Jumat, 16 Maret 2012

i love U cindy

kenalkan namaku Ryan,
umur saat ini 22 tahun, tercatat sebagai
mahasiswa sebuah PTS di Bandung.
Pengalaman nyata cerita dewasa sex yang akan
kuceritakan ini terjadi tiga tahun yang lalu.
Sudah lama memang, tapi aku selalu teringat-
ingat pengalaman seks tersebut dan tak akan
pernah aku melupakan satu nama seorang
mahasiswi bernama Cindy. Walau hingga
sekarang pun akan selalu kukenang saat-saat
indah bersamanya.
Pertemanan akrabku dengan Cindy karena ia
adalah cucu dari ibu kostku. Cindy lebih tua 2
tahun dan dia anak Surabaya, sedang kuliah di
Bandung hanya beda kampus denganku. Yang
aku tahu, kedua orangtuanya sudah pisah
ranjang selama dua tahun (tapi tidak bercerai)
dan Cindy ikut tinggal bersama neneknya (ibu
kostku) ketika ia masuk kuliah. Mungkin terlalu
panjang kalo kuceritakan bagaimana prosesnya
hingga kami berpacaran. Aku beruntung punya
cewek seperti dia yang wajahnya sangat cantik
(pernah dia ditawarin untuk menjadi model),
segala yang diidamkan pria melekat pada dia.
Kulitnya yang putih, hidung bangir, matanya
yang indah dan bening, rambut ikal serta
tubuhnya yang sexy padat.. Aku juga nggak
tahu kenapa ibu kost menerimaku untuk nge-
kost dirumahnya padahal yang kost di
rumahnya adalah cewek semua. Mungkin
karena ngeliat tampangku seperti orang baik-
baik kali ya (hehehe)…
Pada awal kami berpacaran, Cindy termasuk
pelit untuk urusan mesra-mesraan. Jangankan
untuk berciuman, minta pegang tangannya saja
susahnya minta ampun, ga terbayang deh
untuk bisa ngentot dia hehehe… ! Padahal aku
termasuk orang yang hypersex, dan aku sering
kali melakukan onani untuk melampiaskan nafsu
seksku, hingga sekarang. Aku bisa melakukan
onani sampai tiga kali sehari. Setiap kali fantasi
dan gairah seksku datang, pasti kulakukan
kebiasaan jelekku itu. Entah dikamar mandi
menggunakan sabun, sambil nonton VCD
porno dan seringnya sambil tiduran telungkup
di atas kasur sambil kugesek-gesekkan penisku.
Aku merasakan nikmat setiap orgasme onani.
Back to story, sejak aku dan Cindy resmi jadian,
baru dua minggu kemudian dia mau kucium
pipinya. Itu pun setelah melalui perdebatan
yang panjang, akhirnya ia mau juga kucium
pipinya yang mulus itu, dan aku selalu ingin
merasakan dan mengecup lagi sejak saat itu.
Hingga pada suatu malam, ketika waktu
menunjukkan pukul setengah sepuluh, aku,
Cindy dan Desi (anak kost yang lain) masih
asyik menonton TV di ruang tengah. Sementara
ibu kostku serta 3 anak kost yang lain sudah
pergi tidur. Kami bertiga duduk diatas
permadani yang terhampar di ruang tengah.
Desi duduk di depan sementara aku dan Cindy
duduk agak jauh dibelakangnya. Lampu neon
yang menyinari ruangan selalu kami matikan
kalau sedang menonton TV. Biar tidak silau kena
mata maksudnya. Atau mungkin juga demi
menghemat listrik. Yang jelas, cahaya dari TV
agak begitu samar dan remang-remang. Desi
masih asyik menonton dan Cindy yang
disampingku saat itu hanya mengenakan kaos
ketat dan rok mini matanya masih konsen
menonton film tersebut. Sesekali saat
pandangan Desi tertuju pada TV, tanganku
iseng-iseng memeluk pinggang Cindy. Entah
Cindy terlalu memperhatikan film hingga
tangannya tidak menepis saat tanganku
memeluk tubuhnya yang padat. Dia malah
memegang rambutku, dan membiarkan
kepalaku bersandar di pundaknya. Terkadang
kalo pas iklan, Cindy pura-pura menepiskan
tanganku agar perbuatanku tidak dilihat Desi.
Dan saat film diputar lagi, kulingkarkan tanganku
kembali.
“I love you, honey….” Bisikku di telinganya.
Cindy menoleh ke arahku dan tanpa
sepengetahuan Desi, ia mendaratkan
ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru
pertama kali aku dicium seorang cewek, tanpa
aku minta pula. Situasi seperti ini tiba-tiba
membuat pikiranku jadi ngeres apalagi saat
Cindy meremas tanganku yang saat itu masih
melingkar di pinggangnya, dan matanya yang
sayu sekilas menoleh ke arah Desi yang masih
nongkrong di depan TV. Aman, pikirku.Apalagi
ditambah ruangan yang hanya mengandalkan
dari cahaya Tv, maka sesekali tanganku
meremas payudara Cindy. Cindy
menggelinjang, sesekali menahan nafas. Lutut
kanannya ditekuk, hingga saat tangan kiriku
masuk ke dalam daster bagian bawah yang
agak terbuka dari tadi, sama sekali tidak
diketahui Desi. Mungkin ia konsen dengan film,
atau mungkin juga ia sudah ngantuk karena
kulihat dari tadi sesekali ia mengangguk seperti
orang ketiduran.
Ciumanku kini sedikit menggelora, menelusuri
leher Cindy yang putih mulus sementara tangan
kiriku menggesek-gesekkan perlahan vagina
Cindy yang masih terbungkus celana dalam. Ia
mendesah dan mukanya mendongak ke atas
saat kurasakan celana dalamnya mulai basah
dan hangat. Mungkin ia merasakan kenikmatan,
pikirku.Tanganku yang mulai basah oleh cairan
vagina Cindy buru-buru kutarik dari dalam
roknya, ketika tiba-tiba Desi bangkit dan melihat
ke arah kami berdua. Kami bersikap seolah
sedang konsen nonton juga.
“Aku ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-
nya!” ujar Desi sambil menyerahkan remote TV
pada Cindy.
Desi kemudian masuk ke kamarnya dan
mengunci pintu dari dalam. Aku yang tadi agak
gugup, bersorak girang ketika Desi hanya
pamitan mau tidur. Aku pikir dia setidaknya
mengetahui perbuatanku dengan Cindy. Bisa
mati aku. Cindy yang sejak tadi diam (mungkin
karena gugup juga) matanya kini tertuju pada
TV. Aku tahu dia juga pura-pura nonton, maka
saat tubuhnya kupeluk dan bibirnya kucium dia
malah membalas ciumanku.
“Kita jangan disini Say, nanti ketahuan….”
Bisiknya diantara ciuman yang menggelora.
Segera kubimbing tangan Cindy bangkit, setelah
mematikan TV dan mengunci kamar Cindy,
kuajak dia ke kamar sebelah yang kosong. Disini
tempatnya aman karena setiap yang akan
masuk ke kamar ini harus lewat pintu belakang
atau depan. Jalan kami berjingkat supaya orang
lain yang telah tertidur tidak mendengar
langkah-langkah kami atau ketika kami
membuka dan menutup kunci dan pintu kamar
tengah dengan perlahan.
Setelah kukunci dari dalam dan kunyalakan
lampu kamar kuhampiri Cindy yang telah
duduk di tepi ranjang.
“Aku cinta kamu, Cindy…..” ujarku ketika aku
telah duduk disampingnya.
Mata Cindy menatapku lekat.. Sejenak kulumat
bibirnya perlahan dan Cindy pun membalas
membuat lidah kami saling beradu. Nafas kami
kembali makin memburu menahan rangsangan
yang kian menggelora. Desahan bibirnya yang
tipis makin mengundang birahi dan nafsuku.
Kuturunkan ciumanku ke lehernya dan
tangannya menarik rambutku. Nafasnya
mendesah. Aku tahu dia sudah terangsang, lalu
kulepaskan kaosnya. Payudaranya yang padat
berisi ditutupi BH berwarna merah tua. Betapa
putih kulitnya, mulus tak ada cacat. Kemudian
bibir kami pun berciuman kembali sementara
tanganku sibuk melepaskan tali pengikat BH,
dan sesaat kemudian kedua payudaranya yang
telah mengeras itu kini tanpa ditutupi kain
sehelai pun.
Kuusap kedua putingnya, dan Cindy pun
tersenyum manja.
“Ayo Yan, lakukanlah….” Ujarnya.
Tak kusia-siakan kesempatan ini, dan mulai
kujilati payudaranya bergantian. Sementara
tangan Cindy membantu tanganku melepaskan
kemeja yang masih kukenakan. Kukecup
putingnya hingga dadanya basah mengkilap.
Betapa beruntungnya aku bisa menikmati
semua yang ada ditubuhnya. Tangan kananku
yang nakal mulai merambah turun masuk ke
dalam roknya, dan kugesek-gesekkan pelan di
bibir vaginanya. Cindy menggelinjang menahan
nikmat, sesekali tangannya juga ikut digesek-
gesekkan kesekitar vaginanya sendiri.
Bibirnya mendesah menahan kenikmatan.
Matanya terpejam, Sebentar kemudian
vaginanya mulai sedit basah. Dan kami pun
mulai melepaskan celana kami masing-masing
hingga tubuh kami benar-benar polos. Betapa
indahnya tubuh Cindy, apalagi ketika kulihat
vaginanya yang terselip diantara kedua
selangkangannya yang putih mulus.
“Wah.. punyamu oke Cindy, Ok’s banget…”
ujarku terpana
Begitu mulus memang,ditambah dengan bulu-
bulu lebat disekitar bagian sensitifnya.
“Burungmu juga besar dan bertenaga. Aku
suka Yan….” Balasnya sambil tangannya
mencubit pelan kemaluanku yang sudah tegak
dari tadi.
“Come on Honey….” Pintanya menggoda.
Aku tahu Cindy sudah begitu terangsang maka
kemudian kusuruh Cindy berbaring di atas
kasur. Dan aku baringkan tubuhku terbalik,
kepalaku berada di kakinya dan sebaliknya(posisi
69). Kucium ujung kakinya pelan dan kemudian
ciumanku menuju hutan lebat yang ada
diantara kedua selangkangannya. Kukecup pelan
bibir vaginanya yang sudah basah, kujilat
klitorisnya sementara mulut Cindy sibuk
mengocok-ngocok kemaluanku. Bibir
vaginanya yang merah itu kulumat habis tak
tersisa. Ehm, betapa nikmatnya punyamu
Cindy, pikirku. Ciumanku terus menikmati
klitoris Cindy, hingga sekitar vaginanya makin
basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya.
Kedua jari tanganku aku coba masukkan lubang
vaginanya dan kurasakan nafas Cindy
mendesah pelan ketika jariku kutekan keluar
masuk.
“Ahh… nikmat Yannn…ahhhh…” erangnya.
Kugesek-gesekkan kedua jariku diantara bibir
klitorisnya dan Cindy makin menahan nikmat.
Selang 5 menit kemudian kuhentikan gesekkan
tanganku, dan kulihat Cindy sedikit kecewa
ketika aku menghentikan permainan jariku.
“Jangan sedih Say, aku masih punya permainan
yang menarik, okay?”
“Oke. Sekarang aku yang mengatur permainan
ya?” ujarnya.
Aku mengangguk.Jujur saja, aku lebih suka
kalau cewek yang agresif.Cindy pun bangkit,
dan sementara tubuhku masih terbaring di atas
kasur.
“Aku di atas, kamu dibawah, okay? Tapi kamu
jangan nusuk dulu ya Say?”
Tanpa menunggu jawabanku tubuh Cindy
menindih tubuhku dan tangan kanannnya
membimbing penisku yang telah berdiri tegak
sejak tadi dan blessss…….ah,Cindy merasa
bahagia saat seluruh penisku menembus
vaginanya dan terus masuk dan masuk menuju
lubang kenikmatan yang paling dalam. Dia
mengoyang-goyangkan pantatnya dan sesekali
gerakannya memutar, bergerak mundur maju
membuat penisku yang tertanam bergerak
bebas menikmati ruang dalam “gua”-nya.
Cindy mendesah setiap kali pantatnya turun
naik, merasakan peraduan dua senjata yang
telah terbenam di dalam surga.Tanganku
meremas kedua payudara Cindy yang tadi terus
menggelayut manja. Rambutnya dibiarkan
tergerai diterpa angin dingin yang terselip
diantara kehangatan malam yang kami rasakan
saat ini. Kubiarkan Cindy terus menikmati
permainan ini. Saat dia asyik dengan
permainannya kulingkarkan tanganku
dipinggangnya dan kuangkat badanku yang
terbaring sejak tadi kemudian lidah kami pun
beradu kembali.
“Andainya kita terus bersama seperti ini, betapa
bahagianya hidupku ini Cindy ” bisikku pelan
“Aku juga, dan ku berharap kita selalu bersama
selamanya..”
Sepuluh menit berlalu, kulihat gesekan pinggang
Cindy mulai lemah. Aku tahu kalau dia mulai
kecapekan dan aku yang mengambil inisiatif
serangan. Kutekan naik turun pinggangku,
sementara Cindy tetap bertahan diam. Dan
suara cep-clep-clep… setiap kali penisku keluar
masuk vaginanya.
“Ahh terusss Yannnnn….terusss…nikmattttt…
ahh…ahhhh….” hanya kalimat itu yang keluar
dari mulut Cindy, dan aku pun makin
menggencarkan seranganku.
Ingin kulibas habis semua yang ada dalam
vaginanya. Suara ranjang berderit, menambah
hot permainan yang sedang kami lakukan.
Kutarik tubuh Cindy tanpa melepaskan penisku
yang sedang berlabuh dalam vaginanya dan
kusuruh dia berdiri agar kami melakukan
gerakan sex sambil berdiri.
“Kamu punya banyak style ya say?” katanya
menggoda.
“Iya dong, demi kepuasan kamu juga” jawabku
sambil mulai menggesek-gesekan pebisku
kembali.
“Ahh teruss…terusss……” desah Cindy ketika
penisku berulang kali menerobos vaginanya.
Kupeluk tubuh Cindy erat sementara jari tangan
kirinya membelai lembut bulu-bulu vaginanya,
dan sesekali membantu penisku masuk kembali
setiap kali terlepas. Keringat membasahi tubuh
kami. Lehernya yang mulus kucium pelan,
sementara nafas kami mulai berdegup kencang.
“Yan, keteteran nih, mau klimaks. Jangan
curang dong….”
“Oke, tahan dulu Cindy” dan kucabut batang
penisku yang telah basah sejak tadi.
Kusuruh Cindy nungging di ranjang, sementara
tanganku mengarahkan penisku yang telah siap
masuk kembali. Dan kumasukkan sedikit demi
sedikit hingga penisku ambles semua ke dalam
surga yang nikmat.
“Ah…tekan Yan…enaaaakkkkk…terusssss
Yannn….” Erangnya manja setiap kali penisku
menari-nari di dalam vaginanya.
Tanganku memegang pinggangnya agar
gerakanku teratur dan penisku tidak terlepas,.
“Ohh…nikmat sekali Yan….teruss….terusss……”
desahnya.
Betapa nikmatnya saat-saat seperti ini…dan
terus kuulang sementara mulut kami mendesah
merasakan kenikmatan yang teramat sangat
setiap kali penisku mempermaikan vaginanya.
“Yan….aku mo keluar nih…..udah ngga
tahan….ahhh….ahhhh….” ujar Cindy tiba-tiba.
“Tahan Cin, aku juga hampir sampai….” aku
menekan-nekan penisku kian cepat,sehingga
suara ranjang ikut berderit cepat.
Dan kurasakan otot-otot penisku mengejang
keras dan cairan spermaku berkumpul dalam
satu titik.
“Aku keluar sekarang Cin….” penisku kucabut
dari lubang vaginanya dan Cindypun seketika
membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya,
mengocok-ngocok batang penisku yang
kemerahan dan saat kurasakan aku tak mampu
menahan lagi kutaruh penisku diantara kedua
belah payudaranya dan kedua tangan Cindy
pun menggesek-gesekkan payudaranya yang
menjepit batang kemaluanku dan….croott…
crooottt… spermaku jatuh disekitar dada dan
lehernya Sebagian tumpah diatas sprei. Cindy
menjilati penisku membersihkan sisa-sisa
spermaku yang masih ada.
“Kamu ternyata kuat juga Say, aku hampir tak
berdaya dihadapanmu” kubelai rambut Cindy
yang sudak acak-acakan tak karuan.
“Aku juga ngga nyangka kamu sehebat ini
Yan….”desahnya manja .
Waktu sudah menunjukkan setengah satu
malam Dan setelah kami istirahat sekitar lima
belas menit, kami memakai pakaian kami
kembali dan membereskan tempat tidur yang
sudah berantakan. Dan tak lama kemudian kami
pun pergi tidur dikamar masing-masing
melepaskan rasa lelah setelah kami ‘bermain”
tadi.
Begitulah kisahku dengan Cindy, setiap hari
kami selalu melakukannya setiap kali kami ingin
dan ada kesempatan. Kami melakukannya di
kamar sebelah kalau malam hari, kamar kostku,
atau bahkan dikamar mandi (sambi mandi
bareng disaat rumah kost kosong hanya ada
kami berdua).
Hingga pada suatu hari Cindy harus pindah ke
luar kota ikut kedua orang tuanya yang telah
berbaikan lagi. Aku benar-benar kehilangan dia,
dan ingin kuterus bersamanya. Pernah
beberapa kali kususul ke tempatnya yang baru
dan kami melakukannya berkali-kali di hotel
tempat kami menginap. Tanggal 27 November
1998, tiba-tiba kuterima surat dari Cindy yang
mengabarkan bahwa ia akan menikah dengan
orang yang dipilihkan orang tuanya dan aku
benar-benar kehilangan dia, aku sungguh
sabgat mencintai dia….. Sekarang, setiap kali aku
melakukan masturbasi, fantasiku selalu
melayang mengingat saat-saat terindah kami
melakukan hubungan seks pertama kali dikamar
sebelah itu. Ingin rasanya aku ulangi saat-saat
indah itu…

Tidak ada komentar: