Jumat, 16 Maret 2012

perjalanan yg penuh SEX

minggu pagi dibulan februari 2010 aku
menunggu kereta ekspress yang akan
mengantarku kembali ke kota Y karena esok hari
aku harus masuk kuliah lagi. Sebelumnya
perkenalkan namaku didit berumur 22 tahun,
menurut mantan – mantanku dan sahabat –
sahabat cewekku aku ini orangnya berwajah
menarik, supel, ramah, misterius, dan tinggi
(sekitar 180cm) sehingga banyak yang tertarik
denganku. aku mahasiswa semester atas di
sebuah universitas ternama di kota Y. Aku
berasal dari kota S, jadi bisa disimpulkan aku
seorang perantau. Saat kereta mulai bergerak
aku menyegerakan tidur karena badanku sudah
lelah akibat begadang semalaman bersama
teman – teman lamaku. Aku terbangun beberapa
kali selama perjalanan yaitu saat pengen kencing
(dikamar kecil aku sempat sedikit bingung karena
kamar kecilnya tidak ada batang selotnya tapi
akhirnya teratasi dengan diselipin pulpen) dan
saat berhenti di beberapa stasiun besar untuk
menaikkan penumpang. Saat itu seingatku di
stasiun kota M naiklah pasutri muda dan anaknya
yang masih balita. Aku terperangah karena sang
suami tidak cakep dan cenderung jelek akan
tetapi istrinya cantik berambut lurus panjang,
tinggi sekitar 170cm (lebih tinggi suaminya
sedikit). Tapi yang paling membuatku shock
adalah meski tinggi tapi tubuhnya montok
dengan payudara yang ukurannya lumayan
besar, pantat yang sekal dan pinggang yang
ramping bak biola spanyol.tubuh bagus itu
terbungkus dengan celana panjang ketat dan
kemeja agak ketat yang paduan warnanya
bagus. Sesaat setelah mereka duduk dibangku
sebelah bangku yang aku tempati kereta mulai
kembali berjalan dan sang suami dan anak
langsung terlelap seperti aku tadi setelah
perjalanan dilanjutkan kembali sekitar setengah
jam. Karena sang istri tinggal sendirian, aku
memberanikan diri menyapa dan mengajak
ngobrol. Yah sekedar basa basi agar tidak boring
selama perjalanan (kebiasaanku sejak aku SMA).
“mbak, mau kekota apa?” sambil tersenyum
ramah aku menegurnya. “mau ke ke kota Y
karena mertua sakit dik. Adik sendiri?” jawabnya
sambil tersenyum manis. “oh, aku juga sama
mbak tapi karena aku emang kuliah di kota Y.
Oya nama mbak siapa? Kenalkan namaku didit”
kuulurkan tangan untuk berjabat tangan. “aku ani
dik, ini suamiku rudi dan anakku sandi” dia
menyambut jabat tanganku sambil
memperkenalkan suami dan anaknya.
Perbincanganpun mengalir dengan hangat
selama kurang lebih 1 jam karena kelihaianku
mengolah suasana. Kami juga sempat bercanda
hingga dia tertawa terkikik karena lucunya.
Menurutku mbak ani orangnya terbuka dan
supel, buktinya dia tidak marah saat leluconku
mulai menjurus kearah sex bahkan dia malah
membalas dengan lelucon yang lebih menjurus.
Selama ngobrol mataku sesekali melirik
bongkahan dadanya yang terlihat sedikit dari
celah kemejanya yang tanpa dia sadari 1
kancingnya terbuka di bagian dada persis. Mbak
ani mulai salah tingkah dalam duduknya
(dugaanku dia terangsang) saat menjawab
pertanyaanku seputar tips menyenangkan
wanita di ranjang. Dari pertanyaan –
pertanyaanku mbak ani bukan tipe wanita yang
suka tentang variasi seks seperti oral dan anal.
Tapi dia sudah beberapa kali mencoba berbagai
variasi gaya bersetubuh selama menikah 2 tahun
ini. Perbincangan terpaksa diputus dulu karena
dia permisi ke kamar kecil. Niat isengku muncul
mengingat selot kamar kecil itu. Beberapa saat
setelah dia pergi, aku membuntuti kekamar kecil.
Rupanya dia tidak sadar bahwa pintunya tidak
terkunci dan hanya tertutup, buktinya dia dengan
santai telanjang bagian bawah membelakangiku.
Hal itu membuatku mulai terangsang, segera
kubuka resleting celana dan cd lalu keluarin si
boy dari sarang. Ukuran si boy emang biasa aja
(panjang 15cm dan diameter 3,5cm) tapi
lumayanlah. Kudekati mbak ani perlahan, saat
tangan kirinyanya mau meraih celana dan cdnya
kuberanikan diri memegang tangannya dengan
tangan kiriku sedangkan tangan kananku
membekap mulutnya. Dia sempat kaget tapi
ketika mbak ani menoleh siapa dibelakangnya dia
terdiam. “mbak, jangan teriak ya kumohon. Aku
hanya ingin diajari muasin cewek dalam
sex..plis…” kataku sambil menampakkan wajah
memelas. Awal mulanya dia hanya
menggelengkan kepala dan tetap memberontak.
Aku bisa membuat mataku sendiri berkaca –
kaca seperti mau menangis, kulakukan itu sambil
terus memohon dan pura – pura terisak.
Akhirnya dia luluh dan menganggukkan kepala
lemah. Kulepaskan tanganku, ”kena kau” batinku.
“didit udah pernah ciuman?” tanyanya. “sudah
mbak,kenapa mbak?” balasku dengan wajah
polos. “coba cium aku dit” perintahnya. aku
mulai memeluknya dan menciunmya, pada
awalnya biasa saja lalu lidahku berusaha
menyeruak kedalam mulutnya dan ternyata dia
membalas dengan lebih agresif. Akhirnya
kupakai teknik back door yang memanfaatkan
lidahku yang panjang hingga aku bisa
mengimbanginya. “ciuman didit mantap juga
ya” aku hanya tersenyum pura – pura malu.
“sekarang coba rangsang aku dit semampumu
tapi hanya sebatas sampai leher saja” dalam hati
aku bersorak. Aku mulai menciumnya lagi lalu
menggerayangi dan menciumi bagian belakang
telinga dan menjilati telinganya. “Aaahhg…sssttt…
eeeenggghh…” desahnya saat kulakuin
itu,ciumanku mulai turun ke leher. Kujilat dan
kucium leher putihnya, harum parfumnya
membuatku bersemangat.
“Uuuugghh….aaaahhhh….eeemmghh….sssstttt…
dit enak dit… terus dit… aaaaaahhh…
eeeeennnggghh… dit jangan ada bekasnya…”
bisiknya. Aku sadar bahwa mbak ani takut
ketahuan suaminya. Kucoba menelusupkan
tanganku kedalam bajunya saat kedua
tangannya terangkat memeluk leherku.
Terlambat buat mbak ani untuk merespon
karena kedua tanganku sudah masuk kedalam
baju dan meremas – remas payudaranya dari
luar BH. Yang bisa dia lakukan hanyalah
mengerang dan mendesah karena kuserang
leher dan kedua payudaranya secara bersamaan.
“didit…aaaaahhhhgg…kamu nakal…
ssssttt….eeeennggghh…” rancaunya tapi tanpa
penolakan karena rangsangan yang mbak ani
alami begitu kuat. Secara mendadak kuangkat
bajunya sebatas leher hingga mempertontonkan
2 bongkah gunung kembar dibungkus BH
kuning menyala. Beruntungnya aku karena
kancing Bhnya ada di depan. Sekilas kulihat
ukurannya 36C (besar cuy…), seketika itu pula
kubuka kancin bhnya dan terpampanglah
payudaranya tanpa penutup apapun. Langsung
aku kenyot putting kanannya dan kupilin – pilin
putting kirinya. “Aaaaaaahhhh…eeeemmnggh…
dit…kamu apakan putingku…uuggghh…”
erangnya sambil bersandar di dinding. “Geli dit…
aaaaaggghh…dit…cukup…ssstt…dit…enak
banget…mmmnngghh..melayang aku rasanya…
aaahhh…” rancaunya makin keras. Karena takut
ada yang mendengar langsung aku cium lagi
mbak ani dengan ganas sambil tangan kananku
meremas payudara kanannya dan tangan kiriku
mengocok kemaluannya yang ternyata sudah
banjir. “mmmpphh…nnnggghh…ssslllurrpp…”
yang keluar dari mulutnya yang sedang kuajak
french kiss lagi. Kedua tangannya tidak berdaya
karena terjepit punggungnya sendiri sedang
tubuh mbak ani terjepit antara tubuhku dan
dinding. Tapi tubuhnya semakin menggelinjang
kuperlakuin seperti itu. Tidak lama kemudian
kemaluan mbak ani makin lembab, disini aku lagi
– lagi memasang perangkap. Kuhentikan semua
cumbuanku hingga mbak ani termangu. “lho dit
kok berhenti?! Jangan dong..lanjutin ya dit..aku
jadi ngambang dan aneh nih rasanya..lanjutin
dong ampe mbak keluar..” pintanya. “ya
mbak..tapi sekarang boleh ya aku masukin si
boy? Dari tadi berdiri ampe sakit nih” rayuku.
“jangan dit, aku sudah bersuami…” tolaknya.
“cuma digesek – gesekin aja deh mbak enggak
papa ampe aku juga keluar biar sama – sama
enak. Boleh ya mbak? Plis……” rengekku sambil
mulai kembali membelai – belai payudaranya
dan tanganku satunya mengelus – elus si boy
yang sedari tadi menganguk – angguk karena
sudah tegang. Mendapat serangan psikologis
seperti itu terus menerus akhirnya dia luluh.
“cuma digesek – gesek aja ya ga lebih…”
pintanya sambil kududukkan dia ke kloset.
“makasih ya mbak ani sayang” ucapku dan
kukecup singkat bibirnya sambil ku posisikan
tubuhku sedemikian rupa hingga penisku
terhimpit diantara pangkal pahanya persis di
mulut vaginanya (bayangin aja duduk
berhadapan dan aku terlihat seperti memangku
mbak ani dan kakinya memeluk pinggangku
sedang tubuh kami seperti berpelukan). Aku
mulai menggoyang pantatku sehinnga kemaluan
kami bergesekan. Hal ini membuat kami sama –
sama merasakan nikmat. Tak lupa kami tetap
berciuman dan saling meraba. Saat kembali
kuserbu lehernya, mbak ani mulai mendesah
dan merancau lagi. Desahannya makin sering
saat kumulai menggesek dengan cepat. Hal ini
membuatku semakin terangsang dan ingin
segera memasukkan penisku kedalam
hangatnya liang vaginanya. Saat asyik saling
menggesek hingga kurasakan cairan vaginanya
makin membanjiri penisku, tanpa mbak ani
sadari kumasukkan penisku secara mendadak
dan cepat hingga mentok. Ugh meski sudah
pernah melahirkan tapi vaginanya masih ketat
menjepit penisku. Kelihatannya leher rahimnya
dangkal, buktinya pangkal penisku masih diluar
sekitar 1-2cm saat kurasakan ujung penisku
membentur bagian terdalam vaginanya.
“aaaaauuuuhhh….dit kok dimasukin??!! cabut dit!!
aku udah bersuami!!” perintahnya tapi tak ku
gubris dan malah melanjutkan menggonyang
pantatku sehingga penisku mulai bergerak
menikmati jepitan kuat, hangat dan lembab
vaginanya sambil menciumnya agar tidak bisa
berteriak. Posisiku yang sedikit menindih mbak
ani membuatnya tidak bisa berkutik. Pada
awalnya mbak ani terus meronta, tapi karena
kondisinya yang mendekati orgasme saat
kumasukkan penisku membuat mbak ani
akhirnya menyerah dan malah menikmati
goyanganku. Kugoyang pantatku dengan
semangat dengan beberapa variasi goyangan.
Kadang maju mundur, kadang kiri kanan,
kadang memutar. Hal ini membuatnya semakin
melayang. “auuuhh…dit..kamu apakan
vaginaku?? enak banget… eeemmmggghhh…
sssttt…dit…aku udah ga tahan… aaaahhh…aku
ingin keluar…” rintihnya kira – kira 15 menit
setelah kemasukan penis. “keluarin saja mbak ani
sayang…enggghh..vagina mbak enak sekali..”
pujiku sambil mempercepat goyanganku. “Dit…
aku keluar sayang!!! aaahhhh..enggghh…
ssssttt..uuunngghh..” lenguhnya menikmati
orgasme panjang yang dirasakan.
Suuurrr….Suuuurrrr.. penisku merasakan
siraman air surganya. “dit..nikmat sekali
sayang…makasih ya..aku baru kali ini merasakan
orgasme karena bersetubuh..suamiku hanya
peduli diri sendiri..kamu belum keluar ya??”
ucapnya sambil kembali menciumku. “sebentar
lagi mbak… masih boleh kan kugoyang??”
tanyaku. “boleh dong sayang…kamu sudah
membuatku melayang…sekarang nikmati
tubuhku semaumu…tapi sekarang kamu yang
duduk ya dit…” katanya sambil berganti posisi.
Mbak ani sekarang duduk dipangkuanku
berhadapan. “sekarang biar mbak yang puasin
kamu sayang… didit haus ga??? mau minum
susu??” tanyanya sambil menyodorkan
payudaranya untuk kukenyot lagi sembari mulai
menggoyang pantatnya maju mundur. Ternyata
mbak ani membalas perlakuanku kepadanya
yaitu dengan kardang merubah arah goyangan
pantatnya. Aku hanya menikmati itu semua
sambil menjilati dan ku kenyot payudaranya
serta mendesah sesekali di telinganya. Hal ini
membuat mbak ani makin bersemangat dan
kembali terangsang. “Aaaahhh…dit….penismu
enak sekali..uunggghh…
eemmmhhhgg…”rancaunya. “vagina mbak juga
enak…ssssttt…. aahh…mbak..enak mbak… bentar
lagi…” rintihku yang disambut makin
menggilanya goyangan mbak ani. Tak lama
kemudian aku yang hampir mencapai puncak
merasakan bahwa mbak ani juga merasakan
yang sama karena vaginanya makin ketat
menjepit penisku dan rintihannya makin sering
dan merangsang. “ dit…aku ingin keluar lagi…
enak banget dit…aaahhh…sssttt..” baru saja
mbak ani berkata seperti itu aku sudah tidak
tahan ingin orgasme. “mbak aku keluar!!!
aaaahhh…..eeengggghh…ssstttt…uuungggghh…”
lenguhku mengiringi muncratnya spermaku
kedalam rahimnya. Merasakan semburan lahar
panasku membuat mbak ani juga orgasme.
“aaahhh… dit!!!! aku keluar sayang!!!” segera saja
kami kembali berciuman dengan rakus sambil
menikmati orgasme berpelukan. Selama
beberapa saat kami terus berciuman hingga
akhirnya melepaskan pagutan mesra kami. Mbak
ani berbisik “terima kasih ya sayang…didit sudah
membuatku menikmati surga dunia yang belum
pernah kurasakan.” “mbak ga takut hamil karena
aku keluar didalam???” tanyaku ragu. “tenang
saja…aku sedang tidak subur…” ucapnya
tersenyum dan menciumku singkat. Lega
rasanya mendengar hal itu hingga akupun
tersenyum dan membalas dengan meremas
gemas payudaranya sejenak. Kami cepat cepat
merapikan pakaian dan keluar dari kamar mandi
bergantian lalu duduk kembali di kursi masing –
masing. Suami dan anaknya masih tertidur pulas
padahal saat itu kulihat sudah memasuki kota Y.
Kami saling berpandangan dan tersenyum. Mbak
ani kemudian memberikan nomer
handphonenya kepadaku dan berkata “kapan –
kapan lagi ya” sambil mengedipkan mata.
Kujawab dengan senyuman dan kami berpisah
di stasiun kota Y. Benar – benar beruntung aku
bisa menikmati tubuh semantap itu.

Tidak ada komentar: