Jumat, 16 Maret 2012

pengalaman dengan wanita gila

Kisah berikut ini adalah
pengalaman pertamaku merasakan nikmatnya
vagina perempuan dan sekaligus hilangnya
keperjakaanku. Hari minggu aku dan temanku
sepakat pergi memancing di sungai dekat pasar
kecamatan. Disana ada pintu air yang airnya
jernih dan tenang serta banyak ikannya.
Memancing bagi kami hanya pekerjaan iseng
saja, karena untuk mendapatkan ikan bukan
tujuan utama. Sambil mancing kami membawa
bacaan porno dan ngobrol tentang sex. Ketika
kami asik merebahkan badan di rerumputan yang
terlindung semak rimbun, tiba-tiba ada
rombongan ibu-ibu turun ke sungai memandikan
perempuan gembel muda yang otaknya tidak
waras (Orang-orang di desaku pada saat itu
masih banyak yang mandi di sungai.
Tempat madi perempuan dipisah jauh dengan
tempat mandi laki-laki dan ditutup kain. Selama
mandi seorang perempuan memakai kain
panjang yang disebut kemben). Sedangkan
perempuan muda yang sedang dimandikan ibu-
ibu, telanjang bulat sambil berdiri digosok sabun
dan dikeramasi. Melihat pemandangan seperti itu
birahiku memuncak. Dari jarak pandang yang
cukup jelas dan tersembunyi, kami bisa melihat
bentuk tubuh montok perempuan gila yang
dimandikan. Kami berdua tiarap dan begitu asik
menikmati tubuh telanjang yang semakin lama
semakin bersih dengan warna kulit kuning
langsap. Begitu juga rambut yang gembel setelah
selesai dikeramas dipotong pendek. Perempuan
gila itu kelihatan senang selama dimandikan ibu-
ibu, terlihat ia berjingkrakan sambil mainan air.
Sekemabali dari tempat mancing, dengan perut
lapar, kami menuju ke salah satu warung di
pasar. Betapa kaget, ternyata di dalam warung itu
sejumlah laki-laki sedang merubung perempuan
gila yang tadi dimandikan untuk ditanyai nomor
undian (SDSB). Perempuan itu telah mengenakan
sarung dan switer bersih. Sambil cengar cengir
dia membuat coret-coretan di atas karton
pembungkus rokok. Semua laki-laki disitu
mengikuti dengan cermat setiap goresan yang
dibuat perempuan gila. Aku sendiri tidak peduli
pada tingkah mereka, karena yang menjadi daya
tarik adalah si perempuan gila bertubuh montok.
Aku dan temanku saling pandang dan kami saling
berbisik, alangkah nikmatnya bila kami bisa
memandikan perempuan itu.
Sehari kemudian aku belajar di rumah temanku.
Seperti hari-hari yang lalu, selesai belajar kami
putar video porno meskipun filemnya hanya ada
satu-satunya. Selesai nonton jam telah
menunjukkan pukul 10.30 malam, aku mengayuh
sepeda menuju rumah dengan diterangi cahaya
bulan. Penisku sepanjang perjalanan tegang terus
karena belum memperoleh penyaluran lewat
onani. Jalan desa yang sangat sepi, masih aku
kenali dengan baik berkat lampu sepeda dan
cahaya bulan sehingga tidak akan menabrak
sesuatu. Aku kaget ketika di depanku tiba-tiba
melintas seorang wanita. Aku mengerem
sepeaku dengan mendadak dan memperhatikan
kaki perempuan yang melintas. Pikiran pertama
yang terbayang dalam benakku perempuan itu
kuntilanak (sejenis setan perempuan dan kalau
berjalan seperti terbang), seperti kepercayaan
orang-orang di desaku. Tapi aku kaget ketika
mendengar suara perempuan ngomong dan
ketawa kecil persis sepeti suara si tubuh montok
di warung. Setelah aku perhatikan, ternyata ia
perempuan gila yang dimandikan ibu-ibu di
sungai.
Entah apa yang membuat pikiranku berubah
kotor tiba-tiba ada harapan untuk bisa meraba
tubuh perempuan telanjang. Keinginan itu sangat
kuat dan aku memutar sepeda balik ke rumah
teman belajarku, kami diskusikan rencana untuk
bisa menelanjangi dan diraba-raba tubuh
perempuan. Itu saja rencana yang ada pada
kami.
Singkat kata, kami berdua meninggalkan sepeda
di rumahnya dan membeli makanan di warung
sebagai bekal. Ternyata perempuan gila itu sudah
tidak ada di tempatnya lagi. Kami berdua mencari
dengan sembunyi-sembunyi dan melintasi balik
pagar jalanan, supaya tidak dilihat orang.
Akhirnya ia kami menemukan perempuan itu di
dekat jalan menuju lintasan ke sawah. Ia sedang
duduk di tepi jalan. Dengan jantung berdegup
keras, kami dekati dan kami bujuk serta kami beri
makanan kemudian kami bimbing ke tepi sawah
di balik tanah yang menggunung jauh dari jalan
desa. Disana ada sebuah bangau kecil (tempat
istirahat setelah bekerja di sawah).
Setelah kami beri minuman, mulailah aku
membuka switer dan sarung yang dikenakan
perempuan itu tanpa kesulitan. Anehnya temanku
menggigil menahan gejolak hatinya sehingga ia
tidak membantu ketika aku membuka baju
perempuan itu. Tubuh telanjang itu sudah ada di
hadapan kami dan ternyata perempuan itu tanpa
BH dan celana dalam. Penisku langsung
menegang dan mengeras seperti batu. Kemudian
kami rebahkan perempuan itu di papan lebar
tempat duduk di bangau dengan kaki menjuntai
ke bawah. Sarung dan switer digunakan sebagai
bantalnya. Mulailah tanganku menggerayangi
badannya, aku tarik tangan temanku yang masih
menggigil untuk ikut meraba dadanya yang
menggelembung kenyal. Temanku mulai tenang
dan menggigilnya reda dan mulai menggerakkan
tangannya di sepanjang tubuh dan perut
perempuan itu. Rencana semula yang hanya
meraba dan menikmati tubuh telanjang, akhirnya
berubah setelah perempuan itu kami lihat mulai
terangsang.
Meskipun ia perempuan gila, ternyata bisa
mengeluarkan erangan nikmat ketika jariku
masuk ke liang vaginanya yang mulai basah dan
pinggulnya ikut digerakkan. Aku kaget ketika
perempuan itu tiba-tiba teriak keras “aduh enak
banget…… aduh enak…….terus….” terpaksa aku
minta temanku membekap mulutnya. Aku
perhatikan ternyata temanku menggigil lagi
seperti orang sakit malaria. Akhirnya aku
membuat inisiatif untuk menyetubuhi perempuan
itu dan temanku setuju. Aku memperoleh
kesempatan lebih dulu merasakan persetubuhan
dan temanku akan berjaga-jaga dari jarak jauh
sambil menenangkan hatinya. Kesepakatan lain
adalah tidak boleh ada mani yang dikeluarkan
dalam vaginanya, agar tidak terjadi kehamilan
yang bisa bermasalah dikemudian hari.
Aku sedikit menggiigil ketika aku membuka baju
dan celanaku. Penisku yang sudah tegang mulai
kuarahkan ke vaginanya. Jari-jariku membuka
sedikit bibir vaginanya untuk memudahkan
penisku masuk ke dalamnya. Ketika kepala
penisku masuk, perempuan itu kelihatannya
memahami kalau harus membuka pahanya.
Untuk memperlancar, penisku aku tarik dan aku
masukkan dengan pelan dan semakin lama
semakin dalam. Terasa saat penis aku tarik, ada
otot yang menangkap dan menjepit. Ketika penis
aku dorong ke depan, ada cengekraman dan
denyutan dalam vaginanya, sehingga aku
akhirnya mendorong habis penisku sampai habis
ke dalam.
Aku sangat kaget karena tiba-tiba perempuan gila
itu bangkit dan memelukku erat badanku serta
menggoyangkan pinggulnya sambil teriak
nikmat. Teriakannya cukup keras terpaksa aku
atasi dengan menyumpal mulutnya dengan
mulutku. Meskipun mulutnya bau tidak enak, tapi
rasa vagina yang mulai meremas penisku,
ternyata mengalahkan segala bau yang harus aku
terima. Penisku mulai bermain maju mundur
sambil merebahkan badan perempuan itu. Belum
sempat aku menikmati 2 menit, ujung penisku
mulai ada rasa desakan yang akan menembakkan
cairan.
“Oohhh….. hahhhhh…….” terpaksa aku cabut
penisku dan aku keluarkan di luar jatuh diantara
kedua belah pahanya yang terjuntai. Agar tidak
diketahui temanku kalau aku sudah sampai
puncak, aku bergaya seolah-olah perempuan itu
sedikit binal. Secapatnya penisku aku lap dengan
tangan dan aku menarik tangannya untuk
memegang penisku. Ternyata dia tahu dan
mengarahkan penisku ke dalam lubang
kenikmatannya. Aku masukkan dengan sekali
terobos kemudian aku kocok dengan binal. Disini
aku merasakan betapa nikmat dan beda rasa
vagina dengan rasa onani. Tanganku memeras
buah dadanya yang masih kenyal dan mulutku
mulai melumat puting susunya. Sedotan
vaginanya pun semakin kuat dan kembali
terdengar suara teriakan keras tanda kenikmatan.
Kembali mulutku menyumpal mulutnya. Aku
tidak sempat mempertahankan lebih lama agar
perempuan ini sampai puncak seperti yang aku
lihat di video. Aku kalah lagi ketika terulang
desakan dalam penisku tidak terbendung,
secepatnya aku cabut penisku dan aku
muncratkan di luar vaginanya. Permpuan itu
kelihatan kecewa ketika aku mengakhiri kocokan
tanpa peduli dia belum sampai puncak.
Aku panggil temanku untuk meneruskan dengan
sedikit pesan agar jangan sampai dia teriak
kencang saat mencapai kenikmatan. Caranya
mulutnya harus dibekap. Aku kemudian menjauh
ganti berjaga sambil melepas kepenatan. Tidak
lama kemudian perempuan itu teriak sepertinya
sebagai tanda kenikmatan dan pantatnya diangkat
tinggi. Dari jarak pandang yang cukup jelas
ternyata temanku kesulitan membekap mulutnya
karena perempuan itu menggoyang-goyangkan
kepalanya sangat kencang. Aku kawatir
teriakannya ada yang mendengar sehingga aku
lari mendekat dan aku bekap. Temanku belum
berhasil melepaskan cairan kenikmatannya dan
meneruskan mengocok sambil berlutut.
Gerakan buah dadanya di bawah terang sinar
rembulan terayun seirama kocokan temanku
menyebabkan aku tidak tahan untuk memeras
dan mengenyot teteknya. Aku lihat temanku
menaikkan kedua kaki perempuan itu di
pundaknya dan kembali menggenjot dengan
kuat. Melihat pemandangan semacam itu
ditambah rintihan perempuan, aku tidak tahan
membiarkan penisku yang tegang kembali
menanggur. Penisku membutuhkan penyaluran
tahap ketiga. Aku ambil cara sambil mengenyot
teteknya, tangan kiriku mengocok penis dan
tangan kananku membekap mulut si perempuan
itu. Aku melihat tangan perempuan itu
memegang erat pinggiran tempat duduk seolah
berusaha bisa mencapai puncak.
Temanku kelihatan lebih perkasa, setelah berjalan
15 menit badanya menegang dan dengan cekatan
mencabut penisnya, dia mencapai puncak dan
memuntahkan maninya di luar. Secepatnya
kedudukan temanku aku ambil alih dan seperti
gaya temanku, aku angkat kaki perempuan itu di
pundakku, kemudian penisku aku hujamkan
kembali di vaginanya. Gerakan mengocok aku
lakukan dengan pelan-pelan agar aku bisa
bertahan lama dan tidak cepat keluar. Gerakan
pelan itu ternyata menambah kuat cengkeraman
vaginanya disertai denyutan panjang yang
kemudian diikuti gerakan liar pantatnya. Tidak
lama kemudian perempuan itu merintih dan teriak
panjang “Aduh…….aduh……. ennaaakkkkk
banget…….. aaahhhhh” kemudian menjadi jeritan
tertahan yang diikuti dengan rangkulan sebagai
pertanda ia mencapai puncak. Desakan dalam
penisku juga tidak bisa aku bendung lagi dan aku
semprotkan maniku di dalam. Aku merasakan
betapa nikmat mengeluarkan cairan itu di dalam
vagina.
Kami cepat-cepat berpakain dan mengenakan
pakaian perempuan itu. Kami mengalami
kesulitan ketika mengenakan pakaiannya karena
dia sudah tertidur pulas. Kami berdua pulang
mengambil jalan memutar supaya tidak ketemu
orang. Sepanjang jalan kami berdua diam tidak
bicara apapun. Ketika aku mengambil sepedaku di
rumahnya, jam menunjukkan pukul 2.30 pagi
lebih sedikit. Sampai di rumah aku berbaring dan
tidak bisa tidur, masih terbayang rasa kenikmatan
yang baru saya rasakan bersama hilangnya
keperjakaanku. Maafkan kebiadabanku
perempuan.

Tidak ada komentar: