Jumat, 16 Maret 2012

imah memberiku kepuasan di ranjang

pengalamanku 4 Tahun lalu. Malam telah
larut dan jam telah menunjukan pukul 9 malam.
Sedari siang tadi kakakku bersama suaminya
menghadiri pertemuan sebuah Network
Marketing dan diteruskan dengan pertemuan
khusus para leaders. Untuk menghilangkan
suntuk, aku connect ke internet dan berbagai
macam situs aku buka, seperti biasa pasti
terdapat banyak situs porno yang asal nyrobot.
Biasanya aku langsung close karena aku enggak
enak dengan kakakku, tetapi malam ini mereka
tidak ada dirumah, hanya bersama dengan
seorang baby siters keponakanku, namanya
Imah baru berumur 18 Tahun dan berasal dari
Wonosobo. Memang agak kolotan dan dusun
sekali, tetapi kalau aku perhatikan lagi Imah
memiliki body yang lumayan bagus dengan
wajah yang tidak terlalu jelek. Kami biasa
mengobrolkan acara tivi atau terkadang Im-im
(panggilan Imah sehari-hari) aku ajari internet
meskipun hasilnya sangat buruk. Entah kenapa
malam ini keinginanku untuk melihat situs porno
sangat besar dan libidoku naik saat aku lihat foto-
foto telanjang di internet, tanpa aku sadari Im-im
keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah
sudah berapa lama dia berdiri disampingku ikut
memperhatikan foto-foto telanjang yang ada di
monitor komputer. "Apa enggak malu ya..?"
tanya Im-im yang membuatku kaget dan segera
aku ganti situsnya dengan yang "normal".
Dengan berusaha tenang, aku minta Imah
mengulangi pertanyaannya. "Itu lho tadi,
gambar cewek telanjang yang Mas buat,
emangnya nggak malu kalau dilihat orang?"
Memang Imah sangat lugu dan ndusun kalau
soal beginian. Dengan santai aku jawab sembari
menyuruhnya duduk disebelahku. "Begini Im, ini
foto bukan aku yang buat, orang yang buat ini
(sambil aku perlihatkan lagi situs yang memuat
foto telanjang tadi), merekakan model yang
dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit."
Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per
satu foto telanjang itu dengan posisi badan agak
membungkuk sehingga terlihat jelas bulatan
kenyal panyudaranya, sudah sejak lama aku
menikmati pemandangan ini dan aku sangat
terobsesi untuk tidur dengan Im-im. Aku
tersentak kaget saat Imah bertanya soal foto
dimana seorang cowok sedang menjilati vagina
cewek. "Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak
gitu terus lagian mau-maunya cowok itu jilatin
punya ceweknya padahalkan tempat pipis?".
Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir
bagaimana aku memanfaatkan kesempatan ini
dengan baik. "Gini Im, vaginanya cewek kalau
dijilatin oleh cowok malah enak, memang
awalnya geli tapi lama- lama ketagihan
ceweknya. Kamu belum pernah coba kan?"
tanyaku pada Im-im sambil tanganku membuka
foto-foto yang lebih hot lagi. "Belum pernah
sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku
diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti
hamil". (memang Im-im sangat terbuka tentang
pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari
cerita kalau pacarnya ngajak tidur di hotel tapi
Im-im nggak mau). "Kalau Cuma kayak gitu
nggak bakal bikin hamil, gemana kalau kamu
coba, nanti kalau kamu hamil aku mau
tanggungjawab dan nggak perlu bingung soal
uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil,
kamu nanti aku ajari gaya-gaya yang ada difoto
ini. Gimana?" Dan Im-im cuma diam sambil
lihatin wajahku, sebenarnya aku tahu dia naksir
aku sudah lama tapi karena posisi dia hanya
babysiters yang membuatnya nggak PD. "Benar
ya.., janji lho?" pintanya dengan sedikit ragu.
Dan dengan wajah penuh semangat aku
bersumpah untuk menepati janjiku, meskipun
aku enggak ada niat untuk menepati janjiku. Aku
putuskan sambungan internet dan mulai
"melatih" Im-im dengan diawali teknik
berciuman yang sudah pernah dia rasakan
dengan pacarnya, sentuhan halus bibirnya yang
lembut membuatku membalas dengan ganas
hingga tanpa terasa tanganku telah meremas
payudara Imah yang memang masih kencang.
Desahan halus mulai muncul saat bibirku
menelusuri lehernya yang agak berbulu seolah
Im-im menikmati semua pelatihan yang aku
berikan. Aku merasa cumbuan ini kurang
nyaman, aku dan Imah pindah ke dalam kamar
Im-im, perlahan aku rebahkan tubuhnya dan
bibirku bergantian menjelajah bibir dan lehernya
sedangkan tanganku berusaha membuka kaos
dan BH-nya dan kini separoh tubuh Imah telah
bugil membuat libidoku tidak karuan. Tanpa ada
keluhan apapun Imah terus mendesah nikmat
dan tangannya membimbing tangan kiriku
meremas teteknya yang bulat sedangkan
payudara kanannya aku lumat dengan bibirku
hingga terdengar jeritan kecil Im-im. Entah
berapa lama aku mencumbu bagian atas
tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk
bercinta sudah sangat besar tetapi aku tahu ini
bukan saat yang tepat. Perlahan aku turunkan
celana pendek dan celana dalamnya bersama
hingga Imah sepenuhnya bugil dan ini yang
membuat dia malu. Untuk membuat Imah tidak
merasa canggung aku mencumbunya lebih
ganas lagi sehingga kini Imah mendesah lebih
keras lagi dan tangan kanannya meremas
kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang
mulai memuncak. Bibirku kini mulai menjalar
kebawah menuju vaginanya yang tertutup
kumpulan bulu hitam, perlahan aku angkat
kedua pahanya hingga posisi selakangannya
terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan
berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru
aku yang melihat surga dunia milik Im-im. Kini
bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai
banjir dengan halus agar Im-im tidak merasa geli
dan ternyata rencanaku berjalan lancar, desahan
yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Imah
kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil
yang menandakan kenikmatan luar biasa yang
sedang dirasakan babysiters keponakanku.
Semakin lama semakin banyak lendir yang
keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih
bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Imah
kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap
sedangkan kedua tangannya meremas kuat
kasurnya. Dengan diiringi lenguhan panjang
Imah mencapai klimak, tubuhnya bergerak tidak
beraturan dan aku lihat sepasang teteknya
mengeras sehingga membuatku ingin
meremasnya dengan kuat. Setelah
kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya
yang habis terkuras membuat tubuhnya yang
bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya
aku menjadi sangat ingin segera menembus
vaginanya dengan penisku yang sedari tadi
sudah tegang. "Imah merasa sangat aneh,
bingung aku jelasin rasanya" katanya dengan
perlahan. "Belum pernah aku merasakan hal ini
sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa,"
sambil memelukku erat. Sambil kukecup
keningnya, aku jawab kekhawatiranya. "Ini yang
disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru
merasakan sebagian. Imah nggak perlu takut
atau khawatir soal ini, kan aku mau
tanggungjawab kalau kamu hamil," sambil
kubalas pelukannya. Sekilas aku lupa libidoku dan
berganti dengan perasaan ingin melindungi
seorang cewek, kemudian tanpa disengaja
tangan Im-im menyentuh penisku sehingga
membuat penisku kembali menegang. Wajah
Imah tersipu malu saat aku lihat wajahnya yang
memerah, kucium bibirnya dan tanpa
menunggu komandoku Im-im membalasnya
dengan lebih panas lagi dan kini Imah terlihat
lebih PD dalam mengimbangi cumbuanku.
Teteknya aku remas dengan keras sehingga Im-
im mengerang kecil. Kini bajuku dibuka oleh
sepasang tangan yang sedari tadi hanya mampu
meremas keras kasur yang kini sudah acak-
acakan spreinya dan aku imbangi dengan
melepas celana pendekku dan segera terlihat
penis yang sudah tegang karena aku terbiasa
tidak memakai CD saat dirumah. Melihat
pemandangan itu, Imah malu dan menjadi
sangat kikuk saat tangannya aku bimbing
memegang penisku dan setelah terbiasa dengan
pemandangan ini aku membuat gaya 69 dengan
Imah berada diatas yang membuatnya lebih
leluasa menelusuri penisku. Setelah beberapa
lama aku bujuk untuk mengulumnya, akhirnya
Im-im mau melakukan dan menjadi sangat
menikmati, sedangkan aku terus menghujani
vaginanya dengan jilatan lidahku yang
memburunya dengan ganas. Karena tidak kuat
menahan rasa nikmat yang menyerang seluruh
tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan
kulumannya dan lebih memilih menikmati jilatan
lidahku di vaginanya dan aku tahu Imah
menginginkan kenikmatan yang lebih lagi
sehingga tubuh bugilnya aku rebahkan
sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari
aku teruskan bibirku menjelajahi bibirnya yang
memerah. Perlahan tanganku menuntun tangan
kanan Im-im untuk memegang penisku hingga
berada tepat di depan mulut vaginanya, aku
gosok-gosok penisku di lipatan vaginanya dan
mengakibatkan sensasi yang menyenangkan,
erat sekali tangannya memelukku sambil telus
mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi
suaranya yang mulai parau. Vaginanya semakin
basah dan perlahan penisku yang tidak terlalu
besar mendesak masuk ke dalam vaginanya dan
usahaku tidak begitu berhasil karena hanya bisa
memasukkan kepala penisku. Perlahan aku
mencoba lagi dan dengan inisiatif Im-im yang
mengangkat kedua kakinya hingga
selakangannya lebih terbuka lebar yang
membuatku lebih leluasa menerobos masuk
vaginanya dan ternyata usahaku tidak sia-sia.
Dengan sedikit menjerit Imah mengeluh,
"Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong" dengan
terbata-bata dan lemah kata-kata yang keluar dari
mulutnya. Saat seluruh penisku telah masuk
semua, aku diam sejenak untuk merasakan
hangatnya lubang vaginanya. Perlahan aku
gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya
hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama
semakin kencang aku gerakkan penisku hingga
memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan
yang aku dan Imah keluarkan untuk
mengekspresikan kenikmatan yang kami alami
sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku
menggenjot vaginanya yang baru pertama kali
dimasuki penis hingga aku merasa seluruh
syaraf kenikmatanku tegang. Rasa nikmat yang
aku rasakan saat spermaku keluar dan
memasuki lubang vaginanya membuat seluruh
tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya
yang memerah hingga Im-im dan kedua
tanganku meremas teteknya yang mengeras.
Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Im-im yang
lama ada dianganku. Kami berdua tergolek
lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk
tubuh Imah dengan erat agar dia tidak galau dan
setelah tenagaku pulih aku berusaha
memakaikan baju padanya karena Im-im tidak
mampu berdiri lagi. Saat aku hendak
mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah
dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar
Im-im tidak tahu kalau perawannya sudah aku
renggut tanpa dia sadari. Kami berdua
melakukan hal itu berulangkali dan Imah semakin
pintar memuaskanku dan selama ini dia tidak
hamil yang membuatnya sangat PD. Tanpa
disadari 2 tahun aku menikmati tubuhnya gratis
meskipun kini Imah tidak menjadi babysiters
keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah
mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan ke
daerah lain. Sekarang Im-im menjadi penjaga
rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku saat
pacar- pacarku tidak mau aku ajak bercinta. Saat
lebaran seperti biasa Imah pulang kampung
selama 2 minggu dan yang membuatku kaget
dia membawa seorang cewek sebaya dengan
Imah dan bernama Dina yang merupakan
sepupunya. Memang lebih cantik dan lebih seksi
dari Imah yang membuatku berpikir kotor saat
melihat tubuh yang dimiliki Dina yang lugu
seperti Imah 2 tahun lalu. Pada malam harinya,
setelah kami melepas rasa kangen dengan
bercinta hampir 2 jam, Imah tiba-tiba menjadi
serius saat dia mengutarakan maksudnya. "Mas,
aku sudah 2 tahun melayani Mas untuk
membereskan urusah rumah dan juga
memberikan kepuasan diranjang seperti yang
aku berikan saat ini," Imah terdiam sejenak. "Aku
ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk
menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak
hamil. Apa Mas mau menikahiku?" Aku
terhenyak dan diam saat disodori pertanyaan
yang tidak pernah terlintas sedikitpun selama 2
tahun ini. Lama aku terdiam dan tidak tahu mau
berkata apa dan akhirnya Imah meneruskan
perkataannya. "Imah tahu kalau Mas nggak ada
keinginan untuk menikahiku dan aku nggak
menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini
aku merasa sangat bahagia dan sebelum itu aku
telah mencintai Mas dan menjadi semakin besar
saat aku tahu Mas sangat perhatian denganku."
Imah terdiam lagi dan aku memeluknya erat
penuh rasa sayang dan Imah pun membalas
pelukanku. "Tapi.., aku ingin lebih dari ini. Aku
ingin bisa menikmati cinta dan kasih sayang
seorang suami dan itu yang membuatku
menerima pinangan seorang pria yang
rumahnya tidak jauh dari desaku." Aku
terhenyak dan menjadi lebih bingung lagi dan
belum bisa menerima kabar yang benar-benar
mengagetkanku. Kami berdua hanya bisa diam
dan tanpa terasa meleleh air mataku dan aku
baru merasa bahwa aku ternyata benar- benar
menginginkannya, namun ternyata sudah
terlambat. Keesokan harinya aku mengantar
Imah ke terminal untuk kembali pulang ke
desanya dan menikah dengan seorang duda
tanpa anak, menurutnya calon suaminya akan
menerimanya meskipun dia sudah tidak
perawan. Dengan langkah gontai aku kembali ke
mobilku dan melalui hari-hariku tanpa Imah. E N
D

Tidak ada komentar: