Jumat, 16 Maret 2012

ngentot anak majikan

aku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai
sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese
yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong
mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka,
Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang
cantik, agak nakal, genit dan galak, ia
mempunyai dua orang teman akrab yang satu
bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu
dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya
periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-
cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap
acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun
lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja
yang mereka bertiga lakukan di halaman
belakang yang dengan kerasnya dilarang
dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari
semakin membesar dan aku berniat mengintip
apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada
Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain
kerumah dan seperti biasanya mereka bermain
dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku
membuka pintu menuju halaman belakang dan
melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.
Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat
Feilin, Nia dan Tarida sedang asik saling meraba
dan berciuman satu sama lain, pakaian renang
melekat ditubuh mereka. Otakku langsung
menyala membara dengan nafsu yang
bergejolak, rupanya ini yang selalu
disembunyikan oleh mereka bertiga, entah
sudah berapa lama mereka berdua menyimpan
rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari
cara mereka berciuman dan meraba sepertinya
masih amatiran, pikiran kotorku langsung
bekerja. “Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku
muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang
Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak
boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai
menghampiri mereka. Feilin sepertinya akan
membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba
menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga
Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya
keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya.
Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin.
Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini
ia memandangiku dengan tatapan yang nakal.
“Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti
menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia
mengangguk pada Tarida yang tersenyum
dengan ceria. Tarida menghampiriku dan
kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah
mengintip maka mang Dhani harus dihukum…”
Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku
bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang
Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat
kami…”jawab Feilin. Aku memandang tidak
mengerti namun dengan memberanikan diri
Tarida menjelaskan kepadaku tentang
keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki,
sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-
bata. ali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada
diruangan keluarga, “Cuppp…. Cupp Cuppp”aku
sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga
masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku,
sedangkan aku bersujud dibawah kaki mereka.
Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika
ciumanku semakin turun kebawah dan
mengendus-ngendus juga mengigit-gigit kecil
bagian dadanya ang masih rapi terbungkus
seragam sekolahnya, lidahku menyelinap liar dari
sela-sela seragam sekolah Tarida . “hmmm
errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku
memujinya. “Legitt ? emangnya ketan… he he
he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai
kepalaku yang masih asik menggeluti bagian
dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit mang
Dhani berdiri tuhhh…. Kasiann sendirian
berdirinya kayak lagi nunggu Angkot”Tarida
tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia
tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat
kemaluanku. Aku berdiri dihadapan Tiga Gadis
Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang
berada ditengah langsung menjilati kepala
kemaluanku, Feilin dan Nina menciumi batang
kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala
bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar
kemudian sudah ditarik kekanan Oleh Feilin dan
sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh Nia,
Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku
ketiga Gadis Chinese sesekali bercanda , tawa
mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku
semakin naik keubun-ubun, aku kembali
bersujud dihadapan ketiga Chinese , kudorong
bahu Feilin agar ia bersandar kebelakang,
Tanganku kini menyibakkan rok seragam Feilin
sehingga pahanya yang kuning langsat kini
terpampang dihadapanku. Aku memandangi
wajah Feilin, aku berusaha menarik turun celana
dalam putihnya, Feilin hanya tertawa lepas
sambil menepiskan kedua tanganku. “Mau
ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa ,
suaranya terdengar begitu merdu dan
menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih
berobah dulu jadi siBleki…..Ayo
menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus
terang aku sering tersinggung dengan
permintaan Feilin yang aneh-aneh dan berulang
kali menyakiti perasaanku sebagai laki-laki,
namun demi sedikit kenikmatan aku terpaksa
mengorbankan harga diriku. Dengan menahan
rasa sakit hati aku berusaha mengikuti
permintaannya , aku merangkak dan
menggongong “Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku
menggeram-geram dan menggongong
layaknya seekor Anjing, Feilin tertawa terbahak-
bahak , Sedangkan kedua Chinese Lainnya
tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini…
jilati nih!!!” Feilin memerintahku Sambil
merangkak aku menghampiri kaki Feilin aku
menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus
naik-naik dan naik , Feilin mengangkangkan
kedua kakinya seolah – olah memberi jalan
bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku
mengendus-ngendus selangkangan Feilin. “Good
Boyyy…. “tangan Feilin menepuk-nepuk
kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun
kemudian dengan kasar menendang bahuku
sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku
terjengkang kebelakang, aku semakin geram
dengan perlakuan Feilin yang semena-mena .
“Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang
Dhani….” Nia membelaku. “Iya ihhh… koqq
kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut
membelaku, Tarida dan Nia memang baik hati
berbeda sekali dengan Feilin, Gadis Chinese yang
satu ini memang bandel, genit, nakal, dan galak.
“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia
duduk bersandar disofa. Tarida dan Nia
membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa
kan ?” Nia bertanya dengan lembut. “Jangan
dimasukkan dihati mang, Feilin memang seperti
itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik
yah…” Tarida berbisik ditelingaku. Aku menelan
ludahku ketika Tarida menyuruhku agar
menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya
berdiri mematung menatap mata Tarida.
“Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes
kayak balon panjang aja….. kena paku ya
mang….? Kudu ditambal donggg supaya he he
he he” Tarida mengodaku, terus terang aku
masih geram dengan perlakuan Feilin sehingga
nafsu seksku turun. Tarida meraih tanganku dan
meletakkan tanganku pada buah dadanya
“Terserah mang Dhani mau ngapain…..” Tarida
memandangiku dengan tatapan matanya yang
menggoda, aku seperti api yang hampir padam
terkena guyuran minyak , kedua tanganku kini
meremas-remas buah dada Tarida, aku
membalikkan tubuh Tarida dan memeluknya
dari belakang ” Tarida… “aku meremas-remas
kedua dada Tarida, sambil melakukan remasan-
remasan tanganku melepaskan kancing baju
seragam Tarida, setelah selesai melepaskan
pakaian seragam Tarida , aku melepaskan
pengait bra dan kemudian kuloloskan bra putih
Tarida. Kedua tanganku kini mengusap-ngusap
dan meremas lembut buah dada bagian bawah
yang sangat halus dan lembut.. Aku melirik Nia,
hatiku merasa tersentuh karena Nia yang baik
seperti kebingungan , aku menarik tangannya
dan juga membalikkan tubuhnya kemudian
melepaskan pakaian seragam sekolah Nia dan
juga Bra warna pink yang dikenakannya.
“Ihhhhhh mang Dhani serakah amattt he he he
Hmm Mmmmm” Tarida berkomentar, namun
mulutnya kusekap dengan bibirku. Tanganku
yang satu bergerilya meremas-remas buah dada
Nia sedangkan yang satunya asik meremas-
remas buah dada Tarida. Tarida menarik
wajahnya sehingga ciumanku terlepas, kedua
tangannya kini menarik kepala kemaluanku,
diselipkannya kepala kemaluanku pada sela-sela
pantatnya yang hangat, kemudian Tarida
menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh…
belajar dari mana Non ? ” Aku bertanya pada
Tarida. Tarida tidak menjawabku ia hanya
tersenyum, kadang-kadang aku meringis
kegelian karena himpitan buah pantat Tarida.
“Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida
malah balik bertanya padaku. ***************
Lima belas tahun yang lalu “Diam kau gadis
tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau
pada seorang gadis cantik, si cantik ketakutan,
tanganku bergerak menjamahi buah dadanya
dan kemudian.. “Jangan Bang
ampunnn….”Sicantik memelas memohon
kepadaku ketika aku meremas-remas buah
dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya
yang indah “Brak…… hajar…. Siram!!!!
Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu tiba-tiba
didobrak dari luar , segerombolan orang
menyerbu masuk, mereka menghajarku,
menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku
sudah banjir darah babak-belur dihajar massa .
Seseorang mengguyurku dengan bensin….
Dan… ************** “Lohhh….ditanya koq
bengong sih mang ? “suara Tarida tiba-tiba
menyadarkan lamunanku. Aku mengecup bibir
Tarida, Nia menggeliat melepaskan tubuhnya
dari pelukanku, kemudian Nia bersujud
dihadapan Tarida dan… “Uchhhh Niaaa…..
enakk…”tubuh Tarida menggelepar hebat ketika
Nia menjilati bibir Vagina Tarida. Kedua tanganku
mencengkram pinggul Tarida kemudian aku
menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut,
tubuh Tarida bergerak terdorong perlahan
kadang-kadang ia terdorong dengan kuat ketika
aku melakukan tekanan yang kuat pada belahan
pantatnya. Serangan Nia dan seranganku
membuat Tarida meringis-ringis dan “Aaaa
Ahh… Crrrr” tubuh Tarida mengeliat indah dan
terkulai lemas dalam pelukanku, setelah
menciuminya dengan lembut Aku melepaskan
Tarida. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika
melihat Nia yang masih asik menjilati vagina
Tarida, Aku mengangkat tubuh Nia, kudorong
tubuhnya agar berpelukan dengan Tarida dan
mereka berciuman dengan lembut. Aku
bersujud dihadapan buah pantat Nia, tanganku
meremas-remas buah pantatnya yang padat
dan kencang kemudian lidahku terjulur
memoles-moles sela-sela pantat Nia, Nia
menggoyang-goyangkan pantatnya , rupanya
dia kegelian. Aku menekan buah pantat Nia dan
kemudian lidahku menggeliat-geliat, lidahku
semakin kuat menggeliat kedalam anus Nia.
“Auhhhh…. Mang Dhanii….” Nia menarik
pantatnya dan menepiskan tanganku yang
mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa ?”
Tarida bertanya karena tiba-tiba ciumannya yang
lagi hot-hotnya dengan Nia jadi terganggu.
“Lidah mang Dhani… Euh.. “ Nia tidak
melanjutkan kata-katanya, wajahnya merah
padam. Aku merangkak dan menghampiri Nia,
lidahku terjulur menjilati Vagina Nia, tubuh Nia
bergetar hebat, rintihan-rintihan Nia. Membuatku
ingin melakukan aktivitas yang lebih
mengasikkan “Non.. kalau dicelup gimana…?
Mau ?” Aku bertanya pada Nia. Nia
memandangiku tidak mengerti. “Maksud mang
Dhani……….” Nia tidak melanjutkan kata-katanya
sepertinya dia baru tersadar maksudku. “Tapi…
aku masih perawan manggg..” Nia tampak
keberatan. “Ya ngak masalah… kan Cuma maen
diluar aja…. Tapi nikmatnya wahhhh… 1000 x
lebih nikmat ketimbang dijilat…..”kataku ambil
mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa
menunggu jawabannya aku menidurkan Nia
diatas permadani bermotif bunga matahari .
“Tapi…. Mang dhani yakin… ngak akan sampai
itu…” Nia menggeser pantatnya ketika aku
mencoba menggesekkan kepala kemaluanku
menjilati Bagian bibir vaginanya .”Saya yakin
Non… keperawanan letaknya kan didalam… jadi
kalo sebatas kepala kemaluan sih masih aman-
aman saja koqq”Aku menjawab keraguannya.
“Hmmm berarti.. beneran yah yang ada dibuku
pelajaran biologi….” Tarida memandangiku, aku
hanya tersenyum sambil menangkap kedua kaki
Nia. Nafas Nia terdengar sangat berat ketika aku
mulai menggesek-gesekkan kepala kemaluanku
pada gundukan mungilnya. “Hmmhh…
“pinggangnya melenting keatas ketika aku
berusaha mencelupkan kepala kemaluanku pada
belahan diantara bibir Vaginanya. Aku menekan
berkali-kali berusaha memelarkan bibir Vagina
yang masih peret akhirnya menekan sekali lagi
kali ini dengan disertai sentakan yang kuat dan
“Crebbbb Slepppsss” kepala kemaluanku seperti
melesat dan dijepit oleh bibir Vagina Nia.
“Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya
terbuka seperti huruf O, tubuhnya melenting-
lenting berusaha melepaskan diri namun aku
mencengkram pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh
gilaaa… Nia.. Mang Dhani aduhhhh….!!!” Tarida
terkejut, sementara nafas Nia yang tadinya
tersenggal-senggal kini mulai dapat mengatur
nafasnya , keringat – keringat nakal mulai
membasahi tubuhnya yang putih dan mulus.
Tangan kirinya meraba-raba gundukan
Vaginanya , matanya mulai berair “Mang Dhani…
Hhhh… Hhhhhh” Nia agak terisak, aku
kebingungan, Nia menjelaskan sambil terisak
rupanya ia takut keperawanannya terrengut
olehku. ”Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu
artinya keperawanan masih aman…”Aku
menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara
rinci dan teliti Nia berhenti terisak-isak. Aku
memegang Batang kemaluanku, sesekali
kugerakkan kemaluanku berputar dan sesekali
kugoyangkan ke kanan dan ke kini, Bibir Vagina
Nia yang masih mengemut kepala kemaluanku
juga ikut monyong keana kemari mengikuti
gerakanku. Mata Nia terpejam-pejam, bibirnya
mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala
kemaluanku kekiri dan kekanan. “Achhhh…
Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia melenguh panjang,
tubuhnya menggeliat dalam gerakan yang
fantastis dan gemulai, keringat nakal tambah
banyak dan kini menetes deras membasahi
tubuhnya yang menggairahkan. “Aku mangg….”
Tarida berbaring disisi Nia dan ia
mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Aku
meneduhi tubuhnya dan menciumi buah dada
Tarida, aku senang banget sama Dada Tarida
karena dadanya lebih gede dibandingkan kedua
temannya, ciumanku merambat turun, turun
dan turun sampai hinggap digundukan mungil
diantara selangkangannya, lidahku menggeliat-
geliat liar , menyelinap diantara belahan bibir
vagina Tarida, Tarida menekan-nekan kepalaku
sambil sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan
kepala kemaluanku pada Bibir Vaginanya, terus
aku mulai mencongkel-congkel sampai Tarida
mendesis-desis dan merintih panjang.
“Manggg…..” Tarida menarik pinggulnya sambil
menutupi bagian Vaginanya dengan kedua belah
tangannya, ia menarik pinggulnya kebelakang
ketika kepala kemaluanku mulai mendesak bibir
vaginanya rupanya ia ragu-ragu. Aku
menyingkirkan kedua tangan Tarida, dan sekali
lagi kembali kutempelkan kepala kemaluanku
pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan kepala
kemaluanku lalu ku tekan kepala kemaluanku
perlahan-lahan dan “Akhhhhhh Mangg…!!! ”
Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku
melesat masuk, Tarida terkulai lemas, nafasnya
memburu kencang, sesekali ia merintih keras
ketika aku menggoyang kepala kemaluanku
dengan liar. “Owww rrcckkk Crrrrr” Tarida
memejamkan matanya rapat-rapat menikmati
kenikmatan yang datang menerpanya. Feilin
menghampiriku namun aku tidak
mempedulikannya , aku malahan asik
memainkan buah dada Nia yang kini kembali
mendesah-desah, sambil mendengus kesal Feilin
meninggalkan kami bertiga. “Sudah- sudah….
Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin
cemberut, Nia dan Tarida terkekeh-kekeh
kemudian mereka berdua menolak keinginanku
untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi,
aku kemudian mengantarkan Nia dan Tarida
pulang.

Tidak ada komentar: