waktu itu
aku masih berumur 14 tahun. Dan sejak
peristiwa itu, kemalangan demi kemalangan
menimpaku, sungguh jelek nasibku. Kepada
siapa aku berani mengadukan nasibku ini, kecuali
kepada para pembaca di situs cerita online ini,
mudah-mudahan ada yang mau menolongku,
mengentaskan nasibku yang jelek. Namaku
Nadya, adalah anak bungsu dari 6 bersaudara,
ayahku adalah pegawai rendah pemerintahan di
kota Malang, keluargaku termasuk miskin,
rumah setengah batu, kondisinya sudah tua,
namun letaknya di tepi jalan propinsi. Di rumah,
aku tinggal bersama seorang kakak laki-laki,
Ayah dan Ibuku, sedang mbak-mbak dan mas-
masku yang lain sudah berkeluarga. Masih ada
lagi, mbak-mbak 2 orang yang membantu
Ibuku, dan kadang- kadang ada seorang tukang
antar beras dari desa yang menginap di
rumahku kalau kemalaman. Untuk menutupi
biaya hidup keluarga, Ibuku terpaksa membuka
warung pecel di rumah, lumayan karena untuk
keperluan sehari-hari keluarga dapat ditolong dari
warung ini. Biarpun baru kelas 3 SMP, tubuhku
termasuk bongsor, tinggiku sekitar 150 cm,
beratku 38 kg, dan buah dadaku sudah mulai
besar, sebesar mangga yang sekilonya berisi
dua, kulitku kuning langsat, bersih dan wajahku
terbilang cantik, badanku proporsional, kata
teman- temanku. Orangtuaku mendidik dengan
ketat dalam suasana jawa dan keagamaan yang
taat, dan tabu akan hal-hal yang berbau erotis
atau porno, lebih-lebih sampai melakukan hal itu
sebelum menikah. Terlebih lagi di usiaku yang
masih sangat muda, aku tidak pernah berani
mau macam-macam dengan laki-laki yang
mencoba menaksirku. Selain itu, aku kasihan
dengan orang tuaku, apabila ada kejadian yang
menyusahkan beliau berdua. Kehidupanku
berjalan biasa- biasa saja, sampai kejadian itu
terjadi. Waktu itu, di tengah malam tiba-tiba aku
terbangun dari tidur, aku merasa nafasku sesak,
dan mataku gelap, kaki dan tanganku sakit, serta
perut dan dadaku tertekan benda yang berat.
Aku menjadi panik dan mencoba bersuara tetapi
tidak bisa, rupanya mulutku tertutup oleh
sesuatu benda, dan juga mataku, sedang benda
yang menindihku itu ternyata orang. Tangan dan
kaki yang sakit ini, rupanya disebabkan karena
telah diikat dengan kuat, sehingga terasa sakit
dan tidak dapat bergerak. Setelah sadar betul dari
tidurku ini, aku menyadari ada suatu peristiwa
yang menakutkan akan terjadi. Tanganku diikat
di sisi atas tempat tidur, sedangkan kakiku diikat
di sisi bawah sehingga kakiku menganga. Aku
telentang di tempat tidur dalam posisi seperti
huruf "X". Aku merasa bahwa sebagian
pakaianku sudah tidak melekat dengan benar di
badanku, BH-ku tersingkap, dan celana dalamku
rupanya sudah tidak ada. Ada tangan yang
dengan kasar sedang meraba-raba kemaluan
dan buah dadaku, terutama pada kedua puting
susuku yang terasa digigit-gigit, ngilu- ngilu
sakit. Dan terdengar suara napas ngos-ngosan,
sambil menggigit dan menjilat- jilat sekujur
badanku, buah dadaku, leherku, telingaku, dan
terus turun kebawah. Aku mulai menangis,
karena merasa tidak berdaya, tapi tidak bisa,
berteriak pun tidak bisa, saking ngerinya, aku
kemudian tidak sadarkan diri. Tidak berselang
lama kemudian, aku tersadar kembali, aku
merasa posisi badanku belum berubah, masih
saja telentang dengan kedua tangan dan kaki
terikat pada sudut-sudut tempat tidur. Hanya
saja sekarang semua baju yang melekat pada
tubuhku telah terlepas, sehingga aku telentang
dengan keadaan telanjang bulat. Aku sedih sekali,
karena benar-benar tidak berdaya untuk
mempertahankan kehormatanku, sebentar lagi
hidupku akan hancur, setelah bajingan yang
tidak kukenal dan tidak dapat kulihat itu selesai
memerkosaku. Aku benar-benar sedih
menyadari bahwa bagian terpenting dari
hidupku sebentar lagi akan direnggut paksa oleh
orang yang tak kukenal. Rupanya, pada saat
semua keluargaku sudah tertidur, ada orang
yang masuk ke dalam rumah dan kemudian
masuk ke kamarku yang kebetulan kuncinya
hanya dari slot kayu yang dipakukan ke kusen
pintu, sehingga cukup disentak sekali saja bisa
lepas. Rupanya orang tersebut sudah cukup
mengetahui situasi rumahku. Tangan dan kakiku
masih terikat, dan mulut serta mataku pun
masih tertutup, menurut perkiraanku pada saat
itu kira-kira pukul 12-1 malam, aku ketahui dari
bunyi jangkrik yang sayup-sayup kedengaran.
Tiba-tiba aku merasa, badanku ada yang
mengelus-elus dan menggerayangi, kedua buah
dadaku terasa diremas-remas dan pada bagian
putingku dipelintir-pelintir. Bagian perutku terasa
dicium dan dijilat-jilat, terus menurun kebawah
dan kemudian giliran kedua paha saya yang
kemudian dicium-cium dan dijilat-jilat, terus
kepangkal pahaku, akhirnya kemaluanku yang
menjadi sasaran permainan mulut dan lidah
orang tersebut. Terasa lidahnya menyapu kedua
bibir kemaluanku dan sekali-sekali terasa lidahnya
mencoba membelah bibir kemaluanku untuk
menerobos kedalam lubang vaginaku. Pada saat
berikutnya terasa klitorisku menjadi sasaran
lidahnya. Aku tidak dapat berkutik, ingin kututup
pahaku, tetapi kedua kakiku dipegangi dan diikat
dengan kuat. Mula-mula terasa pedih, linu dan
nyeri luar biasa. Lidah orang itu, menyapu bibir
kemaluanku dan mencoba menerobos ke dalam
liang vaginaku, sambil menggigit dan menjilati
clitorisku, dan kadang- kadang lidahnya terjulur
ke dalam liang vaginaku. Gigitan- gigitan kecilnya
mula-mula membuatku merasa sakit, tapi lama-
kelamaan muncul rasa lain yang belum pernah
kurasakan seumur hidupku, geli, linu, sedikit
perih tapi nikmat sehingga membuat seluruh
badanku terasa panas dingin. Lama-kelamaan
tanpa terasa aku menggoyang-goyangkan
pantatku karena menahan rasa geli luar biasa
yang ditimbulkan dari permainan mulut dan
lidahnya pada bagian-bagian sensitifku itu. Dan
dihisap-hisapnya pula, sehingga aku semakin
bertambah tak dapat menahan rasa gelinya, dan
tangan orang itu pun tidak tinggal diam, dipuntir-
puntirnya puting buah dadaku, serta diremas-
remasnya, sehingga menambah rasa geli
sekaligus nikmat. Aku sudah melupakan rasa
takut dan sedih, berganti dengan rasa sangat
nikmat, nikmat sekali, sulit kuutarakan rasa
nikmatnya. Rupanya inilah, yang disebut dengan
surga dunia. Saking tidak tahannya, aku ingin
menjerit tapi tidak dapat mengeluarkan suara,
hanya desahan dari hidungku, tiba-tiba aku
merasakan suatu kenikmatan luar biasa yang
tidak dapat kulukiskan dan aku tiba-tiba merasa
hendak pipis, "..crut.., crut.., crut.., nyut..,
nyut.., nyut..", dan bagian dalam kemaluanku
terasa berdenyut- denyut. Badanku menjadi
kejang dan bergetar dengan hebat sampai tak
terasa badanku tersentak-sentak dan terangkat-
angkat di atas tempat tidur. Rupanya aku telah
mencapai yang disebut orgasme. Dan pipisku itu
rupanya cairan yang menyemprot dari dalam
vaginaku saat orgasme. Setelah saat kenikmatan
yang melandaku usai, seluruh badanku terasa
lemas tak bertenaga. Kemudian terasa orang itu
mulai menindihku, mulutnya terasa menghisap-
hisap leherku, mulutnya berbau aneh, rupanya
itu adalah bau cairan yang keluar dari milikku.
Tangannya meraba-raba dan meremas-remas
seluruh tubuhku, terutama pada kedua
bongkahan pantatku, kadang dengan halus tapi
seringkali kasar, dan tiba-tiba pada pangkal
pahaku, tempat dimana tadi dijilat-jilat dan di
sedot-sedotnya, terasa ada benda tumpul, keras
lagi besar menggesek-gesek di antara kedua
pahaku yang sudah terkangkang itu. Secara
otomatis aku mencoba merapatkan kedua
kakiku, akan tetapi tidak bisa karena tertahan oleh
ikatan pada sudut-sudut tempat tidur. Benda
tumpul itu terasa mengoles-oles bibir
kemaluanku dan sekali-sekali ditekan pada
klitorisku. Terasa sangat geli dan ada perasaan
nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Tak
terasa kemaluanku menjadi sangat basah dan ini
rupanya disadari juga oleh orang tersebut,
bahwa aku sudah sangat siap untuk permainan
selanjutnya. Secara perlahan- lahan terasa benda
tersebut menguak kedua bibir kemaluanku yang
masih sangat rapat dan terasa benda tersebut
memaksa masuk kedalam lubang vaginaku.
Rupanya itu adalah penis orang itu, perasaan
sakit pada kemaluanku mulai terasa, pedih,
terasa penis orang tersebut yang rupanya sangat
besar sulit menembus kemaluanku yang masih
perawan, aku mencoba menjerit, tapi hanya
terdengar lenguhan dan dengusan dari hidungku
saja, karena mulutku dibekap. Aku mencoba
berontak, tapi tidak bisa, karena kedua tangan
dan kakiku terikat, benar-benar aku merasa tidak
berdaya. Dan akhirnya, aku merasa kemaluanku
seakan- akan terbelah dan ulu hatiku seakan-akan
disodok oleh benda tumpul, ketika orang
tersebut dengan ganas dan kasar secara brutal
menekan masuk dengan paksa seluruh penisnya
kedalam lubang kemaluanku. Terasa besar dan
panjang, memadati serta mengisi setiap sudut
ruang kemaluanku, sakit dan ingin pingsan
rasanya bercampur aduk dalam diriku. Penis
yang besar itu terasa memadati dan terbenam,
diam sejenak dalam kemaluanku. Tidak lama
kemudian terasa orang itu mulai menaikturunkan
pantatnya, sehingga penisnya naik turun, masuk
keluar, pada kemaluanku. Mula-mula setiap
penisnya bergerak masuk atau keluar dari
kemaluanku, terasa sakit dan nyeri, akan tetapi
lama kelamaan, rasa perih hilang dan berganti
dengan rasa nikmat, perasaan nikmat yang
sukar kulukiskan, semakin lama perasaan nikmat
itu mulai menjalar ke seluruh tubuhku, sehingga
aku merasa seakan melayang-layang. Badanku
dengan tidak sadar mulai meresponsnya dengan
ikut bergoyang-goyang, dan tiba- tiba badanku
bergetar lagi dengan hebat dan bagian dalam
kemaluanku kembali berdenyut-denyut dengan
hebat, aku mengalami orgasme lagi dan bahkan
lebih hebat daripada sebelumnya. Dan rupanya,
orang itu masih tetap kuat dan naik turun, terus-
menerus, beberapa saat kemudian, aku
mengalami orgasme lagi, lagi dan lagi, dan dia
masih naik turun terus dengan stabil tanpa ada
tanda-tanda akan berhenti, aku keluar terus
menerus lagi dan lagi. Sampai seluruh badanku
terasa lemas tidak bertenaga. Aku sekarang
benar-benar terkapar tidak berdaya, dengan
kedua kaki yang terpentang diperkosa oleh orang
tersebut sesuka hatinya. Dan orang itu, suatu
saat mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba dia
merangkulku kuat-kuat, serta menciumi serta
menghisap leherku kuat- kuat, dan terasa
penisnya berdenyut-denyut, kemudian terasa
cairan hangat kental menyembur dengan
derasnya membasahi rongga-rongga lubang
kewanitaanku. Dan karena tekanan badannya
yang kuat serta denyutan- denyutan yang
kurasakan dari penisnya, sehingga membuatku
kemblai mengalami orgasme yang ke sekian
kalinya secara bersamaan dengan orang
tersebut. Badanku bergetar dan akupun
merasakan denyutan-denyutan juga, nikmat
sekali. Badan orang tersebut terkulai
menelungkup di atas badan saya dengan
penisnya yang masih terbenam di dalam liang
kewanitaanku. Setelah beristirahat sebentar
terasa penis orang tersebut yang masih
terbenam dalam kemaluanku mengeras kembali.
Dan malam itu rupanya permainan belum usai,
dengan semangat menggebu-gebu orang itu
mengulangi lagi permainannya, demikian
diulanginya sampai tiga kali lagi pada malam itu.
Aku sungguh merasa lelah dan lemas sekali,
seluruh tulang-tulangku seakan-akan terasa
dilolosi, tapi di sisi lain aku merasakan
kenikmatan yang teramat sangat luar biasa.
Sungguh ini suatu pengalaman pertama yang
sulit kulupakan dan bahkan sampai kini pun aku
tidak tahu, siapa pelaku sebenarnya. Barang-
barang di rumahku tidak ada yang hilang
satupun, jadi tentu saja dia bukan pencuri. Baru
pada saat menjelang pagi, orang itu keluar dari
kamar, dimana sebelumnya satu tali di tanganku
dilepaskan simpulnya. Dan setelah orang itu
pergi, aku buka talinya, tangan satunya aku
lepaskan, rupanya mata dan mulutku diplester,
pakai plester putih. Dan kakiku pun sudah
kulepaskan. Kulihat, ada bekas-bekas warna
merah di sepreiku yang putih warnanya dan
badanku pun juga terlihat merah-merah, bekas
gigitan dan sedotannya. Celana dalamku,
teronggok sobek di lantai, demikian juga baju
dan BH-ku. Aku merasa sedih sekali mengingat
aku telah kehilangan milikku yang paling
berharga, tapi di lain pihak ada perasaan puas
yang melanda diriku dikarenakan perasaan
nikmat yang baru saja kuperoleh. Aku tidak
berani menceritakan hal itu ke orang tuaku
ataupun kepada saudaraku karena malu dan
takut. Aku hanya memendam kejadian ini
seorang diri saja. Kejadian ini, masih terulang lagi
berkali-kali, sampai aku tamat dari SMA dan
herannya aku tidak hamil, entah diapakan oleh
orang ini. Aku sudah tidak lagi merasa takut
apabila kamarku dimasuki kembali oleh orang
tersebut, bahkan aku ada semacam perasaan
rindu dan kehilangan jika orang tersebut baru
datang agak lama. Aku hanya dapat menduga
bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh tukang
antar beras dari desa yang memang sering
bermalam di rumahku, tapi setiap aku bertemu
dengannya, dia bersikap biasa saja, seolah tidak
ada pernah ada kejadian apapun. Aku
sebenarnya ingin meminta
pertanggungjawabannya, tetapi malu, jangan-
jangan bukan dia, karena sebenarnya aku tidak
memiliki bukti apapun. Setelah tamat SMA, aku
dilamar oleh seorang pemuda, dia bersedia
menikahiku karena menurutnya dia sangat
mencintaiku dan di matanya, aku adalah anak
gadis yang lugu, sopan, alim dan tidak pernah
macam-macam. Namun apa yang sebenarnya
telah terjadi, sungguh membuatku sedih.
Pemuda ini, pada malam pertama kami,
mendapatiku sudah tidak perawan lagi, dan dia
menuduhku sudah berpengalaman. Aku
menyadari tuduhannya betul, jadi aku diam saja
dan tidak menjawab. Dia bertambah marah,
sehingga sering dia pulang larut malam dalam
keadaan mabuk. Dalam keadaan setengah sadar
itu, dia bahkan sudah mulai berani memukulku.
Aku sadar, memang pada awalnya akulah yang
bersalah, mengapa dulu aku tidak berterus
terang saja pada pemuda yang sekarang telah
menjadi suamiku ini. Lama-kelamaan aku tidak
tahan lagi karena aku sering disakitinya, sehingga
aku pulang ke orangtuaku dan menceritakan
tentang tabiat suamiku ini serta latar belakang
perlakuannya padaku. Ibuku menyesali nasibku
yang jelek, dan menyarankan untuk mencari
jalan tengah yang terbaik. Tapi aku sudah
telanjur takut terhadap suamiku karena dia sudah
sangat sering menyakitiku. Dan akhirnya dengan
terpaksa aku menggugatnya cerai. TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar