atas
dek. “Hai Ryan..” sapa merdu Henny menyapaku
dengan menepuk punggungku saat aku
memandang lautan. “Hai, Hen..” sedikit taktik,
kubelai rambutnya. “Maaf Hen..” kataku mesra.
“Ada apa Ryan..” balasnya manja. “Nih benang
bikin rusak pemandangan,” jawabku, padahal
benang itu sejak tadi ada di tanganku. “Oh kamu
ini bisa aja Ryan..” bisiknya manja. Henny sudah
bercerai 3 tahun yang lalu dikarenakan suaminya
suka berjudi dan mabuk-mabukan yang
membuatnya banyak dililit hutang dan
kehidupan rumah tangganya selalu tak terhindar
akan keributan. “Kenapa kamu tak cari suami
lagi, Hen..” tanyaku untuk memecahkan
keheningan. “Ah.. nantilah,” jawabnya, “Aku
masih suka sendiri dan masih kunikmati peran
gandaku sebagai ibu dan ayahnya Ranny
(anaknya, red) toh masih cukup gajiku untuk
membiayainya.” “Hebat kamu Hen, bagitu tegar
dalam keadaan begitu. Kurang apa coba.. kamu
mandiri, cantik, sexy dan masih muda lagi,
akupun mau mendaftar kalo masih ada
lowongan.. ahahaha..” aku sengaja tertawa
untuk meriuhkan suasana karena kulihat dia
diam dengan wajah agak memerah.
“Hahahhaha..” ternyata dia tertawa, “Ach kamu
ini pantesnya jadi adikku,” jawabnya
melecehkan. “Hahahaha.. aku malah,” terbahak-
bahak karenanya, “Lho meskipun adik tapi bisa
buat adik si Ranny lho.” “Mana mungkin,”
jawabnya. “Lha kok nggak percaya.. jangan
ketagihan ya nanti,” jawabku. “Yee.. siapa yang
mau,” godanya manja. “Aku yang mau,”
jawabku. Kamipun tertawa riang. “Dasar buaya,”
jawabnya. Tanpa sadar kapal bergoyang dan
angin semakin kencang dan Henny sudah ada di
pelukanku, karena terombang-ambing kapal
kudekap tubuh sintalnya dan tak luput
kupengang buah dadanya yang besar, ternyata
diapun diam saja. Kutahan goyangan kapal dan
tak kulewatkan kesempatan itu dengan sedikit
fantasiku goyangkan pantatku dan.., “Ach..
nakalnya kamu..” ternyata diapun menyadari
makin nekadnya aku mengambil kesempatan
dalam kesempitan sambil mencubit pinggangku,
“Menggoda ya..” bisiknya. “Ach masa, tapi suka
kan,” jawabku. “Hahahaa..” gelak tawapun tak
terhindarkan lagi. “Hen turun yuk, bahaya nich..
kayaknya angin semakin kencang dan goyangan
kapal semakin garang kalo aku yang goyang
kamu sich nggak masalah, lha ini kapal yang
goyang.. hehehe..” ajakku mesra. “Dasaar..
dasaar, bener-bener buaya kamu Ryan,”
balasnya manja. “Pppsst.. bukan buaya tapi
biawak.. hahahha..” balasku. Kamipun menuju
anak tangga, satu persatu anak tangga kami lalui
dengan tangan yang melingkari perutnya dan
diapun melingkarkan tangannya di pinggangku.
Dengan berani kucium telinganya, dia diam saja
hanya reaksi tangannya saja yang
menggenggam perutku dan kamipun sudah
sampai di depan pintu yang bertuliskan staff only
lalu kutarik pinggangnya untuk masuk, diapun
tidak menolak. Dengan luas ruangan 2 X 4 m2
sangatlah luas bagi kami berdua. Dalam
keremangan lampu kulumat bibir tipisnya, nafas
kamipun semakin menderu. Ternyata dia
pengalaman sekali dalam french kiss. Kami
berciuman 5 menit lamanya dan dia mulai
membuka sweternya sedang aku membuka
jaket kulitku dan kami jadikan alas hingga tiada
benang sehelaipun yang melekat di tubuh kami
berdua. Sungguh indah tubuhnya, dengan
ukuran payudara 36B dan belum turun
kuanggap sangatlah sempurna. Dalam keadaan
berdiri, kulumat bibirnya dan mulailah turun ke
tengguk hingga payudaranya dengan puting
yang merah muda, “Seperti masih ABG saja,”
pikirku. Kulumat yang kanan dan kupiin-pilin
yang kiri membuat suaranya, “Hmm.. ach..
hmm.. sppt.. Ryan teruskan Ryan.. aacch, enak
Ryan..” Kepalaku pun ditekannya ke dadanya, tak
kupedulikan dia, kuhisap, kugigit-gigit kecil
putingnya hingga ia makin menjambak
rambutku. Dengan jenggot yang baru kucukur 2
hari yang lalu kugesek-gesekan daguku di
gunung kembarnya. “Oooh Ryan.. please
masukin dong.. sstt..” Tak kupedulikan
ocehannya hingga kulumat perutnya, pusarnya
dan akhirnya sampailah di gundukan surga
dunia, sungguh indah. Mataku terbelalak ternyata
tidak ada sehelai rambutpun di sekelilingnya,
harum dan wangi yang khas. Wajahnya yang
cantik tersenyum manis padaku, kuturunkan
wajahku sambil terus menjulurkan lidah di
permukaan perutnya terus turun dan sampai di
daerah yang paling kusukai, wangi sekali
baunya. Tak perlu ragu. “Ohh.. apa yang akan
kau lakukan.. akh..” desahnya sambil
memejamkan mata menahan kenikmatan yang
dirasakannya. Beberapa saat kemudian
tangannya malah mendorong kepalaku semakin
bawah dan, “Nyam-nyam..” Nikmat sekali
kemaluan Henny. Oh, bukit kecil yang berwarna
merah merangsang birahiku. Kusibakkan kedua
bibir kemaluannya dan, “Creep..” ujung
hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah
kemaluan yang sudah sejak tadi becek. “Aaahh..
kamu nakaal,” jeritnya cukup keras. Terus terang
kemaluannya adalah terindah yang pernah
kucicipi, bibir kemaluannya yang merah
merekah dengan bentuknya yang gemuk dan
lebar itu membuatku semakin bernafsu saja.
Secara bergantian, kutarik kecil kedua belah bibir
kemaluan itu dengan mulutku. “Ooohh lidahmu..
ooh nikmatnya Ryan..” lirih Henny. “Ryan, udah
dong Ryan masukin aja.. Ryan oohh.. aku udah
nggak tahan nich, please setubuhi aku..” pinta
Henny lirih. Tanpa banyak mulut kumasukkan
batang kemaluanku yang panjang dan tegak itu,
dia tersentak, “Ach pelan dong Say.. sstt..”
Kugenjot dengan penuh perasaan, sementara
tanganku tidak tinggal diam, kupilin-pilin puting
susunya yang mungil. Hanya sepuluh menit
setelah itu goyangan tubuh Henny terasa
menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala
orgasme yang akan segera diraihnya. “Ryann..
aahh.. aku nggaak.. nggak kuaat aahh.. aahh..
oohh..” desahnya tertahan. “Tahan Hen.. tunggu
saya dulu ngg.. ooh enaknya.. tahan dulu..
jangan keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh
Henny menegang kaku, tangannya
mencengkram erat di pundakku, dadanya
menjauh dari wajahku hingga kedua telapak
tanganku semakin leluasa memberikan remasan
pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya
menahan orgasme itu, mungkin karena lamanya
ku-oral kemaluannya yang enak itu. “Ooo.. ngg..
aahh.. Ryan sayang.. Ryan.. ooh enaak.. aku
kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang
mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan
jepitan kemaluannya di sekeliling burungku
mengeras dan terasa mencengkram erat sekali,
sementara itu batang kemaluanku masih tegak
berdiri sedangkan dia sudah 4 atau 5 kali
orgasme. “Ryan, ayo dong Say aku udah nggak
tahan nich.. Ryan keluarin dong.. aku hisap aja
ya, biar cepat keluar..” Tanpa kusuruh dia sudah
melumat dan menyedot kemaluanku. “Astaga..”
kurasakan tekanan dari dalam batangku
sepertinya akan keluar. “Hen.. Hen.. stop Hen..
aku mau keluar nich..” desahku tertahan. “Ya
udah Ryan, masukin aja ke memekku.. aku juga
ingin merasakan pejumu membajiri memekku..
aku kangen, udah lama nggak ada yang
membanjiri memekku dengan peju..” balas
Henny dengan nada manja dan sedikit genit.
“Aach.. Hen, aku mau keluar nich Hen.. ach..
achh..” aku lemas lunglai tak berdaya di atas
tubuh Henny yang sexy itu. “Makasih ya Ryan..”
Kamipun tertidur dan aku terkejut ketika
terbangun sudah pukul 04:00, untung saja tidak
ada yang memergoki perbuatan kami. Setelah
merapikan diri, kamipun kembali di kursi
masing-masing dan kami berjanji akan bertemu
kembali di kota, kebetulan kami satu kota.
Sampai saat ini kamipun masih sering
berhubungan dengan komitmen kebebasan
yang menghargai serta menjunjung seks yang
sehat.

Tidak ada komentar: