Jumat, 16 Maret 2012

ngentot seru

aku Dewi, umur 26 tahun. Aku
termasuk cewek yang punya tingkat libido yang
tinggi. Aku nggak pernah lama pacaran, karena
aku orangnya nggak pernah puas ngesek sama
pacar-pacarku dan cepat bosan. Bahkan sampai
sekarangpun aku sering mencari kepuasan
sendiri. Dan itupun nggak terbatas, cowok
bahkan cewek sekalipun aku doyan. Yang paling
ngedukung adalah wajahku yang lumayan dan
bodiku yang nggak ngecewain. Hanya dengan
modal senyum dan baju sexy, banyak cowok
yang pengin berbagi kenikmatan denganku.
Kebayakan mereka nggak tahan kalau melihat
dadaku yang padat membusung atau pahaku
yang sekal. Aku juga nggak perlu capek cari
partner cewek, karena aku mengenal betul siapa
cewek-cewek yang bisa diajak main. Aku,Kristin
Dan Eric. Aku bekerja sebagai asisten akuntan di
sebuah Jasa Akuntan Publik yang cukup terkenal
di Surabaya. Pekerjaan yang melelahkan dari
jam delapan pagi sampai delapan malam itu
terkadang memerlukan refresing juga. Bahkan
hari ini aku lembur sampai jam setengah
sebelas. Makanya ketika Kristin, teman kerjaku
ngajakin dugem, aku langsung mengiyakan. Aku
tahu Kristin nggak mungkin hanya mengajak
dugem aja. Karena aku tahu Kristin itu penganut
paham lesbisme. Tapi tak apalah, aku juga
ketagihan digerayangin jemari lentik cewek.
Apalagi Kristin sangat menggairahkan. Dadanya
montok sedikit tak serasi dengan tubuhnya yang
agak kurus, tapi kencang banget. Sudah lama
aku pengin meremas-remas payudaranya
bahkan mengemut puting payudaranya itu.
Dengan naik mobilnya, kami segera meluncur ke
sebuah diskotik yang tak terlalu besar tapi cukup
ramai. Sesampainya di diskotik kami segera
mencari meja kosong di sudut diskotik.
Walaupun di pojok tapi cukup mudah
memandang ke arah floor dance. Lalu kami
memesan minuman beralkohol ringan untuk
menghangatkan badan. Ketika si pelayan
beranjak pergi setelah mengantarkan pesanan
kami, Kristin mulai merapatkan tubuhnya
kepadaku. Aku pura-pura tak peduli sambil terus
mengobrol dengannya. Tapi makin lama jemari
Kristin mulai berani meraba-raba pahaku yang
masih terbalut span ketat. Rangsangan itu
mengena padaku hingga aku balas dengan
makin memperdekat jarak duduk kami. Tapi
belaian Kristin makin panas menyusup ke balik
rokku. Karena tak tahan dan malu jika harus
dilihat orang, aku segera mengajak Kristin
melantai. “Kita turun yuk?” kataku. “Enak disini
aja ah,” jawabnya menolak. “Ayo dong Kris.”
Aku menarik tangannya untuk turun ke floor
dance. Kami ngedance mengikuti hingar bingar
musik diskotik. Dalam keremangan dan kilatan
lampu, aku lihat keayuan wajah Kristin yang
nampak lugu. Melihatku tersenyum-senyum
kearahnya, Kristin meliuk-liukkan tubuhnya
erotis. Daya rangsang yang dinampakkannya
dari gerakan tubuhnya dan senyuman nakalnya
semakin membuatku mabuk. Sambil bergoyang
aku peluk tubuhnya hingga kedua payudara
kami saling berbenturan. Sesekali tanganku
dengan nakal meremas bokongnya yang masih
tertutup celana panjang. Tangannya mendekap
erat tubuhku bagai tak ingin terlepas. Tanganku
kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya
dan meremas kedua payudaranya yang masih
terbalut BH. Ooohh.. begitu halusnya payudara
Kriswin, halus dan kenyal banget. Lalu tanganku
bergerak melepas pengait BH nya sehingga
dengan bebas tangan kananku dapat membelai
dan meremas buah dadanya yang keras
sementara tangan kiriku telah membekap
kemaluannya yang masih terlindung celana
panjangnya. Sementara Kristin memejamkan
matanya meresapi setiap sentuhanku sambil
terus bergoyang mengikuti musik yang
menghentak-hentak. Tubuhnya bergerak
merapat ke tubuhku. “Kamu ganas juga, ya?”
bisiknya. “Tapi kamu suka kan?” Kristin
merapatkan tubuhnya sambil menciumi
belakang telinga kananku. Hembusan hangat
nafas Kristin membuat gairahku bagai dipacu.
Jemariku segera mencari-cari puting susunya
lalu memelintirnya sampai membuat Kristin
mengikik kegelian. Satu jam kemudian Kristin
mengajakku pergi dari diskotik itu. Kami telah
sama-sama sepakat akan meneruskan gairah
kami hingga terpuaskan. Kami menuju ke
sebuah hotel terdekat lalu segera menuju kamar
yang telah kami pesan. Setibanya di kamar
Kristin melucuti pakaiannya sambil menirukan
gaya penari stripis. Secara halus, perlahan demi
perlahan dilucutinya pakaiannya satu persatu
dengan gerakan yang membuat air liurku
hendak nenetes. Tinggal CD-nya saja yang
masih melekat. Dengan kedua payudara yang
menggantung indah Kristin mendekatiku
perlahan sambil mempermainkan CDnya yang
sudah basah. Akupun ikut melucuti pakaianku
dengan gerakan-gerakan yang juga aku buat
seerotis mungkin. Mata Kristin berbinar-binar
ketika BH-ku menghilang dari kedua payudaraku.
“Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat aku
ya..” kata Kristin sambil membelai pinggiran
buah dadaku, kemudian Kristin mengulum
putingnya yang sudah mengeras sejak tadi.
“Ooogghh.. sshh.. enak banget,” rintihku.
Diisapnya dalam-dalam putingku itu dengan
keahliannya. Sambil mengisap jemarinya terus
menari-nari di payudara kiriku. Tanganku
meremas-remas rambutnya yang mulai kucal
sambil meremas-remas payudara kirinya yang
sempat aku gapai. Lidah Kristin yang sudah
terlatih menyapu seluruh permukaan
payudaraku dan melumat putingku secara
bergantian. Desahan kami berpacu diantara
nafas-nafas kami yang sudah tak teratur lagi.
Kemudian Kristin mencumbui perutku dan terus
kebawah ke arah pusat kenikmatanku yang
sebelumnya telah ditelanjanginya. “Bukit
venusmu indah banget Wi..” pujinya
membuatku tersanjung. Otot-otot vaginaku
terasa menegang ketika jari-jari Kristin
merenggangkan labia mayoraku. Lalu jari
tengahnya mengorek-ngorek klitorisku dengan
penuh perasaan. “Aaahh.. sshh.. mmhh..”
desahku untuk kesekian kalinya. “Jilatin say.. aku
paling suka..” Kristin menjilat klitorisku yang
terasa tegang. Lalu menghisapnya kuat-kuat.
Uaahh.. rasanya nikmat banget.. bahkan ketika
lidahnya mulai turun menyusuri daerah sekitar
lubang kawinku. Rasanya ingin mengeluarkan
semua lava kenikmatanku yang menggedor-
gedor ingin keluar. Akhirnya Kristin menjatuhkan
diri ke tempat tidur dan menarik tanganku.
Sementara buah dadanya kian kencang.
Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-
sengal. Keringat sudah membasahi sekujur
tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Aku
lorot CD-nya yang sudah basah benar. Lalu aku
menindihnya hingga tubuh dan payudara kami
saling berimpitan, bibirku dilumatnya dengan
liar. Vagina kami saling bergesekan hingga
menimbulkan rasa panas di masing-masing
vagina kami. Suara srek.. srek.. akibat gesekan
rumput vagina kami menambah nikmat sensasi
yang tercipta. “Ooohh.. Wi.. sudah lama banget
aku naksir kamu.. aahhgghh..” “Malam ini aku
milikmu Kriiss..” Setelah sepuluh menit kami
saling berpagutan lidahku bergerak menuruni
leher jenjang Kristin sampai bibirku hinggap di
payudaranya yang kencang dan ramun. Aku
hisap puting susunya yang keras dan coklat.
Akhirnya tercapai juga keinginanku untuk
mengganyang pentilnya yang besar itu. “Wii..
terus aachh.. ehmm..” desahnya keenakan.
Kemudian aku semakin turun dan menghisap
pusarnya, Kristin tidak tahan diperlakukan
demikian. Erangannya semakin panjang.
“Aaach.. geli aach.. Wii..” Aku terus menghisap-
hisap pusarnya lalu aku turun dan saat sampai di
Vaginanya. Aku sibak rumput-rumput liar di
bukit belahnya itu kemudian mulai menjilatinya
dan sesekali menghisap klitorisnya yang
menyembul sebesar kacang. “Aaacchh.. Wii
terus achh.. enak..” Kristin semakin
menggelinjang tangannya menarik-narik sprei
kamar hotel itu dan beberapa saat kemudian dia
menjerit kuat. Aaacchh..!! Dan dari vaginanya
menyembur lendir kenikmatan yang cukup
banyak. Sruupp.. langsung aku hisap habis.
“Aaach Wii.. acchh..” jeritnya untuk kesekian
kalinya. Setelah mengalami orgasme yang
pertama itu, Kristin tergeletak di atas ranjang.
Aku segera meraih HPku di dalam tas. Lalu
segera mengirim SMS buat Eric, temanku
ngewe. Kristin yang tahu kalau aku
menghubungi seseorang berlagak cemburu. Dia
segera duduk tepat di depanku. “Sms siapa sih
say?” tanya Kristin cemberut. “Ada deh..”
jawabku sambil tersenyum padanya. “Ah, nggak
asyik. Katanya kamu malam ini milikku?” rajuk
Kristin yang kemudian mengutak-utik vaginaku.
Birahiku kembali bergelora. Aku biarkan saja
Kristin mempermainkan daerah tersensitifku itu
dengan jari-jari lentiknya. Nafasku memburu
ketika ujung jari telunjuk Kristin masuk ke dalam
lipatan vaginaku yang berair kemudian
mengelus-elus lipatan dalamnya. “Hoohh.. baby
swety.. enak banget..” rintihku. Payudaraku
yang telah bengkak dijilatnya dengan lidahnya
kemudian dilumatnya putingku yang sudah
sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya terus
memilin-milin clitorisku. “Aaaghh.. terus..
yeaahh.. jilatin say..” Kristin berganti menjilati
vaginaku sedangkan tangannya beralih
meremas-remas payudaraku yang sudah sangat
bengkak dan berwarna merah oleh hisap-
hisapannya. Rasanya kakiku tak kuat menyangga
tubuhku yang terasa berat oleh birahi yang telah
sampai di ubun-ubun. Maka aku
menghempaskan tubuhku diatas kasur dan
Kristin meneruskan permainannya yang
membawaku ke awang-awang. Kini kami
melakukan 69 style. Saling hisap, saling jilat dan
terkadang aku menekan lubang kenikmatannya
dengan jempolku. Lubang asyiknya yang merah
merona aku tusuk dengan jari telunjukku berkali-
kali, begitu pula yang dilakukannya terhadapku.
Berkali-kali klitorisku dihisap oleh Kristin kuat-
kuat. Berkali-kali Kristin mengalami orgasme, tapi
aku masih bisa bertahan. Hingga kemudian pintu
kamar dibuka dari luar dan Eric muncul dari balik
pintu. “Hallo gadis-gadis! Sedang asyik nih?”
sapanya. “Ric, cepat sodokin aku dengan
penismu!” teriakku pada Eric. Kristin segera
minggir ketika Eric melucuti seluruh pakaiannya.
Sepintas kulihat roman muka Kristin yang sedikit
cemberut. Tapi aku nggak peduli yang penting
Eric segera memuaskan birahiku dan
membawaku ke pucuk-pucuk kenikmatan. Eric
tersenyum lebar memandangi bibir kemaluanku
yang semakin basah. Aku enggak tahan lagi,
segera aku arahkan penis Eric yang sudah
mengacung-acung keras itu ke lubang
kemaluanku. “Aaaggh!” pekikku saat Eric
menekan penisnya agar masuk semua ke dalam
lubang kemaluanku. Blees!! Akhirnya seluruh
batang penis Eric mampu menjebol lubang
kenikmatanku. Rasa perih bercampur nikmat jadi
satu ketika Eric mulai mengocok liang kawinku
keluar masuk. “Aaawww.. enak banget vagina
kamu Dewi.. seret.. tapi siip..” bisik Eric
menyanjungku. Eric terus memompa vaginaku
sampai kami tak sadar mengeluarkan desahan
dan rintihan birahi yang membuat Kristin
terangsang banget. Rasa cemburunya hilang
bahkan Kristin mendekatiku lalu mengenyot
payudara kiriku, sedangkan Eric juga mengenyot
payudara kananku. Segala kenikmatan syahwat
aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir
yang menganga mendesah-desah. Hingga
kemudian aku merasakan lava kenikmatanku
yang menggedor-gedor. “Aaahh aku mau
keluar.. aahh.. sshh.. aahh..” pekikku. Eric
memompa penisnya semakin cepat hingga aku
kesulitan untuk mengimbanginya. Sedangkan
lidahnya maupun lidah Kristin semakin liar
menjelajahi payudaraku. Lalu.. aahh.. Lendir
kenikmatanku menghangat basah dan licin
menyembur hingga membecek di sekitar
selakanganku. Eric terus memompa dengan liar
hingga kemudian dia berteriak tertahan,
“Aaagghh!!” Croot..croot.. spermanya muncrat
tertelan lubang kenikmatanku hingga
menghangat di dalamnya. “Riic.. keluarin
penismu itu biar Kristin ngerasain nikmatnya
pejuhmu. Kriiss.. hisap vagina aku say..” kataku
kemudian. Kristin menjilat dan menghisap
tandas semua cairan di vaginaku setelah Eric
mencabut penisnya dari Vaginaku. Tapi tiba-tiba
saja Kristin terpekik keras, “Aaacchh!!” Ternyata
Eric menusukkan penisnya ke vagina Kristin
yang cantik kalau menungging. Kristin misuh-
misuh tapi kemudian ikutan ngerasain nikmatnya
sodokan Eric yang sudah sangat berpengalaman
ngentotin cewek-cewek dari berbagai usia.
Sambil mengocok maju mundur, Eric
berpegangan sambil meremas-remas payudara
Kristin yang sudah keras banget. Aku sendiri
menjilati vagina dan klitoris Kristin dan sekali-
sekali menjilat buah pelir Eric hingga membuat
mereka sampai di pucuk-pucuk asmara. “Aduuh
sayang.. terus.. ah.. enak say.., nikmat sekali..
rasanya ingin keluar say, aduuh.. nikmatnya,
terus.. yang cepat.. say.. aduh aku nggak tahan
ingin keluar..” Kristin menceracau tak karuan
beberapa saat kemudian tubuh Kristin menegang
dan sur.. suurr croot.. croot.. Kemudian kami
bertiga terkulai lemas bersimbah keringat yang
membanjir. “Makasih ya say.. kalian berdua
memang hebat,” gumamku penuh kepuasan.
“Aku juga. Aku kira paling enak itu jadi lesbian,
ternyata aku butuh variasi juga,” sambung
Kristin. “You’re welcome. Kapan-kapan aku
bersedia di episode berikutnya..,” ujar Eric. Lalu
kami tertidur kelelahan tapi penuh kepuasan.

Tidak ada komentar: